PARBOABOA, Pematang Siantar - Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pematang Siantar, Sumatra Utara mengklaim tingkat literasi masyarakat selalu meningkat, meski perpustakaan umum masih belum memenuhi standar Perpustakaan Nasional.
Pustakawan Ahli Muda di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Pematang Siantar, Nur Amin mengatakan, peningkatan literasi tersebut terlihat dari jumlah pengunjung di perpustakaan umum Pematang Siantar mencapai 41 ribu orang, dari target 40 ribu orang pada 2022 dengan rincian 130 orang per hari.
Sementara di 2023, pihaknya menargetkan kunjungan ke perpustakaan sebanyak 42 ribu orang. Hingga triwulan I ini, pengunjung sudah mencapai 23 ribu orang.
“Sesuai data yang kita catat, literasi masyarakat Kota Siantar terus meningkat. Walaupun perpustakaan umum Pematang Siantar belum masuk ke dalam standar perpustakaan nasional karena buku yang disediakan belum sebanyak jumlah masyarakat Pematang Siantar,” ucap Amin kepada PARBOABOA, Selasa (24/5/2023).
Tak hanya itu, Amin juga mengatakan bahwa anggota perpustakaan yang terdaftar dalam peminjaman buku hingga Mei 2023 sudah tembus 6.025 orang yang didominasi oleh pelajar dan mahasiswa.
Amin menambahkan, buku-buku yang tersedia saat ini di perpustakaan umum Kota Pematang Siantar sebanyak 17.914 Judul dan 31.317 eksemplar sedangkan jumlah penduduk kota Pematang Siantar mencapai 268.254 jiwa di 2021.
Melihat jumlah tersebut, perpustakaan umum Pematang Siantar belum bisa masuk ke dalam standar perpustakaan nasional.
Amin menjelaskan, kurangnya koleksi buku lantaran anggaran dari Pemko Pematang Siantar tidak mencukupi. Namun, ia tidak merinci berapa anggaran belanja buku per tahunnya.
"Hanya bisa membeli buku beberapa lah, tidak sampai seratus buku. Karena buku-buku sekarang minimal harganya Rp100 ribu. Apalagi buku panduan UN, itu yg paling mahal mencapai Rp300 ribu. Jadi, ya masih sangat kuranglah," jelasnya.
“Tahun ini kita sudah ajukan ke pemerintah untuk menyediakan e-book (buku elektronik) untuk memudahkan masyarakat yang ingin membaca kapan dan dimana pun. Namun belum diterima, tapi tahun depan akan kita ajukan kembali agar menyediakan e-book tersebut,” lanjutnya.
Selain itu, pihaknya juga akan terus melakukan sosialisasi peningkatan minat baca melalui perpustakaan keliling yang berkunjung ke sekolah-sekolah
"Termasuk menganjurkan jika siswa ingin membaca buku dengan koleksi beragam, bisa ke Perpustakaan Umum Pematang Siantar," jelasnya.
Pantauan Parboaboa, perpustakaan umum di Kota Pematang Siantar sebagian telah memenuhi standar perpustakaan nasional, seperti standar sarana dan prasarana, standar pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan, standar penyelenggaraan, dan standar pengelolaan.
Hanya saja, untuk standar koleksi perpustakaan masih belum terpenuhi hingga saat ini.
Salah seorang Mahasiswa dari Universitas Nomensen Pematang Siantar, Dita (21) mengaku kedatangannya ke Perpustakaan Umum Kota Pematang Siantar hanya untuk mencari buku yang sesuai dengan tugas kuliahnya.
“Ke sana hanya beberapa kali, mencari buku untuk tugas. Tapi tidak ada, jadi saya tidak cari ke sana lagi. Saya beli atau cari dari kota lain,” ungkapnya.
Mahasiswa Sastra Indonesia ini tidak menampik koleksi buku-buku di perpustakaan umum banyak dan bagus. Hanya saja untuk kategorinya masih kurang lengkap.
Berbeda dengan Soni (21) yang mengaku sering meminjam buku ke perpustakaan umum Pematang Siantar.
Menurutnya, koleksi buku yang membuatnya tertarik menjadi anggota Perpustakaan umum tersebut.
“Lumayan sering ke sana, banyak buku-buku di sana seperti novel, motivasi, pendidikan, dan lainnya. Namun untuk referensi untuk kebutuhan anak kuliah, masih tergolong kurang,” ungkap Soni.
Minat Baca Masyarakat Tak Tergantung Jumlah Buku di Perpustakaan
Kepala Program Studi Sastra Bahasa Indonesia di Universitas Nomensen, Marlina mengatakan minat baca masyarakat bukan tergantung dari banyaknya buku yang disediakan perpustakaan umum kota Pematang Siantar.
Menurutnya, hal itu harus didukung kesadaran masyarakat itu sendiri untuk mengetahui pentingnya banyak membaca buku yang sumbernya jelas dan terpercaya.
“Sedikitnya buku yang disediakan perpustakaan umum bukan menjadi patokan masyarakat kurang berminat baca buku. Itu dikarenakan zaman yang semakin berkembang membuat semua serba digital. Kapanpun dan dimanapun orang-orang harusnya sudah bisa membaca,” ungkapnya.
Marlina mengingatkan pemerintah pentingnya mengikuti perkembangan zaman yang semua serba online atau digital.
“Apalagi di jaman sekarang, HP (handphone) sudah menjadi kebutuhan primer karena di era yang semakin maju,” katanya.
Ia juga mengaku kesulitan membangun jiwa literasi mahasiswa yang tidak mempunyai kepribadian yang giat belajar. Bahkan kadang, mahasiswa hanya mencari buku untuk referensi yang didasari dari paksaan, seperti tugas kuliah dari dosen.
Marlina berharap mahasiswa di universitas negeri maupun swasta selalu membangun jiwa literasinya, karena literasi itu sangat penting.
"Bukan hal yang merugikan. Bahkan itu akan menguntungkan dirimu sendiri di masa depan," imbuhnya.
Editor: Kurnia Ismain