PARBOABOA, China – Presiden China Xi Jinping membuat kesepakatan bersama Presiden AS Joe Biden untuk melakukan pertukaran tahanan Kanada dan China.
AS mengembalikan Chief Financial Officer Huawei, Meng Wanzhou ke China. Ia ditahan sejak akhir tahun 2018 oleh otoritas Kanada atas permintaan Amerika Serikat.
Penahanan Meng Wanzhou berkaitan dengan dugaan penipuan terhadap Bank HSBC dan penipuan wire, di mana dia dituduh menyembunyikan hubungan bisnis dengan Iran yang dilakukan Skycom, anak perusahaan Huawei.
Sementara China membebaskan warga Kanada Michael Spavor dan Michael Kovrig. Pada 2018, China menuduh Michael Sparov dan Michael Kovrig melakukan kegiatan mata-mata, namun menyangkal bahwa penahanan keduanya adalah aksi balasan atas penahanan Meng.
Pertukaran tahanan ini juga mengakhiri ketegangan diplomatik yang melanda Beijing dengan Barat. Namun, pembebasan Meng ini membuat Presiden Amerika Serikat Joe Biden dikritik oleh beberapa senator.
Marco Rubio, senator dari Partai Republik menyatakan, dibebaskannya Meng membuat kemampuan Joe Biden dipertanyakan dalam menghadapi ancaman dari China dan juga Huawei. Bahkan ia meminta pemerintahan Biden menjelaskannya di hadapan Konggres.
"Dibebaskannya Ms Meng memunculkan pertanyaan-pertanyaan serius tentang kemauan dan kemampuan Presiden Biden dalam mengkonfrontir ancaman yang datang dari Huawei dan Partai Komunis China," sebut Rubio seperti dikutip dari Reuteers.
Ia menyatakan hal ini menandakan pendekatan Biden pada Beijing terlalu lembut. Adapun senator Jim Risch menyebut kejadian ini merupakan kemenangan bagi China.
Suara dari pihak China tentu sebaliknya, bahwa sejak pertama Meng Wanzhou ditahan tanpa alasan sehingga sudah pantas dibebaskan. Mereka juga menilai hal ini merupakan sinyal dari Biden untuk memperbaiki hubungan dengan China yang belum juga membaik.
"Dengan menyetujui Meng kembali ke China, pemerintahan Biden memberi sinyal bahwa mereka berharap untuk membersihkan kekacauan yang ditinggalkan oleh pemerintahan Trump," kata Wu Xinbo dari Institute of International Studies at Fudan University.
Editor: -