parboaboa

Dampak kehadiran Ojek online bagi pengemudi Becak BSA di Kota Pematangsiantar

Wulan | Daerah | 15-05-2022

Salah satu pengemudi becak BSA (dok Parboaboa)

PARBOABOA, Pematangsiantar – Munculnya Ojek online di Kota Pematangsiantar mencuri perhatian pengguna transportasi umum sehingga menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial dari tukang becak kepada para pengemudi Ojek online.

Jumari (58) salah satu warga Singosari menjelaskan tentang perbedaan kondisi sebelum dan sesudah adanya Ojek online di Kota Pematangsiantar.

“Kalau dari dulu sama yang sekarang berbeda. Kalau zaman dulu masih tahun 90 sampek tahun 2000an. Tapi sesudah tahun 2000 keatas berkuranglah karena adanya Ojek online,” kata Jumari saat ditemui tim Parboaboa pada Sabtu (15/5/2022).

Ia mengatakan, pendapatan dari hasil becak yang sudah dijalankannya selama 28 tahun mengalami penurunan akibat adanya Ojek online.

“Ya kek gitulah. Pendapatan agak berkuranglah,”  kata Jumari.

Jumari juga mengatakan, untuk saat ini menjalankan profesi sebagai tukang becak merupakan hal yang cukup susah apalagi dengan adanya pandemi Covid19.

”Selama Covid sewa agak payahlah, lagipula cemanala kan. Kadang-kadang ada kadang-kadang tidak” ujarnya.

Menurutnya, karena adanya Ojek online di Kota Pematangsiantar sangat berpengaruh untuk tukang becak seperti dirinya.

“Berpengaruhlah, agak berkurang juga pendapatan jauhlah pengaruhnya. Yang biasanya 80% sekarang turunlah jadi 50% gitu,” ucapnya.

Jumari pun berharap dengan adanya Ojek online dirinya harus tetap bertahan sebagai tukang becak.

“Ya namanya sudah tua harus tetap di pertahankanlah profesi ini,” kata jumari.

Dulunya, becak BSA sering digunakan sebagai salah satu transportasi dan menjadi ikon Kota Pematangsiantar. Namun, kini keberadaan becak BSA semakin jarang ditemukan dan hanya ada berkisar 96-100 unit yang tersebar di penjuru Kota Pematangsiantar.

“Memang kalau BSA ini sparepartnya gaada, payah dicari. Apalagi kalau uda kenak mesinnya uda payah. Sebenarnya itu ikon tapi kek manalah sperpatnya udah tidak ada lagi,” ucap Jumari.

Jika dibandingkan, becak yang cocok untuk dijadikan sebagai alat untuk mencari nafkah adalah becak dengan sepeda motor Megapro. Sebab, sepeda motor itu terbilang irit.

“Memang kalau dibandingkan yang lebih irit becak jepang inilah. Jadi masalah kerusakan itu ya jauh bedalah sama BSA. Kalau BSA itu terlalu banyak,” ungkapnya.

Terakhir ia pun menjelaskan seputar tarif perjalanan yang dibuatnya untuk para penumpang.

“Misalnya dari Suzuya ke Sambo itu biasanya Rp20.000. Kalau misalnya sampek ke Rambung Merah itu Rp25.000-30.000. Liat-liat sewa dan tujuannya lah,” tutupnya.

Bersamaan, Tim Parboaboa juga menanyai tukang becak lain yang berada di dekat lokasi tersebut mengenai perbedaan kondisi sebelum dan sesudah adanya Ojek online di Kota Pematangsiantar.

Trimo mengatakan, setelah adanya Ojek online tersebut hal yang paling berpengaruh baginya adalah sewa.

“Kalau kita turunlah, karena hobi sesorang itu berbeda,” katanya.

Ia juga mengatakan mengenai alasannya mengganti motor yang digunakan untuk becak tersebut.

“Karena gini, suku cadang tadi kurang mampu membutuhinya. Jadi kalau dibagusi seminggu 3 hari rusak, masuk nanti rusak lagi. Habis-habis kesitu ajalah jadinya,” ucapnya.

Jika pemerintah nantinya akan menyediakan suku cadang, apakah tukang becak di Kota Pematangsiantar masih ingin menggunakan BSA.

“Masih mau jika masih banyak suku cadangnya. Karena itu merupakan ciri khas Kota Pematangsiantar,” ujarnya.

Trimo juga memiliki harapan agar kondisi seluruhnya tukang becak di Kota Pematangsiantar tetap normal dan tidak memihak kepada siapapun.

Sebelumnya, Trimo mengatakan bahwa Erizal Ginting selaku ketua BSA  sudah memiliki rencana dalam pembuatan aplikasi agar memudahkan penumpang untuk memesan becak. Namun, wacana itu belum terealisasi sampai saat ini.

Tim Parboaboa juga sempat menanyakan pendapat warga sekitar tentang becak sebelum adanya Ojek online di Kota Pematangsiantar.

“Menurut kami, dulu itu becak sangat membantu ya,” kata dua orang warga yang bernama Ida (58) dan Ratna (56) saat dijumpai tim Parboaboa di Taman Bunga pada (15/5/2022).

Jika disuruh pilih antara Ojek online dan becak, Ida dan Ratna mengaku sama-sama menyukai keduanya.

“Kalo misalnya becak lewat cuma tinggal panggil, kalo Ojek online pake aplikasi. Sama- sama ga ribetlah,” kata mereka.

Soal tarif penumpang, Ida dan Ratna mengatakan jika dibandingkan dengan yang dulu harga tarif penumpangnya tergolong lebih mahal.

”Dari pajak dulu kan murah, kalo sekarang ya udah mahallah. Uda sekitar Rp10.000 lebih, kalo dulu ibu kan Cuma Rp5.000,” ucap Ida dan Ratna.

Kedua warga ini pun juga mengungkap soal kelebihan dan kekurangan dari becak ataupun Ojek online.

“Bedanya becak bisa bawak barang, kalo Ojek online pun sebenarnya bisa juganya. Hampir-hampir samanya” ujar Ida dan Ratna.

“Gadak kekurangan sih, aman-aman aja menurut kami,” lanjutnya.

Selain keempat orang tadi, Tim Parboaboa juga menanyai pendapat beberapa Ojek online yang mangkal di sekitaran Kota Pematangsiantar.

Candra Manalu (37) salah satu pengemudi Ojek online mengatakan bahwa profesi yang ditekuninya saat ini cukup membantu perekonomian keluarganya.

“Untuk segi pendapatan oke, karna aku juga ada kerjaan lain bukan cuma ini aja. Mencukupilah,” kata Candra.

Akan tetapi, Candra mengungkap jika pengemudi Ojek online hanya fokus pada satu pekerjaan ini maka dirinya merasa pendapatan tersebut kurang.

“Ada beberapa orang temanku yang berpusat di Ojek online ini kurang memuaskan. Karena uda ga kek dulu lagi lah. Ga bisa diharapkan lagi karena ada potongan-potongan itu makanya banyak juga yang ga pake aplikasi,” ungkapnya.

“Karena enak tanpa potongan dia, apalagi potongannya 20%. Tapi itupun ada juga potongan lain. Contohnya terera di aplikasi kita Rp12.000 nanti mau sama penumpang tertera Rp18.000,” lanjutnya.

Ia juga mengatakan jika becak bukanlah saingan dari pengemudi Ojek online.

“Ga merasa bersaing sih, cuma secara nyata dilihat orang ya bersainglah,” kata Candra.

Candra juga menceritakan suka dan dukanya selama ia menjalani profesi sebagai pengemudi Ojek online.

“Sukanya enakla, punya banyak teman trus kita jadi banyak ide untuk buat bisnis kecil-kecilan setelah mendatangi beberapa tempat terbukalah pikiran kita,” katanya.

“Dukanya ya kita kalau dijalan ya kadang mau dipepet angkot. Kayak angkot itu gasuka lah sama kita,” lanjutnya.

Bersamaan dengan itu, tim Parboaboa juga mewawancarai salah satu polisi dari Satlantas Kota Pematangsiantar. Menurutnya becak lebih memiliki keunggulan dalam membawa penumpang. Alasan itu diperkuat dengan adanya fasilitas becak yang tetap melindungi penumpang pada saat hujan sedangkan ojek online hanya disediakan mantel saja.

“Dibandingin dengan ojol,ada perbandingannya. Contohnya fasilitasnya kalau becak mungkin kita ga kena hujan. Kalau naik ojol ya mungkin hanya disiapin mantel ya itupun kurang safety juga. Nah itulah pebandingannya. Terus keuntungan naik ojol itu kita sampai ketujuan umpamanya gang sempit bisa diantar, tapi kalau becak kan sudah ada ukurannya. paling jalan jalan lebar aja," kata Sinaga selaku Unit Kerjawali Satlantas Kota Pematangsiantar.

Di sisi lain, para penarik becak di Kota Pematangsiantar berharap agar ada gerakan yang sekiranya bisa membuat mereka tetap eksis untuk melayani masyarakat dan wisatawan, seperti masuknya layanan becak yang bisa dipesan secara online.

Editor : -

Tag : #ojek online    #becak bsa    #daerah    #pematangsiantar    #dampak ojek online bagi pengemudi becak bsa    #ojol    #Erizal ginting   

BACA JUGA

BERITA TERBARU