Data 1,5 miliar pengguna Facebook diduga bocor dan dijual di internet. Hal ini dilaporkan oleh lembaga privasi asal Rusia, Russian Privacy Affairs, yang dirilis baru-baru ini.
Russian Privacy Affairs melaporkan, selama layanan Facebook down, penjahat siber menjual data pengguna Facebook di forum hacker.
Namun, belum ada bukti kuat apakah laporan dari Russian Privacy Affairs, benar atau tidak. Disebutkan ada beberapa orang yang mencoba membeli beberapa data pengguna Facebook.
Akan tetapi calon pembeli mengklaim bahwa penjual itu penipu karena mereka tidak menerima data apa pun setelah membayar uang senilai USD 5.000 atau sekitar Rp 71 juta. Ini menunjukkan bahwa penjual mungkin tidak memiliki data yang dia klaim.
Sehingga belum bisa dipastikan pula apakah kebocoran data ini, jika memang benar bocor, berhubungan dengan insiden tumbangnya layanan Facebook, WhatsApp, dan Instagram di seluruh dunia beberapa hari lalu.
Terdapat beberapa informasi data pribadi pengguna Facebook yang dijual oleh sang member di Dark Web. Mulai dari nama lengkap, email, lokasi, jenis kelamin, nomor HP, hingga username pengguna Facebook masuk dalam paket penjualannya.
Disebutkan bahwa berbagai informasi data pribadi pengguna Facebook itu didapat dengan cara web scrapping.
Beberapa pembeli lain bahkan mengungkapkan jika mereka telah melakukan pembayaran terhadap data pengguna Facebook itu. Akan tetapi, sang member yang menjualnya masih belum memberikan respon apapun hingga saat ini.
Munculnya kabar penjualan data pengguna Facebook ini berbarengan dengan masalah server down yang dialami perusahaan.
Tak ayal sejumlah pihak pun lantas mengaitkan penjualan data pengguna Facebook merupakan dampak dari masalah server down sehingga data pengguna bocor.
Hal tersebut langsung dibantah oleh pihak PrivacyAffairs yang menerbitkan laporan itu pertama kali. Berdasarkan keterangannya, penjualan data pengguna Facebook ini terjadi pada akhir September 2021.
Diterbitkannya kabar soal data pengguna Facebook dijual di Dark Web dengan masalah server down perusahaan yang bersamaan itu diklaim sebagai sebuah kebetulan semata.
Facebook sendiri memastikan selama layanannya, Instagram, dan WhatsApp down tidak ada aktivitas berbahaya, termasuk upaya peretasan.
Informasi ini disampaikan Facebook dalam laman Engineering Facebook, sesaat setelah layanannya, Instagram, dan WhatsApp pulih usai 6 jam tumbang.
"Kami ingin memastikan tidak ada aktivitas jahat di balik pemadaman ini. Akar masalahnya adalah perubahan konfigurasi yang salah di pihak kami," kata Facebook memberikan penegasan, seperti dikutip dari laman Engineering Facebook, Rabu (6/10/2021).
Lebih lanjut Facebook juga mengatakan, "Kami juga tidak memiliki bukti bahwa data pengguna telah disusupi sebagai akibat dari waktu henti ini."
Dalam kesempatan yang sama, Facebook juga mengaku pihaknya bekerja keras untuk memulihkan akses sistem mereka.
Editor: -