Game Online di Kalangan Pelajar: Ruang Ekspresi atau Tantangan Pendidikan?

Ilustrasi anak sekolah bermain game online. (Foto: PARBOABOA/Ronald SIbuea)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Bermain game online telah menjadi rutinitas wajib bagi anak-anak usia pelajar termasuk di Kota Pematangsiantar. 

Harus diakui memang, Game online menawarkan ruang baru untuk kebebasan berekspresi dan eksplorasi kemampuan pengguna.

Jurnal berjudul Pemanfaatan Game Online sebagai Permainan Edukatif Modern untuk Mengembangkan Kreativitas Anak, telah mengulas hal ini. 

Jurnal yang ditulis Rezki Perwita Arum, Aat Mar’atun Sholehah dan Fatmawati dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2021) ini, secara garis besar menegaskan, game online penting bagi peserta didik untuk mengaktualisasikan imajinasi mereka dalam bentuk ide dan gagasan.

Anak-anak, karenanya harus diberikan pengetahuan tentang game online agar mereka dapat memilih game yang edukatif demi  merangsang kepekaannya.

Sementara itu, jurnal lain berjudul Dampak Positif dan Negatif Permainan Game Online di Kalangan Pelajar ditulis Rahmad Nico Suryanto dari Universitas Riau, menjelaskan beberapa dampak positif game online di kalangan pelajar.

Dampak tersebut meliputi pengurangan stres akibat rutinitas sekolah, prestasi menonjol dalam pelajaran komputer, kemampuan cepat dalam menyelesaikan masalah dan kemudahan berkenalan dengan teman baru yang memiliki hobi serupa.

Namun demikian, wacana memasukkan game online ke lingkungan sekolah tidak sepenuhnya didukung terutama oleh pihak sekolah sendiri.

Wali kelas XII-Multimedia SMK Swasta GKPI 2 Pematangsiantar, Yuda Gultom, misalnya menyampaikan, dampak positif game online dalam lingkungan sekolah tidak terbukti.

Dalam keterangannya kepada Parboaboa, Jumat (2/8/2024), Yuda menerangkan bahwa siswa yang bermain game online justru seringkali tidak lebih baik secara akademis dibandingkan dengan siswa yang tidak bermain game.

Game online juga tegasnya, tidak memiliki kaitan langsung dengan mata pelajaran komputer.

"Pelajaran komputer bukan semata mengenal software atau hardware, melainkan bagaimana control brainware yang benar," kata Yuda.

Ia menambahkan bahwa guru masih memiliki peran besar dalam mendorong kemauan dan minat belajar siswa, bukan bergantung pada game online. 

Apalagi, demikian ia menegaskan, dampak negatif game online lebih terlihat daripada manfaatnya - sehingga game online bukanlah solusi.

Terpisah, Kepala Seksi Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Pematangsiantar, Juanda Panjaitan menyampaikan bahwa game online bisa dikembangkan sebagai sarana pengembangan bakat sesuai dengan perkembangan zaman. 

Dalam wawancara dengan Parboaboa, Jumat (2/7/2024), ia menjelaskan, sekolah telah menerapkan aturan tentang izin membawa handphone ke sekolah sejak lima tahun lalu.

Namun begitu, aturan ini kata dia, bukan tanpa tantangan."Ada aturan soal handphone. Bisa dibawa ke sekolah, tetapi dipakai hanya pada waktu dan kegiatan tertentu," ungkapnya.

Juanda menyarankan agar sekolah memberikan arahan dan edukasi khusus tentang game online. 

Menurutnya, sekolah bisa berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan serta Dinas Pariwisata dan Olahraga untuk menyelenggarakan kegiatan yang berhubungan dengan game online, asalkan tetap berada di bawah pengawasan. 

Sementara itu, mengenai penolakan sejumlah guru, Juanda melihatnya sebagai pelajaran sekaligus tantangan yang mesti dikelola secara baik.

"Sebenarnya ini semua terkait kontrol dan pengawasan," ungkap dia.

Di sisi lain, Juanda melihat game online sebagai fenomena baru yang mulai mengakar di kalangan siswa. Ia berpendapat bahwa ruang gerak guru semakin terbatas karena banyaknya aturan.

"Bisa jadi guru takut untuk memarahi dan menghukum siswa. Sekarang semua dibatasi oleh Hak Asasi Manusia (HAM)," tutupnya.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS