PARBOABOA, Pematangsiantar - Drama penjualan klub sepakbola asal London, Chelsea hingga kini belum juga usai. Hal ini menyebabkan rasa penasaran para Chelsea Headhunters semakin besar akan pemilik Chelsea selanjutnya.
Seperti yang kita ketahui, Roman Arkadievich Abramovich atau biasa dikenal sebagai Roman Abramovich berniat menjual Chelsea karena adanya agresi militer Rusia ke Ukraina. Hal itu tertuang dalam pernyataan Abramovich yang diunggah lewat situs resmi klub pada Kamis (3/3) dini hari WIB.
Terlebih, Roman Abramovich dikenal dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Selain itu, Abramovich juga dituduh melakukan korupsi dan penyuapan agar dirinya mempunyai pengaruh politik.
Karena hal-hal tersebut, beberapa pihak mendesak pemerintah Inggris untuk memberikan sanksi agar aset Abramovich di Inggris disita. Aset tersebut adalah Chelsea dan rumah seharga 152 poundsterling atau Rp2,9 triliun serta Flat yang ada di Kawasan London.
Maka dari itu, Roman Abramovich pun memutuskan untuk menjual Chelsea. Dalam laporan Mirror, taipan asal Rusia itu akan melepaskan Chelsea dengan bayaran minimal 4 miliar poundsterling atau setara dengan Rp76 triliun.
Masifnya pemberitaan mengenai penjualan klub tersebut sontak membuat konglomerat lainnya cukup tertarik untuk memilikinya.
Informasi terkini menjukkan sejumlah nama yang menjadi calon pembeli Chelsea, diantaranya Lewis Hamilton, Serena Williams dan Konsorsium Sir Martin Broughton.
Di sisi lain, dua calon pembeli lainnya telah hengkang dari perburuan mendapatkan The Blues, yakni co-owner klub Los Angeles Dodgers Todd Boehly dan co-owner Boston Celtics Steve Pagliuca.
Sementara itu, pemerintah Inggris mengatakan bahwa Chelsea mendapat jaminan untuk tetap beroperasi terkait sanksi yang diberikan.
Hanya saja, ada aturan dari pemerintah Inggris yang tidak memperbolehkan Roman Abramovich untuk mendapatkan keuntungan atas penjualan Chelsea.
Kendati demikian, Roman hanya bisa mendapatkan penghapusan utang Chelsea. Besaran utang Chelsea adalah 1,95 juta dollar AS atau sekitar Rp28,08 miliar.
Selanjutnya, bank perdagangan asal New York, Raine Group, ditugaskan oleh pemerintah Inggris untuk menyeleksi kandidat pembeli Chelsea.
Berdasarkan penghapusan utang tersebut, jelas bahwa Roman sangat dirugikan. Sejak awal kepemilikannya, ia sudah menggelontorkan dana sampai 2 milliar poundsterling atau setara Rp34,6 triliun.
Bahkan, ia disebut telah membandrol Chelsea seharga 4 miliar Euro dan bersumpah akan menyumbangkan hasil penjualan kepada korban invasi Rusia ke Ukrania.
“Saya tidak akan meminta pinjaman apapun untuk dilunasi. Bagi saya, ini bukan tentang bisnis atau uang, tapi Hasrat murni olahraga ini dan klub.” bunyi pernyataan Abramovich, sebagaimana dikutip dari goal.com.
Sekilas Tentang Roman Abramovich
Sebelum menjadi seorang konglomerat seperti saat ini, Roman adalah seorang pria yang pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. Ketika masih berusia dua tahun, ibunya yaitu Irina Otrowski Abramovic meninggal dunia karena penyakit bakteremia karena aborsi ketika Roman masih berusia satu tahun.
Dua tahun kemudian, Roman juga ditinggalkan oleh sang ayah karena kecelakaan ketika bekerja di perusahaan konstruksi. Sejak saat Itu, Roman tinggal bersama kakek neneknya di Lithuania.
Meskipun hidup pas-pasan, Roman pernah juga menempuh pendidikan di institut industri Ukhta. Ia juga pernah terpilih sebagai tentara Soviet. Roman kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Auto Transport Negara di Moscow. Namun sayangnya,
Roman tidak melanjutkan pendidikannya karena lebih memilih untuk menggeluti dunia bisnis.
Perjalanan Roman dalam menekuni dunia bisnis pun berwarna-warni. Di tahun 1988, Roman Abramovich pernah mendirikan sebuah pabrik boneka. Dari bisnis tersebut, usahanya meluas ke berbagai sektor seperti minyak, peternakan babi, dan investasi.
Kemudian pada awal 1990-an sampai 1995, Abramovich berhasil melikuidasi 20 perusahaan dan mendirikan lima perusahaan dagang. Saat itu, Roman berkonsentrasi pada perdagangan minyak.
Pada tahun 1995-1996, Roman Abramovich lalu berhasil mendirikan 10 perusahaan lain. Di tahun tersebut, Roman juga bekerja sama dengan Boris Berezovsky dalam pembelian saham pengendali perusahaan minyak Sibneft sebesar US$100 juta, yang pada waktu itu bernilai sekitar US$150 juta.
Setelah diakuisisi, nilai Sibneft ternyata semakin melonjak. Kemudian di tahun 2005, Roman menjual 73% sahamnya di Sibneft kepada perusahaan gas raksasa Gazprom seharga US$13 miliar. Dari penjualan saham tersebut, Roman mendapatkan keuntungan yang cukup tinggi.
Lahir pada 1966 di Saratov, Rusia, sebuah kota pelabuhan utama di sudut barat daya negara itu, Abramovich adalah miliarder Rusia. Ia, tentu saja, paling terkenal karena perannya sebagai pemilik klub Liga Premier Chelsea.
Awalnya, Roman Abramovich datang ke Stamford Bridge pada musim panas di tahun 2003. Kala itu, ia mengakuisisi Chelsea dari pemilik sebelumnya, Ken Bates dengan merogoh kocek hingga 140 juta paun atau sekitar Rp 2,6 triliun.
Bersama Roman Abramovich, Chelsea sukses menjadi kekuatan sepak bola Inggris dan Eropa. Total, The Blues telah meraih 19 gelar juara pada era Abramovich. Semua gelar yang tersedia berhasil mereka raih, mulai dari kompetisi domestik hingga Eropa. Gelar terkini yang diraih Chelsea adalah trofi Piala Dunia Antarklub FIFA.
Kini Roman Abramovich terpaksa menjual klubnya karena Inggris menjatuhkan sanksi kepada pengusaha Rusia yang menginvestasikan uangnya di sana, menyusul invasi militer Rusia ke Ukraina.
Di bawah komando Roman Abramovich, The Blues sudah memenangkan 18 trofi bergengsi selama disokong oleh Abramovich, yakni dua kali juara Liga Champions (2011/2012 dan 2020/2021) dan dua kali Liga Eropa (2012/2013 dan 2018/2019).
Lalu, ada lima gelar Liga Primer Inggris pada 2004/2006, 2005/2006, 2009/2010, 2014/2015/, dan 2016/2017. Ada pula lima gelar Piala FA yang direngkuh pada musim 2006/2007, 2008/2009, 2009/2010, 2011/2012, dan 2017/2018.
Karena sederet gelar tersebut, Chelsea menjadi salah satu klub Inggris tersukses di bawah kepemilikan Abramovich.
Selain menjadi pemilik Chelsea, Roman juga mendirikan sebuah yayasan yang disebut sebagai akademi sepakbola nasional.
Melalui akademi tersebut tersebut, Roman berharap bisa mencetak bibit-bibit pemain sepakbola baru.
Akademi tersebut juga sudah berhasil membuat 15 lapangan yang sangat besar di Rusia.