Bisnis Properti Masih Lesu, Pengembang Tahan Meluncurkan Proyek Baru

PARBOABOA, Jakarta –  Bisnis properti belum pulih dari dampak pandemi COVID-19. Pengembang (developer) enggan meluncurkan proyek baru dan cenderung wait and see karena pelemahan ekonomi berdampak pada angka pembelian yang lesu. 

Associate Director for Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto mengungkapkan, sejak pandemi COVID-19 melanda di 2020, hingga kini penjualan properti masih mengalami tren penurunan, khususnya di Jakarta.

“Terus mengalami penurunan, jumlah stok unit yang laku juga masih sedikit sekali dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Masih enggan meluncurkan proyek-proyek baru,” kata Ferry Salanto kepada Parboaboa dalam media briefing, Jakarta, Rabu (04/01/2023).

Ferry menjelaskan, faktor yang mempengaruhi penurunan karena permintaan masih di bawah tekanan akibat ekonomi makro yang lesu dan sedikitnya launching proyek baru.

Faktor lainnya, kata Ferry, banyak konsumen cenderung menahan diri membeli, khususnya untuk unit apartemen setelah mencuatnya kasus Meikarta yang belakangan diketahui bermasalah. 

Saat itu, jelasnya, di awal peluncuran, promosi dan iklan dilakukan besar-besaran hingga menyita perhatian publik. Pada Agustus 2017, Pemerintah Provinsi Jawa Barat justru meminta pengembang menghentikan pembangunan karena perizinan dan kesesuaian tata ruang proyek bermasalah.

“Akibatnya hingga saat ini mayoritas pembeli belum menerima unit apartemen yang dijanjikan,” jelasnya.

“Banyak konsumen memilih membeli unit apartemen yang sudah siap huni karena lebih memberikan keamanan bagi pembeli,” jelasnya. 

Ferry memperkirakan, di tengah pelemahan pembelian properti, pada 2023 ini diprediksi harga sewa akan mengalami kenaikan antara 10-15 persen karena faktor inflasi 5,42 persen.