PARBOABOA, Jakarta – Wakil Presiden (Wapres) RI, Maruf Amin memaparkan tiga instrumen mitigasi puncak El Nino yang telah disiapkan oleh pemerintah.
Dalam keterangannya pada Kamis (10/8/2023), Maruf Amin mengatakan bahwa mitigasi yang pertama adalah dengan melakukan penanaman padi lebih awal.
Penanaman padi lebih awal ini dilakukan pada sejumlah daerah yang tidak mengalami kekeringan, seperti sebagian wilayah Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Selatan.
Dia menyebut, penanaman awal itu bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kelangkaan stok beras saat puncak El Nino.
Kemudian, mitigasi yang kedua yaitu, pemerintah telah menyiapkan stok beras melalui Badan Urusan Logistik (BULOG) dengan cara menyerap hasil panen raya dari petani.
Wapres melanjutkan, upaya mitigasi yang ketiga yakni, pemerintah juga telah menyiapkan opsi untuk melakukan impor beras dari negara lain.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk memastikan kecukupan beras di masyarakat saat menghadapi dampak buruk dari fenomena cuaca El Nino.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa puncak fenomena El Nino akan terjadi pada sekitar bulan Agustus-September 2023.
Sekadar informasi, El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Di mana, pemanasan SML ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah serta mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Karenanya, fenomena El Nino dikatakan dapat memicu terjadinya kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Imbauan BMKG
Dalam keterangannya pada Selasa (18/7/2023), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati memberikan imbauan kepada masyarakat dalam menghadapi ancaman dampak El Nino.
Dwikorita meminta masyarakat untuk terus menjaga lingkungan, beradaptasi dengan pola tanam, mengatur tata kelola air serta selalu memantau perkembangan informasi cuaca dan iklim dari BMKG secara berkala.
Pasalnya, kata dia, dampak dari El Nino di Indonesia bukan hanya kekeringan, tetapi juga bencana hidrometeorologi basah berupa banjir.
Menurutnya, hal itu terjadi sebab wilayah Indonesia dipengaruhi oleh dua samudra dan topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa.
Editor: Maesa