Rental Baju: Bisnis Gurih Penekan Sampah Fesyen 

Koleksi baju sewa milik Uplove. (Foto: PARBOABOA/Achmad Rizki Muazam)

PARBOABOA – Bella Tamara punya kebiasaan berbeda tiga tahun terakhir. Alih-alih membeli yang baru, ia lebih memilih menyewa baju untuk keperluan sosialisasi di acara seremonial.

Semua bermula pada 2021, ketika Bella akan menjalani prosesi pemberkatan dan resepsi pernikahannya. Seorang teman memberinya ide menyewa pakaian untuk dikenakan pada momen itu. 

Tak disangka, pengalaman pertama menyewa pakaian sangat berkesan Bella. Opsi menyewa pakaian kini menjadi hal pertama yang terlintas di benaknya tiap kali butuh pakaian formal. 

Ia merasa menyewa pakaian jauh lebih ekonomis. Sebelumnya, Bella kerap membeli pakaian baru tiap ada hajatan yang akan ia datangi. Maklum, ia juga enggan mengenakan pakaian yang itu-itu saja ke acara pesta. 

"Kalau beli baju terus-menerus harganya lumayan mahal, tapi cuma buat sekali pakai aja. Tersimpan aja di lemari," ujar Bella kepada Parboaboa, Rabu (10/7/2024).

Bappenas dalam laporannya mengenai ekonomi sirkular pada tahun tahun 2022 menyoroti dampak positif pertumbuhan bisnis sewa pakaian di tengah ancaman limbah fesyen. Rental baju dinilai bisa berkontribusi dalam menekan limbah pakaian. 

Hingga 2030, sampah fesyen di dunia diperkirakan meningkat dari 92 juta ton menjadi 134 juta ton. Di Indonesia sendiri diprediksi terjadi peningkatan persentase limbah tekstil dari 2,7 persen di 2023 menjadi 3,9 persen pada 2030. 

Tren sewa pakaian, masih dalam laporan Bappenas, juga dinilai akan mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat untuk mengurangi pembelian pakaian. Sebab, konsumen mendapat pilihan menggunakan banyak model pakaian tanpa perlu membuat mereka terdorong untuk membeli yang baru. 

Semakin banyak pelanggan rental pakaian, jumlah baju yang beredar di masyarakat pun makin berkurang. Artinya, makin sedikit pula limbah pakaian pascakonsumsi yang akan berakhir di tempat sampah. Selain itu, bisnis rental juga dapat memperpanjang masa penggunaan pakaian.

Koleksi dress milik @sewabajubydella. (Foto: PARBOABOA/Achmad Rizki Muazam)

Pasar penyewa pakaian pun kini tumbuh signifikan. Menurut Della Oktavia, pemilik @sewabajubydella di kawasan Tangerang Selatan, Banten, pemain-pemain yang terjun di bidang ini juga kian banyak. Angkanya diperkirakan mencapai 40-an di Jabodetabek saja. 

Della sendiri merintis usahanya sejak 2018. Tahun itu rental baju belum begitu familiar di Indonesia. Jumlah rental baju di masih bisa dihitung dengan jari. 

Bisnis Della bermula dari dua baju dress koleksi pribadinya. Ia mempromosikan baju itu di lokapasar Carousell, sebuah platform jual-beli asal Singapura. Ternyata banyak sambutan dari orang yang ingin menyewa bajunya. 

Della tersadar bahwa kebutuhan perempuan akan fesyen merupakan peluang bisnis yang menjanjikan. Ia lantas memutuskan memulai usaha rental baju.

"Ada tren perempuan itu tidak suka memakai baju dua kali, apalagi kalau sudah di-posting di sosial media,” ujar Della kepada Parboaboa Selasa, (2/7/2024).

Sementara itu, ada juga anggapan membeli pakaian khusus untuk momen tertentu hanya bentuk kemubaziran belaka. Bisa jadi pakaian yang dibeli hanya digunakan beberapa kali. 

Peluang itu yang dibidik Della. Seiring dengan itu, tren sewa baju terus berkembang. 

Bisnis baju rental milik Della ikut tumbuh. Ia sekarang punya koleksi berjumlah 400-an potong pakaian. Kalau dulu, di awal-awal merintis usaha, ia hanya bisa menyewakan sekitar 10 pakaian per pekan, kini tiap minggu ada sekitar 50-an baju yang disewa pelanggan. 

Saat Parboaboa berkunjung ke studio @sewabajubydella, awal Juli lalu, ojek online silih berganti mengambil paket baju rental Della. Dalam waktu 30 menit saja, sudah 5 ojol yang menjemput baju rental.

Della menyediakan beragam metode penyewaan. Pelanggan bisa datang langsung ke studio atau melakukan pemesanan secara online melalui Instagram atau WhatsApp.

Pakaian yang disewa akan dikirim melalui jasa ojek online. Itu sebabnya, selama ini Della fokus membidik konsumen dari Jabodetabek. Della mematok biaya sewa yang bervariasi, mulai dari Rp175 ribu-Rp700 ribu. Harganya tergantung pada motif, jenama, dan desainer bajunya.

Koleksi baju milik Della Oktavia. (Foto: PARBOABOA/Achmad Rizki Muazam)

Pertumbuhan pasar penyewaan pakaian juga dirasakan Novi Anasthasa Purba, salah satu pendiri rental baju Uplove di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan. Pada bulan-bulan pertama usahanya berjalan 2020 lalu, ia mengalami periode di mana tak satu pun konsumen yang menyewa baju. 

"Sepi banget, ya, dan kita itu memang serius tapi nggak ngoyo jadi emang tahu risiko dan segala macemnya," kenang Novi. 

Waktu itu ia membuka penyewaan bermodal 20 potong pakaian. Beberapa bulan kemudian pun hanya belasan baju yang disewa tiap bulannya. 

Namun kini animo pasar sudah berubah. Uplove bisa menyewakan 400-an paket pakaian dalam sebulan. Uplove kini juga punya cabang di Bandung. 

Kalau ditotal, koleksi pakaian Uplove di Jakarta dan Bandung mencapai 700-an potong dengan ongkos sewa antara Rp99 ribu-Rp900 ribu. 

Uplove juga menerapkan prinsip keberlanjutan dalam menjalankan usaha. Uplove tidak hanya menambah koleksi dengan membeli pakaian jadi. 

Menurut Novi, sejak awal koleksi yang disewakan bersumber dari milik pribadi pemilik, menjahit sendiri, bahkan ada yang merupakan titipan dari koleksi pribadi orang lain yang menjadi mitra. 

"Itu sebenarnya lebih sustainable lagi jadi kita nggak beli baju-baju, jadi source bajunya tuh macam-macam," ujarnya. "Ada tanggung jawab ekonomi dan lingkungan, ini salah satu langkah untuk mengurangi sampah fashion," ucap Novi ketika ditemui Parboaboa di studio Uplove, Pejaten, Jakarta Selatan, awal Juli lalu.

Tak hanya itu, sebagai upaya menekankan semangat keberlanjutan, Uplove juga menerapkan prinsip nol sampah dalam setiap transaksi. Uplove tidak menggunakan kantong plastik sekali pakai untuk membungkus pakaian sewaan.

Sebagai gantinya, kata Novi, digunakan kantong khusus yang bisa digunakan berulang kali. "Karena buat 400 (paket baju), berarti 400 paket plastik yang kita hasilkan (setiap saat)," ujar perempuan lulusan administrasi bisnis itu.

Tiap pembungkus baju itu mesti dikembalikan oleh konsumen seperti sedia kala. Mereka tidak boleh mengembalikan baju rental Uplove dengan plastik sekali pakai.

Menurut Novi, kantong pembungkus baju rentalnya itu bisa digunakan hingga seribu kali pakai. Itu bukan saja tak menghasilkan sampah sekali pakai, tapi juga lebih irit.

Selain itu, Uplove berusaha menjaga agar masa pakai pakaian lebih panjang. Di Uplove, semua koleksi baju dirawat dengan baik.

Tiap kali habis disewa, baju pasti dicuci di jasa pencucian profesional. Mencucinya pun tak bisa sembarangan, konsumen tak diizinkan mencuci baju sendiri di rumah.

Kantong pembungkus baju yang digunakan Uplove. Kantong ini dapat dipakai berkali-kali. (Foto: PARBOABOA/Achmad Rizki Muazam)

Rental baju, baik itu Uplove maupun sewabayubydella, secara berkala melakukan pengecekan koleksi mereka. Jika ada baju yang sudah tidak layak disewakan, maka koleksi itu bakal “dipensiunkan.”

Menurut Novi, tidak ada waktu pasti kapan sebuah baju harus “dipensiunkan.” Dia bilang, penurunan kualitas baju bukan ditentukan seberapa sering ia dipakai. Berapa banyak pakaian sudah dicucilah yang menjadi penentu utama penurunan kondisinya.  

“Itu setiap kali selesai cuci pasti berkurang kualitasnya. Yang perlu dijaga itu berapa kali cucinya,” tuturnya.

Untuk memperpanjang masa sewa baju, Novi memperbaiki beberapa koleksi yang rusak ringan. Baju yang rusak tak buru-buru “dipensiunkan”, tapi cek terlebih dahulu.

Supaya tidak sia-sia, koleksi yang telah “dipensiunkan” bakal diberikan secara gratis ke para pelanggan.

“Kita giveaway ke teman-teman yang sering sewa. Kita tanyain aja mau nggak, ntar kita kirim sekalian kalau dia sewa baju lagi,” ucap Novi.

Selain itu, jika koleksi sudah tak laku lagi, misalnya karena tren fashion yang telah berubah, akan dijual dengan harga miring ke para pelanggan.

“Jual ke konsumen dekat dulu. Kita jual misalnya, harganya Rp1 juta hingga Rp1,5 juta; paling kita tawarkan Rp300-Rp400 ribu dengan kualitas yang hampir seperti baru,” tandas Novi.

Reporter: Achmad Rizki Muazam

Editor: Jenar
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS