PARBOABOA, Jakarta – Siswa yang beragama kristen di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Depok, Jawa Barat diduga mengalami diskriminasi. Hal ini diketahui setelah pemilik akun Twitter Andreas Harsono membagikan foto yang memperlihatkan foto sekelompok siswa yang duduk berjajar di tangga sekolah, karena dilarang memakai ruang kelas untuk kegiatan Rohani Kristen (Rohkris).
Tak hanya itu, dalam keterangan foto yang dibagikannya, Andreas mengatakan jika siswa yang berani memberikan keterangan kepada media terkait hal ini terancam akan diberi sanksi oleh Kepala Sekolah.
“Murid-murid SMAN 2 Depok dilarang pakai ruang kelas buat kegiatan Rohani Kristen. Mereka pakai tangga atau lorong sekolah. Kepala sekolah ancam murid yang berikan keterangan kepada media akan dapat sanksi”, tulis Andreas Harsono, dikutip Jumat (07/10/2022).
Namun, pihak sekolah membantah narasi yang ditulis oleh Andreas tersebut.
Kepala Sekolah SMAN 2 Depok, Wawan Ridwan menjelaskan, peristiwa ini berawal saat seragam siswa kelas X datang pada Kamis (29/09/2022) dan diletakkan di ruang Multi Guna (MG) yang biasa diapakai Rohkris untuk ekstrakurikuler.
Namun, karena jumlah seragam cukup banyak dan butuh diklasifikasikan sesuai kelas siswa, menyebabkan ruang MG menjadi berantakan.
Untuk itu kegiatan Doa Pagi (Saat Teduh) bagi siswa-siswi yang beragama Kristen yang dijadwalkan digelar sehari setelah kedatangan seragam dipindahkan ke ruang pertemuan lantai 2.
“Informasi pindahnya ruangan sudah disampaikan oleh pihak sarpras (sarana prasarana) pada hari Kamis ke Kepala Sekolah, petugas kebersihan (office boy) dan salah satu siswa Rohkris,” kata Wawan dalam keterangan tertulis, Jumat (07/10/2022).
Kemudian pada hari dimana kegiatan Rohkris digelar, petugas kebersihan yang seharusnya membukakan pintu ruangan terlambat datang, sehingga mereka terpaksa menunggu di lorong ruang pertemuan.
“Jadi, foto yang beredar di media bahwa seakan-akan murid sedang duduk di selasar atau pelataran atau lorong karena tidak diberi ruangan untuk kegiatan, sebetulnya tidak sesuai dengan yang diberitakan,” jelas Wawan.
“Kejadian yang sebenarnya adalah para siswa sedang menunggu dibukakan pintu oleh office boy yang memegang kunci ruangan pertemuan,” tambahnya.
Editor: -