PARBOABOA - Saat sedang berselancar di dunia Internet, mungkin Eccedentesiast adalah istilah yang kerap kita jumpai. Istilah ini merujuk kepada seseorang yang suka tersenyum, namun hati nya sedih, trauma, hingga depresi.
Mereka-mereka ini sangat mudah menyembunyikan perasaannya di hadapan orang lain dan tersenyum paling lebar dibandingkan yang lainnya.
Tersenyum namun hati terluka, tertawa terbahak-bahak tapi dalam hati sedang menjerit tersiksa. Orang-orang yang seperti ini sering disebut sebagai eccedentesiast.
Lantas, apa itu Eccedentesiast? Bagaimana ciri-cirinya? Apa Anda salah satunya? Yuk simak sampai selesai!
Apa itu Eccedentesiast
Eccedentesiast adalah istilah dalam psikologi yang merujuk pada seseorang yang memilih menyembunyikan seluruh energi negatifnya dengan senyuman. Beberapa pendapat mengatakan bahwa itu adalah senyuman palsu.
Melansir laman urbandictionary, Eccedentesiast adalah seseorang yang menyembunyikan rasa sakit dibalik senyuman.
Kata Eccedentesiast sendiri berasal dari bahasa latin yang terdiri atas ecce (aku memperlihatkan), dentes (gigi) dan iast (penghibur). Dalam artiannya adalah tampil dengan menunjukkan gigi atau tersenyum.
Ciri-ciri Eccedentesiast
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa ciri-ciri orang yang memiliki sifat eccedentesiast:
Periang
Biasanya, mereka yang memiliki sifat eccedentesiast akan selalu terlihat ceria dan bahagia, bahkan sering tertawa dengan guyonan-guyonan kecil.
Mereka berusaha agar orang-orang disekitar menganggap bahwa mereka seperti tidak ada beban hidup. Padahal dalam hati, mereka sangat bersedih dan menangis.
Mereka tidak ingin orang lain tahu akan kesedihannya dan berusaha menyembunyikannya dengan senyuman serta sifat yang periang. Ia akan tetap tersenyum meski dunia sedang menjauhinya.
Im OK
Seorang Eccedentesiast biasanya selalu marasa baik-baik saja. Saat ditanya ada apa dengan dirinya, ia selalu berkata “tidak ada apa-apa” sambil terseyum.
Mereka tidak ingin merepotkan orang lain dengan kisah sedih ataupun masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu, mereka terbiasa untuk membohongi diri sendiri dengan mengatakan bahwa mereka baik-baik saja.
Mandiri
Karena tidak pernah meminta bantuan orang lain, para eccedentesiast ini terbiasa untuk hidup mandiri. Mereka memilih untuk menyelesaikan masalahnya berdasarkan pengalaman hidupnya.
Meskipun pahit, mereka tetap menjalaninya dan optimis bisa mendapatkan solusi meskipun terkadang terasa pilu.
Bercerita dengan orang terdekat
Meski terlihat baik-baik saja dan periang, mereka tetap tidak akan bercerita kepada siapapun tentang bagaimana perasaannya, kecuali orang-orang terdekatnya.
Seorang eccedentesiast bukanlah orang yang mati rasa terhadap emosi negatif yang ia miliki. Namun, mereka memperlihatkan hal itu kepada beberapa orang saja.
Jika kamu memiliki seorang teman yang memperlihatkan sisi lemahnya, padahal kamu tahu bahwa dia selalu periang dalam tongkrongan, maka kamu adalah sosok yang terpilih!
Mood yang berubah-ubah
Orang yang terbiasa memendam kesedihannya sering kali mengalami perubahan suasana hati yang terlalu cepat, hingga kehilangan minat akan sesuatu.
Saat bersama teman, seseorang dengan smiling depression ini biasanya memiliki banyak minat akan sesuatu, namun semuanya menghilang saat mereka sedang sendiri.
Berbagai kegiatan yang biasanya seorang eccedentesiast nikmati, seketika hilang begitu saja. Itu karena perasaan bersalah, tidak berharga, overthinking dan putus asa yang mereka alami.
Setelah memahami segala persoalan mengenai eccedentesiast, bisa disimpukan jika sebagaian orang pernah di posisi eccedentesiast.
Singkatnya, eccedentesiast adalah fenomena yang sering muncul dalam kehidupan bersosial yang disandingkan dengan berbagai alasan.
Bagi kamu yang mengalaminya, tak apa untuk terlihat bersedih sesekali, tak apa untuk terlihat lemah, tak apa untuk tidak berdaya, coba untuk mengeluarkan semuanya, karena itu adalah hal yang manusiawi.
Duka dan bahagia merupakan bunga-bunga kehidupan yang harus dilalui seorang manusia. Jika kamu merasa kesulitan untuk mengekspresikannya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog ataupun psikiater.