parboaboa

4 Tersangka Kasus Penipuan Robot Trading Fahrenheit Dibekuk, Direkturnya Masih Buron

Rini | Hukum | 22-03-2022

Tersangka penipuan melalui Robot Trading Fahrenheit (dok TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim)

PARBOABOA, Jakarta - Kasus penipuan melalui Robot Trading Fahrenheit menjadi kasus penipuan investasi lainnya yang diusut di Indonesia, setelah kasus Binomo yang melibatkan Indra Kenz dan kasus Quotex menyeret Doni Salmanan. Bareskrim Polri sudah menaikkan kasus ini ke tahap penyidikan dan telah menetapkan 4 orang tersangka, yakni D, ILJ, DBC, dan MF.

Para tersangka mempunyai peran yang berbeda-beda dalam melakukan penipuan ini. Tersangka D berperan sebagai admin atau yang menguasai website, sekaligus menerima deposit dari member dan melakukan penarikan (withdrawl).

Kemudian ILJ berperan sebagai admin media sosial dan memasarkan produk robot trading Fahrenheit dengan tujuan menarik member baru. DBC berperan sebagai admin atau selaku pengelola situs website Fahrenheit.

Teakhir,  MF sebagai admin yang menguasai website dan menerima laporan transaksi dari deposit member melakukan penarikan withdrawl kepada member dan pemilik rekening penampung trading Fahrenheit.

Pengembangan kasus ini masih terus dilakukan, saat ini penyidik masih memburu seorang tersangka lainnya Hendry Susanto yang merupakan pemilik Fahrenheit.

Dalam menjalankan aksinya, para tersangka mengajak investor untuk menginvestasikan dananya di platform trading Fahrenheit. Untuk menarik hati para investor, mereka berani menjanjikan jika robot trading tersebut akan menjamin uang nasabah aman dan minim kerugian, karena robot trading ini akan menghentikan perdagangan apabila kerugian nasabah sudah mencapai 10 persen.

Selain itu, mereka juga menjanjikan jika nasabah akan mendapat keuntungan hingga 80 persen. Hal inilah yang membuat banyak orang tergiur, lalu mencoba berinvestasi.  

"Para pelaku menjelaskan kepada para member bahwa robot trading Fahrenheit memiliki slogan, yaitu D4 (Duduk Diam Dapat Duit) dengan penjelasan bahwa profit bisa sampai 30% dalam sebulan, karena dalam setiap hari ditargetkan profit sebesar 1%," kata Dirkrimsus Polda Metro Jaya Kombes Auliyansah Lubis.

Berikut ini konsep skema keuntungan sistem depo yang dijanjikan kepada para korban:

- Depo USD 500 dengan perhitungan 50% keuntungan diberikan kepada member dan 50% untuk robot trading (perusahaan)

- Depo USD 1.000 dengan perhitungan 60% untuk member, 40% untuk robot trading

- Depo USD 5.000 dengan perhitungan 70% member, 30 % untuk robot trading

- Depo USD 10.000 dengan perhitungan 75% keuntungan member, 25% untuk robot trading

- Depo USD 50.000 dengan perhitungan 80% keuntungan member, 20% untuk robot trading.

Para pelaku akan membujuk para investor untuk menaruh uang lebih banyak di robot trading ini, agar keuntungan yang mereka dapat semakin besar. Aksi tipu-tipu ini sudah berjalan sejak tahun 2019, awalnya para nasabah memang mendapat keuntungan dari aplikasi ini. Namun tiba-tiba terjadi margin cell yang menyebabkan nasabah tidak dapat melakukan penarikan uang atau withdrawal.

Penyelidikan kasus ini dilakukan setelah para korban melapor ke Bareskrim Polri beberapa waktu yang lalu. Setelah ditangani jumlah pelapor terus bertambah, saat ini setidaknya ada 55 laporan yang sudah diterima dari 100 orang yang mengadukan investasi bodong Fahrenheit ini kepolisi.

Namun hingga saat ini, jumlah total kerugian para nasabah akibat aplikasi bodong ini masih belum dipastikan, karena penyidik masih melakukan pendataan kerugian para korban.

Dalam kasus ini para tersangka dijerat dengan Pasal 28 Ayat 1 dan atau Pasal 45 Ayat 1 dan 2 dan atau Pasal 27 Ayat 1 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Kemudian Pasal 105 dan 106 UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Pasal 3, 4, dan 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang TPPU. Dan Pasal 55 dan 56 KUHP UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.

Editor : -

Tag : #investasi ilegal    #robot trading fahrenheit    #ekonomi    #robot trading    #penipuan investasi    #hery susanto   

BACA JUGA

BERITA TERBARU