PARBOABOA, Pematangsiantar - Orang terkaya di dunia, Elon Musk, dilaporkan telah membeli 9,2 persen saham Twitter dan langsung meraup keuntungan besar.
Dilansir Daily Mail, Selasa (5/4/2022), Musk membeli saham perusahaan berlogo burung itu pada 14 Maret lalu, tetapi baru terungkap Senin kemarin.
Dengan kepemilikan 9,2 persen, Musk menjadi pemegang saham terbanyak Twitter, mengalahkan Jack Dorsey, yang merupakan salah satu pendiri perusahaan tersebut.
Sebelumnya, Dorsey merupakan pemilik saham individu terbanyak hingga Musk kemudian mengalahkan jumlah kepemilikan sahamnya empat kali lipat. Dorsey sendiri telah mengundurkan diri dari Twitter pada November lalu.
Dikutip dari Bloomberg, kepemilikan saham yang besar oleh CEO Tesla itu langsung mendongkrak harga saham Twitter hingga 27 persen dan membuat perusahaan untung US$1,2 miliar atau sekitar Rp17,4 triliun.
"Investasi yang dilakukan Musk hanya sebagian kecil dari persentase kekayaannya. Dan pembelian (saham) besar-besaran tidak boleh dilarang" ujar Analis Certified Forensic Auditor (CFrA) Angelo Zino.
Hingga kini, baik Musk maupun Twitter belum memberikan komentar. Pembelian mayoritas saham Twitter oleh Elon Musk sejauh ini menimbulkan tanda tanya.
Itu karena, pada Maret lalu, Musk yang juga CEO SpaceX, menulis di Twitter bahwa dirinya akan membuat platform media sosialnya sendiri.
Diketahui, Musk sebelumnya seringkali bermasalah dengan regulator keuangan terkait aktifitasnya di Twitter.
Belum lagi isu kebebasan berpendapat yang acapkali mendapat rintangan di Twitter. Kepada 80 juta pengikutnya di Twitter, Musk pada akhir Maret lalu mempertanyakan dedikasi Twitter akan demokrasi dan kebebasan berpendapat.
Beberapa tahun terakhir, Twitter, Facebook, dan sejumlah media sosial lainnya dikecam banyak pihak karena membiarkan komentar berbahaya yang mengandung kebencian, kekerasan, rasisme, serta pelecehan bertebaran
Atas dasar itulah kemudian media sosial besar membuat cara untuk menekan tersebarnya komentar-komentar berbahaya tersebut.
Namun hal itu kemudian menuai kritik dari sejumlah pihak lainnya, seperti Elon Musk sendiri dan mantan presiden Donald Trump.
Twitter dan Facebook pernah dikecam setelah menutup sejumlah akun yang dijalankan oleh Trump, usai tragedi kerusuhan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol yang menewaskan sejumlah orang.
Itu karena Trump sering melontarkan komentar-komentar menyesatkan kepada para pendukung loyalnya. Dan hal itu sering menimbulkan kerusuhan dan kesalahpahaman.
Menurut Profesor Bisnis dan Hukum Universitas Michigan, Erik Gordon, Musk bisa saja membeli saham Twitter sebagai bentuk investasi yang besar ke depannya.
Namun, menurutnya, bisa juga sebagai salah satu cara agar platform itu tidak melarang komentar-komentarnya.
Editor: -