PARBOABOA, Jakarta - Bursa kerja mingguan akan segera hadir sebagai jawaban atas lonjakan pengangguran yang terus meningkat.
Program ini pun diharapkan mampu menjadi jembatan bagi para pencari kerja dan perusahaan, sekaligus mengatasi tantangan ekonomi yang semakin berat.
Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan respons terhadap melemahnya aktivitas ekonomi yang telah berdampak pada angka pengangguran.
Ia mengungkapkan bahwa bursa kerja mingguan ini diharapkan mampu menghubungkan pencari kerja dengan peluang yang tepat, sembari membantu perusahaan menemukan tenaga kerja yang sesuai.
Dalam sebuah acara di Jakarta Selatan, ia menyoroti kondisi ekonomi Indonesia yang tengah menghadapi tantangan berat, termasuk deflasi selama lima bulan terakhir dan jumlah pengangguran yang mencapai 7,5 juta orang.
Sebagai langkah awal, Yassierli menegaskan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan akan menggelar bursa kerja secara rutin setiap pekan.
Program ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi.
Dalam acara Jaknaker Expo 2024 yang berlangsung di Balai Sudirman, Jakarta Selatan, Teguh menyampaikan bahwa pengangguran di DKI Jakarta, yang mencapai 6,21%, tidak dapat diatasi dengan langkah setengah-setengah saja.
Ia pun juga menekankan pentingnya solusi yang menyeluruh, mulai dari akar permasalahan hingga penyediaan program pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi.
Teguh juga menggarisbawahi perlunya strategi panjang untuk mempersiapkan tenaga kerja unggul demi mendukung visi Indonesia Emas 2045.
Jaknaker Expo 2024, yang menjadi salah satu implementasi awal program ini, menawarkan lebih dari 35.000 lowongan pekerjaan selama dua hari penyelenggaraan.
Selain itu, acara ini juga menyediakan informasi mengenai program pelatihan kerja untuk meningkatkan keterampilan pencari kerja.
Teguh berharap, setidaknya 10.000 orang dapat terserap melalui acara tersebut, meskipun ia mengakui masih ada tantangan besar, terutama dalam memastikan kecocokan antara keterampilan pencari kerja dengan kebutuhan perusahaan.
Salah satu tantangan utama dalam pasar tenaga kerja Indonesia adalah fenomena job mismatch, dimana keterampilan para lulusan sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan industri.
Sistem pendidikan yang belum sepenuhnya responsif terhadap tuntutan pasar menjadi salah satu penyebab utamanya.
Untuk itu, pelatihan vokasi yang terintegrasi dengan pendidikan formal terus didorong sebagai solusi jangka panjang.
Program semacam ini diharapkan mampu menjembatani kesenjangan keterampilan sekaligus menciptakan tenaga kerja yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman.
Meskipun bursa kerja mingguan dapat menjadi platform efektif untuk mempertemukan pencari kerja dengan perusahaan, langkah ini tidak bisa berdiri sendiri.
Para ahli menilai, pengangguran memerlukan pendekatan yang lebih holistik.
Pemerintah, perusahaan, dan institusi pendidikan harus bekerja sama menciptakan ekosistem tenaga kerja yang adaptif.
Contoh sukses dari negara-negara seperti Jerman dan Jepang menunjukkan bahwa integrasi pelatihan vokasi ke dalam sistem pendidikan formal dapat menekan angka pengangguran secara signifikan, sekaligus meningkatkan daya saing tenaga kerja mereka di pasar global.
Di Indonesia, tantangan lainnya adalah memastikan partisipasi perusahaan dalam bursa kerja ini tetap konsisten.
Beberapa perusahaan besar cenderung lebih mengandalkan rekrutmen internal dibandingkan bergantung pada bursa kerja.
Oleh karena itu, kemitraan yang erat antara pemerintah dan dunia usaha menjadi kunci keberhasilan program ini.
Peningkatan digitalisasi pun juga dapat menjadi langkah strategis untuk mendukung bursa kerja.
Pengembangan platform daring yang terintegrasi dengan sistem rekrutmen konvensional akan memperluas akses pencari kerja sekaligus mempercepat proses perekrutan.
Selain itu, pemerintah perlu terus memperkuat pelatihan berbasis kebutuhan industri agar tenaga kerja lebih siap menghadapi dinamika pasar.
Bila langkah-langkah ini diimplementasikan dengan baik, akan memperbesar peluang program bursa kerja mingguan untuk menciptakan dampak yang lebih signifikan.
Kementerian Ketenagakerjaan pula menunjukkan komitmennya dengan meluncurkan bursa kerja di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Semarang.
Program ini bukan hanya membuka peluang kerja, tetapi juga menjadi alat untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan ketenagakerjaan.
Dengan pelibatan langsung masyarakat, pemerintah dapat mengidentifikasi hambatan yang ada serta merancang strategi baru untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja nasional.
Namun, keberhasilan bursa kerja tidak cukup diukur dari jumlah lowongan atau peserta yang hadir.
Dampak nyata dalam mengurangi pengangguran, seperti peningkatan keterampilan relevan dan penguatan pelatihan vokasi, menjadi indikator utama.
Pemerintah harus memastikan setiap langkah yang diambil dirancang untuk memberikan dampak yang berkelanjutan.
Selain itu, evaluasi berkala terhadap program-program ini sangat penting untuk memastikan bahwa hasil yang dicapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan lembaga pendidikan, bursa kerja mingguan dapat menjadi bagian dari solusi besar untuk mengatasi pengangguran di Indonesia.
Harapan menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan mampu bersaing ditingkat global tidak lagi sekedar impian, melainkan tujuan yang dapat dicapai dengan langkah-langkah strategis yang terintegrasi.