parboaboa

Kepanikan Penguasa di Balik Dugaan Intimidasi BEM Trisakti

Rian | Politik | 10-02-2024

Ilustrasi mahasiswa menyampaikan aspirasi karena diintimidasi. (Foto: Instagram/@bem_si)

PARBOABOA, Jakarta -  Media sosial dan media massa mewarnai pemberitaan dugaan intimidasi kepada pihak-pihak mengkritik kebijakan penguasa belakangan ini. 

Salah satunya adalah mahasiswa. Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trisakti diduga mengalami intimidasi berupa larangan masuk kampus pada Jumat, (9/2/2024).

Selain itu pada hari bersamaan, mahasiswa Trisakti mendapat larangan berorasi jelang pembacaan maklumat 'Trisakti Lawan Tirani' di Tugu Reformasi 12 Mei, Jakarta Barat.

Koordinator Politik dan Demokrasi BEM Se-Indonesia, Hanif Alfattah, mengatakan bila benar terjadi tindakan intimidasi penguasa. Hal itu, bentuk kepanikan penguasa atas suara kritis masyarakat diwakili oleh mahasiswa.

Menurut Hanif kepanikan itu cukup beralasan, karena dua hari sebelumnya pada 7 Februari 2024 mahasiswa Trisakti melakukan aksi yang cukup besar, mengkritik praktik demokrasi hari-hari ini dinilai telah kehilangan substansinya.

"Kemudian tanggal 8 itu hari libur, sehingga mungkin saja mereka ketika masuk kampus dianggap untuk mengonsolidasi dan mengevaluasi gerakan pada tanggal 7 Januari," kata Hanif kepada PARBOABOA, Sabtu (10/2/2024).

"Kepanikan pejabat negara mengelola bagaimana demokrasi itu terjaga," tambahnya lagi.

Apalagi saat ini, kata Hanif, seluruh elemen masyarakat menyadari terjadinya kerusakan demokrasi. Lantas membuat mahasiswa, para akademisi dan guru besar menyampaikan petisi.

Supaya menghentikan penyimpangan demokrasi, yang kian masif di pemerintahan Presiden Jokowi.

Menurutnya, gerakan-gerakan itu berlandaskan moralitas dan nilai etika tinggi. Penguasa tidak perlu bersikap antipati, apalagi bertindak intimidasi kepada elemen masyarakat kritis.

"Saat ini yang perlu diperbaiki bukan kita sebagai mahasiswa. Tetapi, perlu adanya refleksi dari pemerintah sendiri. Agar mereka peka terhadap apa mereka lakukan,” ungkapnya.  

Hanif juga menceritakan, ketika ia dan kawan-kawannya dari Koordinator Politik dan Demokrasi BEM Se-Indonesia ingin melakukan konferensi pers di depan Istana Presiden belum lama ini.

Kondisi di sekitar Istana dipenuhi beton-beton tinggi membuat mereka bergeser ke arah patung kuda. Mereka saat itu hanya berjumlah 20 orang, sedangkan jumlah aparat lebih banyak.

"Ini menandakan ada kepanikan ada ketakutan dari pihak kepolisian ada ketakutan dari pemerintah terhadap gerakan-gerakan mahasiswa saat ini,” ungkap Koordinator Politik dan Demokrasi BEM Se-Indonesia, Hanif Alfattah.

“Yang sebetulnya gerakan-gerakan tersebut dilandasi kerusakan demokrasi yang dibuat oleh pemerintah," tambahnya lagi.

Adapun dugaan intimidasi terhadap mahasiswa Trisakti disampaikan oleh Presiden Mahasiswa Trisakti, Vladima Insan Mardika. Ia dilarang masuk kampus, sedangkan Wakil Presiden Mahasiswa Trisakti berdasarkan penuturan Vladima mendapat larangan berorasi.

Larangan tersebut datang dari Presiden Mahasiswa Trisakti sebelumnya, yang tidak mau disebutkan namanya oleh Vladima.

Namun demikian, dia menegaskan hingga hari ini seluruh civitas akademi Trisakti tetap berpegang teguh pada etika demokrasi dan prinsip negara hukum. Kondisi di tengah terjadinya potensi tirani demokrasi.

BEM Universitas Trisakti menyatakan tidak gentar, meski terus diteror dan diintimidasi melalui sejumlah manuver penguasa.

Editor : Rian

Tag : #Mahasiswa    #Intimidasi    #Politik    #Intimidasi Mahasiswa    #Kepanikan Penguasa   

BACA JUGA

BERITA TERBARU