Harga Jagung di Simalungun Anjlok, DPRD Desak Sikap Pemkab

Harga Jagung di Simalungun Anjolk (Foto: PARBOABOA/Pranoto)

PARBOABOA, Simalungun - Harga jagung yang tidak kunjung naik dalam dua pekan belakangan ini, membuat sejumlah petani di Simalungun mengalami kerugian.

Bahkan, akibat kondisi ini, ada  petani yang memutuskan  menunda penjualan hingga terpaksa mengganti komoditas tanaman.

Seperti yang dialami Oprin Siburian (48) di Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, Selasa (23/7/2024).

Kepada Parboaboa, Oprin menyampaikan, panen jagung pada musim kedua ini benar-benar membuatnya dilanda kebingungan.

Pasalnya, harga jagung tidak kunjung naik, padahal belanja modal untuk musim tanam berikutnya membutuhkan biaya yang banyak.

"Harga bibit jagung sudah Rp650. 000, belum lagi untuk perawatan dan pupuknya," kata Oprin.

Oprin menyayangkan musim panen kedua tahun ini dimana cuaca dan hasil panen yang baik, justru tidak seimbang dengan harga yang jual yang justru mengalami penurunan.

Alhasil, pria yang memiliki 3 orang anak ini terpaksa menunda penjualan jagungnya. Ia memilih menahan jagungnya dan terus mengeringkan jagung tersebut.

Dengan begitu, jelasnya, jagung akan bertahan lama dan dapat dijual kering sambil berharap harganya dapat naik.

Berbeda dengan Oprin, petani di desa Sosor Martabe, Kecamatan Panei, Imelda Sianturi (47) justru memilih tidak menanam jagung pasca panen kedua tahun ini.

Ia lebih memilih mengganti tanaman palawija lain seperti kacang tanah atau kacang tunggak.

Imelda beralasan, selain karena masalah harga jagung yang rendah, pertengahan tahun ini daerah tempat ia tinggal tengah dilanda cuaca panas.

Menurutnya, tanaman kacang tanah akan bertumbuh baik saat panas, dan relatif dapat bertahan pada musim kering.

"Harus tetap diolah lahan ini, pintar-pintar lah kita jadi petani, gak mungkin bertahan (satu tanaman) aja kalau hancur harganya" ujarnya kepada PARBOABOA, Selasa (23/7/2024).

Ketegasan Pemkab

Anjloknya harga jagung pada musim panen kedua tahun ini juga mendapat sorotan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Simalungun, Binton Tindaon.

Menurut Binton, penurunan harga jual jagung di Simalungun harus segera disikapi oleh Pemkab Simalungun khususnya Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan.

Binton mengungkapkan krisis harga yang terjadi mesti di evaluasi dan ditemukan solusi alternatifnya.

"Ini harus ditangani dengan cepat agar kesejahteraan masyarakat petani dapat terjaga dengan baik," ujar ketua Komisi II DPRD Simalungun ini.

Binton mengatakan, Pemkab Simalungun dapat melakukan kebijakan pengendalian harga melalui kerjasama dengan pelaku usaha ataupun industri.

Selain itu, bantuan teknis berupa pembiayaan kepada petani juga dinilai penting, agar keberlangsungan pertanian di Simalungun dapat terjaga.

"Dinas Pertanian dan Perdagangan untuk turun kelapangan, dan menyampaikan kepada masyarakat hasil evaluasinya, " tandasnya.

Politisi partai Golkar ini juga menegaskan pentingnya bagi Pemkab Simalungun untuk aktif untuk memantau harga komoditas pertanian di pasar.

Keseimbangan harga,sambung sangat penting dijaga, mengingat terdapat kepentingan dua arah antara konsumen maupun petani.

"Kalau terlalu rendah (harga jualnya) kasihan petani, begitupun jika terlalu tinggi harga jual untuk konsumen, masyarakat akan susah beli, "kata Binton.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), sampai 2022 lalu, luas lahan jagung di Sumut tercatat sebesar 289 238,00 hektar dari 33 Kabupaten/Kota di Sumut.

Pada tahun 2022, luas panen jagung di Kabupaten Simalungun mencapai 41.068 hektar.

Dengan angka tersebut, Simalungun menempati posisi kedua dalam hal luas panen jagung terbesar, setelah Kabupaten Dairi yang memiliki luas panen sebesar 42.181 hektar..

Editor: Norben Syukur
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS