parboaboa

Ecobroadcasting: Alternatif Lembaga Penyiaran Peduli Isu Lingkungan

Kurniati | Nasional | 08-06-2024

Contoh siaran televisi dari salah satu stasiun televisi di Indonesia. (Foto: Parboaboa/Kurniati Syahdan)

PARBOABOA, Jakarta - Konsep ramah lingkungan terus digaungkan berbagai pihak di Indonesia.

Adapun tujuan dari konsep ini untuk mengurangi dampak negatif yang biasa ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari. 

Sesederhana meminimalisir penggunaan listrik dari bahan bakar fosil dan menggantikannya dengan penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya. 

Kemudian menggunakan produk-produk ramah lingkungan dan bebas dari bahan kimia beracun yang bisa menyebabkan polusi air dan merusak ekosistem. 

Bisa juga dengan mengurangi pengunaan plastik sekali pakai dan menggantinya dengan kantong belanja daur ulang.

Dewasa ini, konsep ramah lingkungan terus berkembang ke berbagai sektor. 

Selain di sektor-sektor domestik atau rumah tangga, konsep ramah lingkungan juga merambah ke bidang penyiaran. 

Namanya ecobroadcasting atau penyiaran yang ramah lingkungan.

Ecobroadcasting sendiri merupakan upaya komunikasi dengan mendorong kesadaran lembaga penyiaran untuk peduli terhadap isu-isu lingkungan. Termasuk di dalamnya isu perubahan iklim hinggga mitigasi bencana.

Konsep ini yang terus didorong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kepada seluruh lembaga penyiaran di Tanah Air.

Ketua KPI, Ubaidillah menilai, lembaga penyiaran memiliki peran besar menjaga kelestarian lingkungan melalui program-program siaran mereka.

Oleh karenanya, kata Ubaidillah, KPI ingin terus menggalang kesadaran publik akan pentingnya isu lingkungan lewat lembaga penyiaran. 

Salah satunya dengan mendorong lembaga penyiaran mempertahankan dan meningkatkan tayangan-tayangan yang berbasis pelestarian dan keseimbangan lingkungan.

Menurutnya, pesan yang disampaikan lembaga penyiaran lewat ecobroadcasting bisa menjadi bekal masyarakat, terutama generasi muda mencegah kerusakan lingkungan yang lebih masif.

"Jadi tidak sekadar menyiarkan peristiwanya, tapi juga soal mitigasi dan dampaknya," ungkapnya dalam keterangannya kepada PARBOABOA, Jumat (07/06/2024).

Tak hanya itu, ecobroadcasting juga memerlukan sosialisasi dan kolaborasi berbagai pihak. 

Selain lembaga penyiaran, jurnalis yang meliput isu seputar lingkungan pun berperan penting menyosialisasikan ecobroadcasting ini kepada masyarakat.

Peran jurnalis ini, bisa dengan membangun narasi atau menayangkan konten budaya lokal hingga upaya-upaya pelestarian lingkungan yang telah dilakukan masyarakat. 

"Kita semua harus melakukan kolaborasi, bekerja sama melakukan sosialisasi untuk mendorong narasi besar tentang lingkungan dan juga turut memberi perlindungan pada jurnalis kita," kata Ubaidillah.

Konsep ecobroadcasting di lembaga penyiaran ini juga masih harus terus disosialisasikan, terutama di televisi lokal di daerah.

Bagi Sofian, salah seorang Produser di Ruai TV Pontianak, konsep ini ecobroadcasting masih terasa kurang familiar. Apalagi secara pribadi, ia masih belum mendapat sosialisasi dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Barat.

Meski begitu, lembaganya sudah terlebih dahulu menggalakkan program televisi yang berbau ramah lingkungan.

"Kita punya program siaran khusus bernama 'Wahana Kita'. Program ini khusus menayangkan isu-isu seputar lingkungan hidup di Kalbar," katanya kepada Parboaboa, Sabtu (8/6/2024).

Sofian pun berharap KPI dan KPID terus menggaungkan dan menyosialisasikan konsep ecobroadcasting ini ke seluruh lembaga penyiaran.

Editor : Kurniati

Tag : #ecobroadcasting    #penyiaran    #nasional    #lembaga penyiaran    #ramah lingkungan   

BACA JUGA

BERITA TERBARU