Percobaan Pembunuhan Trump, Ada Keterlibatan Iran?

Calon Presiden AS, Donald Trump. (Foto: Instagram/@realdonaldtrump)

PARBOABOA, Jakarta - Seorang pejabat AS yang tidak sebutkan namanya menyampaikan, pihak berwenang negeri Paman Sam mengetahui ada ancaman Iran terhadap nyawa Donald Trump.

Itulah sebabnya pasukan pengamanan Presiden AS atau yang disebut Secret Service meningkatkan pengamanan terhadap sang mantan presiden.

Namun, sayangkan, Dinas Rahasia ini kecolongan saat mengawasi kampanye Trump di Pennsylvania belum lama ini. Hal ini membuat Trump tertembak.

Irak membantah dan benar-benar marah ketika pihaknya dikaitkan dengan peristiwa penembakan yang dilakukan oleh remaja berumur 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks itu.

Jubir Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani mengatakan pihaknya menolak keras dikaitkan dengan rencana pembunuhan terhadap calon presiden Partai Republik itu.

"Iran menolak keras keterlibatan apa pun dalam serangan bersenjata baru-baru ini terhadap Trump," kata Nasser dikutip dari Al Jazeera, Rabu (17/7/2024).

Juga demikian ia menjelaskan, pihaknya menolak klaim terkait niat Iran melakukan tindakan tersebut, mengingat tuduhan itu memiliki tujuan dan motif politik yang jahat.

Meski demikian Iran tidak menampik rencananya untuk menuntut dan mengadili Trump. Tuntutan itu berkaitan dengan dugaan keterlibatan Trump memerintah pembunuhan Komandan Korps Garda Revolusioner Islam (IRGC), Qassem Soleimani di tahun 2020 lalu.

Pihak berwenang AS memang telah lama mewaspadai potensi pembalasan Iran atas pembunuhan Soleimani. Saat itu, Teheran bahkan berjanji akan melakukan balas dendam secara kejam.

Target-target balas dendam itu juga eks Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan eks Penasihat Keamanan Nasional AS. John Bolton dan Robert O’Brien.

Juru Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson mengatakan bahwa laporan intelijen mengenai ancaman Iran terhadap Trump merupakan masalah keamanan nasional. 

Diketahui, laporan tentang ancaman Iran terhadap Trump muncul bersamaan dengan meningkatnya pengawasan terhadap Dinas Rahasia AS atas insiden penembakan di Pennsylvania. 

Presiden AS, sendiri Joe Biden telah memerintahkan peninjauan independen atas penanganan insiden tersebut oleh badan pengamanan Presiden AS itu.

Sebelumnya, penembakan terhadap Trump memicu berbagai reaksi publik. Beberapa pihak menganggap insiden ini sebagai puncak polarisasi politik antara Partai Republik dan Demokrat.

Media di AS menyinggung bentuk polarisasi politik mulai tampak sejak Barack Obama dari Demokrat terpilih sebagai presiden pada 2008 silam. 

Semenjak itu, pendukung Demokrat menjadi semakin liberal, sementara pendukung Republik semakin konservatif.

Dalam dua dekade terakhir, Amerika memang telah menyaksikan berbagai serangan bermotif politik dan protes kekerasan. 

Pada 8 Januari 2011, misalnya, anggota Kongres Demokrat Gabby Giffords terluka dalam insiden penembakan di Arizona dan menewaskan enam orang. 

Selanjutnya, pada 14 Juni 2017, seorang pria bersenjata menembaki sesi latihan untuk Pertandingan Bisbol Kongres tahunan dan melukai Steve Scalise, pemimpin mayoritas DPR dari Partai Republik.

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS