parboaboa

Pilkada Jakarta 2024: Elektabilitas Anies Moncer, Kaesang Tergoda

Norben Syukur | Politik | 05-06-2024

Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep Siap Bertarung di Pilkada DKI Jakarta (Foto: Instagram @kaesangpangarep)

PARBOABOA, Jakarta - Manuver dan intrik politik menjelang kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) telah menyedot perhatian masyarakat, khususnya yang candu politik.

Pilkada yang dijadwalkan pada 27 November 2024 mendatang tersebut, diketahui akan dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, termasuk Jakarta.

Sebagai miniatur Indonesia, suhu politik di Jakarta hampir sulit diukur. Lobi-lobi politiknya sengit dan rumit.

Beragam kepentingan cenderung mengaburi arah dinamika politik yang terjadi.

Seperti yang terjadi baru-baru ini. Putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep, tiba-tiba mengutarakan keinginannya untuk maju mendampingi Anies Baswedan dalam Pilkada Jakarta 2024.

Kaesang mengutarakan keinginannya itu saat ditanya, antara memilih maju di Solo atau Jakarta.

Menurutnya, kalau disuruh pilih, pasti Jakarta, “mungkin duet sama Pak Anies sih ya," kata Kaesang, dikutip dari kanal YouTube Kaesang Pangarep by GK Hebat, Selasa (3/6/2024).

Kaesang beralasan, posisinya sebagai ketua umum partai menuntutnya untuk mengurus 38 provinsi di seluruh Indonesia.

Menjadi Wali Kota Solo jelasnya, itu berarti hanya mengurus lima kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 600.000 orang. “Sedangkan PSI lebih dari itu," ujarnya.

Ia menyatakan keinginannya untuk maju dalam Pilkada Jakarta karena PSI memiliki kekuatan kursi yang cukup banyak di DPRD, yakni delapan kursi.

“Tergantung Pak Anies, apalagi posisi Pak Anies belum ada partai, sedangkan aku di Jakarta ada 8 kursi, bisa (maju) kalau mau," ujarnya.

Isu Kaesang akan maju sebagai cagub dan cawagub sebenarnya telah meramai bursa bakal calon kepala daerah pasca Mahkamah Agung (MA) mengabulkan gugatan yang mengubah persyaratan batas usia calon kepala daerah.

Sejumlah Tanggapan

Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, merespons peluang mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk berpasangan dengan Ketum PSI Kaesang Pangarep dalam Pilgub DKI.

Ia mengakui bahwa sampai saat ini partainya belum ada komunikasi dengan Kaesang maupun Anies.

Menurutnya, sampai sekarang belum ada komunikasi apapun terkait hal tersebut.

Dasco mengatakan pihaknya belum membuka opsi untuk mengusung Anies dan Kaesang dalam Pilgub DKI.

Dia menegaskan, hingga kini Gerindra masih ingin mendorong kader internal.

Meski begitu, Dasco mengatakan partainya memberikan rekomendasi kepada mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil untuk maju dalam Pilgub DKI.

Dasco menyampaikan bahwa partainya ingin memasangkan RK dengan kader internal.

Dia menjelaskan, belakangan ini partainya masih fokus dengan pengunduran diri Budi Djiwandodo dari pencalonan dirinya dari Pilkada DKI.

Saat ini, sambungnya, hanya membuka opsi untuk kader internal yang lain.

“Jadi belum ada rencana untuk melirik orang-orang di luar partai,” kata Dasco di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/6/2024).

Sementara Ketua DPP PKS, Ahmad Mabruri, mendukung wacana tersebut. Dia beralasan agar dinamika politik di Jakarta semakin ramai dan cair.

Apalagi, menurut dia, jika terwujud, pasangan Kaesang dan Anies akan menjadi pasangan zig-zag.

"Makin banyak pasangan makin menarik. Apalagi kalau pasangannya zig-zag. Nggak monoton jadinya," kata Mabruri, Senin (3/6/2024).

Saat dikonfirmasi soal peluang duet tersebut, Mabruri menyebut peluang selalu ada sebab tak ada yang mustahil dalam politik.

Apalagi, pernyataan itu keluar dari Kaesang sebagai ketua partai.

Sedangkan Ketua DPP Partai NasDem, Willy Aditya, menilai semakin banyak kandidat, masyarakat semakin diuntungkan.

Keuntungan itu, lanjutnya, masyarakat dapat melihat siapa sosok yang dibutuhkan untuk Jakarta.

Menurut Willy, rakyat akan berhadapan dengan banyak pilihan. Karena itu, warga harus selektif dalam memilih.

“Masyarakat perlu melihat mana bakwan, mana tahu isi, mana pisang goreng, jadi sesuai taste mereka," kata Willy, di Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Partai NasDem beranggapan bahwa sudah menjadi rahasia bersama, pada momentum pesta pilkada pasti akan banyak nama tokoh bermunculan.

Selain itu jelasnya, rakyat juga semakin paham kredibilitas pimpinan yang harus dipilihnya nanti.

Willy juga turut mengapresiasi adanya sosok anak muda yang ingin bertarung dalam Pilkada Jakarta 2024.

Dia menerangkan, saat ini rakyat semakin melek politik kemudian bisa menentukan siapa yang memiliki kapasitas, kapabilitas, dan jejak rekam untuk mampu memimpin Jakarta.

Kalau anak-anak muda, hobinya anak-anak muda, harus apresiasi. “Suatu hal yang sifatnya dinamis yang tentu kita apresiasi dinamika ini," kata Willy.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid, mengapresiasi keinginan Kaesang Pangarep yang ingin maju sebagai calon gubernur Jakarta.

Dia mengatakan itu ide bagus, “apalagi Ketum PSI," ujar Jazilul di Kantor DPP PKB, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Walau demikian, Jazilul mengakui dirinya sempat tidak percaya dengan keinginan putra Presiden Jokowi itu yang ingin berduet dengan Anies Baswedan.

Namun, setelah mengetahui perkataan Kaesang, Jazilul mempersilakan Kaesang untuk mendaftar sebagai calon kepala daerah.

Bargaining Politik Anies

Menanggapi wacana tersebut, Founder dan Direktur The Indonesian Agora Research Center dan Ranaka Institute, Ferdinandus Jehalut menjelaskan secara elektoral Anies memang memiliki bargaining power yang memikat.

Modal ini menurutnya, menjadi alasan utama bagi partai-partai masih meliriknya.

Posisi Anies yang bukan orang partai, lanjutnya, memungkinkan dia lebih fleksibel untuk bergerak ke arah mana saja karena ia tidak terikat oleh ideologi partai apa pun.

“Partai-partai juga lebih leluasa untuk meminang Anies asalkan kepentingan mereka menyatu,” jelasnya kepada PARBOABOA, Rabu (5/6/2024).

Alumni STFK Ledalero ini juga menilai, Anies tetap menjadi figur favorit untuk diusung sejumlah partai politik dalam Pilgub DKI Jakarta.

Hal ini dipengaruhi oleh nama Anies yang sudah menjadi "top of mind" di kalangan masyarakat.

Artinya, popularitas Anies ini di kalangan pemilih sudah tidak diragukan lagi.

Di sisi lain, sambungnya, posisi Anies sebagai mantan gubernur DKI Jakarta dan mantan capres tentu memberikan keuntungan elektoral bagi Anies.

Karena Anies sudah memiliki basis pemilih loyal sebagai muatan dasar dalam hitungan elektoral.

Sementara itu, dia menilai ucapan Kaesang tersebut tidak lebih dari gimmick politik saja.

Meskipun dia mengakui, tidak mustahil akan terjadi, “tapi bagi saya kemungkinan Anies berduet dengan Kaesang itu sangat kecil karena kita tahu Anies itu menjadi bulan-bulanan kritik PSI dari dulu.”

Dalam politik, ungkapnya, memang segala kemungkinan bisa terjadi, tetapi sejauh ini menurutnya Anies masih menjadi antitesis dari PSI.

Bahkan, bukan hanya antitesis dengan PSI, Anies sendiri saat ini menjadi antitesis Jokowi.

Segmen pemilih Anies pun menurutnya akan susah menerima Anies jika ia bergandengan dengan Kaesang.

Ferdi pun berharap, jika Anies benar-benar konsisten dengan kritiknya terhadap proses kandidasi Gibran dalam kontestasi Pilpres kemarin, seharusnya ia juga menolak berpasangan dengan Kaesang.

Apalagi jelasnya, jika benar akan dicalonkan, Kaesang memiliki cacat prosedur seperti yang dilalui Gibran sebelumnya.

“Bedanya, Gibran dicalonkan melalui jalur MK sedangkan Kaesang melalui jalur MA,” tutupnya.

Editor : Norben Syukur

Tag : #Pilkada Jakarta    #Anies Baswedan    #Politik    #Kaesang Pangarep    #Jokowi   

BACA JUGA

BERITA TERBARU