parboaboa

Survei Serologi Mengumumkan 98,5 Persen Penduduk Indonesia Punya Antibodi Covid-19

Sari | Kesehatan | 17-08-2022

Ilustrasi tes antibodi terhadap SARS-CoV-2 (Foto: SHUTTERSTOCK/angellodeco)

PARBOABOA, Jakarta – Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes dan Tim Pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), mengumumkan hasil survei serologi antibodi penduduk Indonesia terhadap virus SARS-CoV-2.

Survei yang dilaksanakan pada bulan Juli 2022 untuk seluruh Indonesia, menunjukkan hasil 98,5 persen penduduk memiliki antibodi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Lantas, apakah perlindungan dengan masker dan protokol kesehatan masih perlu kita lakukan?

Melansir dari Suara.com, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia, Prof.Dr.dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, menerangkan bahwa memakai masker masih perlu dilakukan, tidak ada tawar menawar.

Iris menjelaskan, memakai masker dan vaksinasi merupakan perlindungan nomor satu. Karena saat ini, Indonesia masih dalam masa transisi dan belum memasuki fase endemi. Meskipun seseorang pernah terinfeksi Covid-19, siapa saja pasti berpotensi ter-infeksi kembali.

Mengingat virus Covid-19 yang terus bermutasi dan berkembang, Iris mengimbau untuk tidak mengendorkan protokol kesehatan. Hal tersebut menjadi langkah yang bisa mencegah tertular dan menularkan.

"Tetapi, Covid-19 ini jangan cepat-cepat dianggap endemi, kita masih di masa pandemi. Memang kita menuju endemi, sementara kita memenuhi standar protokol kesehatan harus dipakai, vaksin dan masker itu kombinasi yang harus dijalankan," tuturnya, dikutip dari Suara.com, Selasa (16/8/2022).

Berdasarkan data, Survei Serologi Sars-CoV-2 menunjukkan peningkatan antibodi masyarakat, namun terdapat risiko tertular dan menularkan antar manusia.

“Jadi, walaupun antibodinya sudah meningkat, kita tetap bisa tertular. Kenapa demikian? Karena sudah terjadi mutasi daripada virus, jadi mutasi dari virus sudah berubah. Jadi artinya bisa tertular. Terus kemudian antibodinya, gimana? Antibodi setelah vaksin memang tinggi. Tetapi antibodi tinggi bukan berarti melindungi, karena pertama ada mutasi, kedua tergantung dari kedua kondisi dari orang itu.” Tegas Iris.

Masyarakat yang sudah vaksin lengkap ditambah booster, masih memiliki risiko terinfeksi Covid-19, namun gejala yang ditimbulkan tergolong ringan. Sistem imun tubuh tergantung pada yang membentuk sistem imun itu sendiri, seperti kondisi tubuh dan lingkungan.

“Maka dari itu vaksinasi harus segera di lengkapi mulai dari vaksin dosis pertama, kedua dan booster serta protokol kesehatan seperti memakai masker harus diterapkan serta segera lengkapi vaksin Covid-19. Sebab, vaksinasi masih menjadi upaya untuk menunrunkan angka kematian dan angka kesakitan di rumah sakit," jelasnya.

Terkakhir, Iris menjelaskan apabila masyarakat tidak bisa melakukan vaksinasi karena memiliki riwayat penyakit tertentu, maka tetap harus menjaga protokol kesehatan dengan baik, dan bijak dalam beraktivitas.

“Orang seperti inilah protokol kesehatannya harus lebih kuat lagi, jangan main-main, jangan pergi ke mall atau ke tempat yang ramai, artinya harus bisa melindungi dirinya sendiri dan jangan tertular atau menularkan. Karena, terbentuknya varian baru kedepannya belum bisa diprediksi, apakah bisa berhenti atau tidak, maka resiko penularan masih tetap ada walaupun mayoritas sudah divaksinasi lengkap, maka protokol kesehatan harus dijalankan," tutupnya.

Editor : -

Tag : #Survei Serologi    #virus SARS-CoV-2    #kesehatan    #Antibodi Covid-19    #protokol kesehatan   

BACA JUGA

BERITA TERBARU