Pengertian Perilaku Sabar, Macam, dan Keutamaannya Menurut Syariat Islam

Pengertian Sabar (Foto :Parboaboa/Ratni)

PARBOABOA – Di antara akhlak – akhlak mulia yang dianjurkan dalam Islam adalah bersikap ikhlas dan sabar. Segala tindakan yang dilakukan dengan sikap – sikap mulia tersebut akan mendatangkan berkah, keutamaan ikhlas, dan menuai pahala dari Allah SWT. Dinamika kehidupan kadang kala menempatkan seorang muslim dalam kondisi sulit. Karena itu, ia dituntut untuk ikhlas dan sabar dalam menghadapi keadaan tersebut.

Sikap ini tentunya harus diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. Sabar merupakan sikap yang sangat penting dalam menghadapi emosi, dan bisa ditumbuhkan seiring berjalannya waktu. Sabar adalah kunci dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan. Semakin tinggi tingkat kesabaran seseorang, maka semakin siap pula ia menghadapi suatu masalah. Orang yang sabar adalah orang yang memiliki nilai tinggi dalam hidup dan lingkungannya.

Lantas, apakah kamu sudah termasuk dalam kategori orang yang sabar?

Pengertian Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, َر َب ص  yang berarti menahan, mencegah atau tabah. Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah menahan diri dari sifat kegundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Sabar adalah salah satu keutamaan hidup terbaik dalam Islam. Melalui sabar, muslim percaya bahwa seorang individu dapat tumbuh lebih dekat dengan Allah. Dengan demikian, dapat mencapai kedamaian sejati. Ditegaskan pula dalam Islam, bahwa Allah beserta orang-orang yang sabar, lebih khusus lagi dalam musibah dan penderitaan.

Dalil Naqli Perintah Sabar

  • Firman Allah dalam Al Qur’an surah Luqman ayat 17, sebagai berikut:

 Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal- hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman [31]:17)

  • Firman Allah dalam Al Qur’an surah Ali Imran ayat 200, sebagai berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran [3]:200)

  • Firman Allah dalam Al Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155-156, sebagai berikut:

Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. (QS. Al-Baqarah [2]:155-156)

  • Firman Allah dalam Al Qur’an surah An-Nahl ayat 126-127, sebagai berikut:

Artinya: “Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.” (QS. An-Nahl [16]:126-127)

Macam – macam Sabar

Di antara perkara yang dianjurkan dalam Islam adalah sabar. Secara bahasa, sabar artinya tertahan, sebagaimana perkataan Jabir.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : نَهَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُقْتَلَ شَيْءٌ مِنَ الدَّوَابِّ صَبْرًا

Dari Jabir ia berkata : “Rasulullah SAW melarang membunuh binatang dengan cara ditahan.” (HR. Muslim)

Dalam hadits di atas terdapat kata صَبْرً yang menjadi akar kata dari sabar.

Secara Istilah, sabar adalah menahan diri dalam melaksanakan sesuatu dan menjauhi sesuatu. Sehingga definisi sabar akan tercakup dalam 3 macam kesabaran.

Apa sajakah itu? Berikut penjelasanya di bawah ini.

1. Sabar dalam melaksanakan taat kepada Allah SWT

Allah berfirman :

     ÙˆÙŽØ£Ù’مُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا

Artinya : “Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah dalam memerintahkannya.” (QS.Thaha: 132)

Dalam ayat di atas disebutkan perintah sabar dalam melaksanakan taat, yaitu seorang suami harus bersabar dalam memerintahkan istrinya untuk mengerjakan salat. Memang seperti itulah tugas seorang suami, ia harus bisa memimpin bahtera rumah tangganya dan memerintahkan keluarganya untuk melakukan kebaikan.

Dalil lainnya adalah:

وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَه

Artinya: “Dan bersabarlah kamu terhadap orang-orang yang senantiasa berdoa kepada Rabbnya di waktu pagi dan sore hari dengan mengharap wajah-Nya.” (QS. Al-Kahfi: 28).

Ayat di atas adalah perintah sabar terhadap orang-orang baik, yang senantiasa berdoa dan menyeru di jalan Allah. Karena yang namanya pertemanan, pasti akan dijumpai suatu hal yang tidak menyenangkan, oleh karena itu Allah perintahkan bersabar jika menjumpai suatu hal yang tidak menyenangkan dari saudaranya.

2. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan

Hal inilah yang terjadi pada Nabi Yusuf ‘alaihis salam. Beliau diajak berzina oleh istri seorang al-‘aziz di tempat yang sudah aman lagi tertutup rapat, sehingga tidak mungkin ada orang yang tahu. Selain itu, istri al-‘aziz juga memiliki kekuasaan dan kekuatan terhadap Yusuf, namun Yusuf mampu menghidari ajakan berzina dari seorang wanita yang cantik, padahal dia sendiri adalah seorang pemuda yang masih belia, sehingga sangat mudah untuk tergoda melakukan zina. Akan tetapi, Yusuf lebih memilih bersabar dalam menjahi kemaksiatan sehingga ia pun rela dipenjara.

Sebagaimana yang Allah ceritakan dalam firman-Nya

قَالَ رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya : “Yusuf berkata: ‘Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika Engkau tidak hindarkan aku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh’.” (QS. Yusuf: 33).

3. Sabar dalam menerima takdir Allah SWT

Sabar jenis yang ketiga adalah sabar menerima takdir yang Allah berikan.

Allah Ta’ala berfirman

فَٱصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ

Artinya : “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabbmu.” (QS. Al-Insan: 24)

Takdir adalah sebuah ketetapan Allah, dari takdir yang baik sampai takdir yang buruk dan seorang muslim wajib menerimanya. Seorang muslim tidak boleh protes dengan takdir yang telah Allah tetapkan untuknya. Karena setiap takdir yang Allah tetapkan, pasti ada hikmahnya.

Ketika seorang muslim tertimpa takdir yang buruk, misalnya tertimpa musibah sakit atau kematian, ingatlah bahwa para Rasul memiliki cobaan yang jauh lebih berat dibanding kita semua. Oleh karena itu, Allah perintahkan kita untuk meniru para Rasul dalam hal bersabar.

 Allah Ta’ala berfirman

     فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ

 Artinya : “Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran para rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar (adzab) disegerakan untuk mereka.” (QS. Al-Ahqaf: 35)

Demikianlah tiga macam kesabaran yang disebutkan dalam Al-Quran. Semuanya memiliki tingkatan keutamaan yang berbeda - beda tergantung masing – masing orang.

Ada yang lebih utama bersabar dalam menjauhi maksiat, dikarenakan lebih sulit baginya dibandingan untuk melakukan taat. Ada pula yang lebih utama bersabar dalam takdir Allah, dikarenakan lebih sulit baginya dibandingkan untuk menjauhi maksiat.

Keutamaan Sabar

Selain mengenali pengertian sabar, mengenali keutamaannya juga perlu bagi seorang muslim. Keutamaan sabar ini telah dijelaskan dalam sebuah hadist yang berbunyi:

“Jika Allah SWT mencintai seseorang, maka Ia akan mengujinya. Jika orang itu sabar, maka Allah SWT akan menjadikannya orang mulia (mutjaba). Dan jika ia ridha, maka Allah SWT akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa (musthafa).

Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa terdapat dua golongan dalam menghadapi ujian hidup, yaitu orang yang menghadapi dengan sabar (mutjaba) dan orang yang menghadapi dengan kerelaan (musthafa). Dalam hal ini, orang yang menjalani ujian hidup dengan penuh kerelaan hanya tercermin pada sikap Rasulullah SAW.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS