parboaboa

Puisi Pendek: Pengertian, Ciri, Jenis, dan Contohya

Ratni Dewi Sawitri | Pendidikan | 23-02-2023

Puisi pendek (Foto: Parboaboa/Ratni)

PARBOABOA – Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengungkapkan perasaan ke dalam sebuah karya sastra, salah satunya puisi. Puisi adalah karya sastra yang berasal dari ungkapan hati dan perasaan penulis sebagai bentuk mengekspresikan diri.

Puisi dibuat dengan memperhatikan pilihan kata (diksi), sehingga dapat menciptakan sebuah karya yang indah saat dibaca atau didengar.  Selain itu, puisi juga mengandung gaya bahasa tertentu untuk menambah kesan keindahan.

Gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah puisi meliputi metafora, personifikasi, hiperbola, dan repetisi. Namun biasanya penulis lebih banyak menggunakan gaya bahasa repetisi, karena gaya bahasa tersebut dapat menekankan makna mendalam yang terdapat dalam sebuah puisi. Selain itu, amanat yang terkandung juga terkadang berbeda pada setiap pembaca sehingga membuat puisi menjadi kaya makna.

Dalam bahasa Indonesia, puisi memiliki beragam jenis puisi, salah satunya adalah puisi pendek. Apa itu puisi pendek? Bagaimana bentuknya?

Berikut ini Parboaboa akan memberikan penjelasan singkat tentang pengertian dari puisi pendek, ciri-cirinya, jenis, dan contohnya. Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa itu Puisi Pendek?

Dian Sastro saat tampil membaca puisi (Foto: Instagram/@therealdisastr)

Puisi pendek adalah jenis puisi yang singkat dan padat dalam penggunaan kata dan maknanya. Meskipun puisi ini singkat, namun tetap memiliki diksi dan gaya bahasa tertentu yang dapat menyampaikan sebuah pesan yang bermakna. Sehingga mampu membuat pembaca ikut merasakan apa yang tersuratkan dalam sebuah puisi tersebut.

Dilihat dari jumlah barisnya, puisi pendek termasuk dalam kategori puisi baru. Dalam buku Menyelami Keindahan Sastra Indonesia (2019) karya Lianawati menyatakan bahwa puisi baru tidak terikat oleh aturan-aturan yang berlaku pada puisi lama. Puisi baru adalah puisi modern yang mengikuti perkembangan zaman dan bersifat bebas. Kebaruan tersebut nampak dalam jumlah baris, suku kata, ataupun rima dan irama.

Ciri-ciri Puisi Pendek

Puisi pendek juga memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu sebagai berikut:

  • Menggunakan gaya bahasa yang dinamis dan tidak ada acuan tertentu sehingga dapat berubah-ubah sesuai keinginan penulis
  • Biasanya puisi pendek terdiri dari dua hingga delapan baris per bait atau lebih namun tidak terpaku pada rima di tiap barisnya
  • Isi puisi pendek biasanya mengungkapkan tentang kesedihan atau keresahan yang melanda diri penulis
  • Satu baris mengandung kata yang memiliki satu fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan

Jenis-jenis Puisi Pendek

Ilustrasi seseorang membaca puisi (Foto: Instagram/@sujarnosw)

Terdapat delapan jenis puisi pendek yang dibedakan berdasarkan jumlah barisnya. Berikut penjelasannya.

  • Distikon adalah sajak dua seuntai atau jenis puisi yang setiap baitnya terdiri atas dua baris.
  • Terzina adalah sajak tiga seuntai atau jenis puisi yang setiap baitnya terdiri atas tiga baris.
  • Kuatrin adalah sajak empat seuntai atau jenis puisi yang setiap bait terdiri atas empat baris.
  • Kuint yang disebut juga dengan quinted. Sajak lima seuntai atau puisi yang setiap baitnya terdiri atas lima baris.
  • Sektet disebut juga dengan sextet. Sajak enam seuntai atau puisi yang setiap baitnya terdiri atas enam baris.
  • Septime disebut juga septima. Sajak tujuh seuntai atau puisi yang setiap bait terdiri atas tujuh baris.
  • Oktaf disebut juga oktava atau stanza. Sajak delapan seuntai atau puisi yang setiap bait terdiri atas delapan baris.
  • Soneta adalah jenis puisi yang terdiri atas dua bait awal yang berisi 8 baris, dua bait akhir berisi 6 baris. Apabila dijumlahkan, maka total baris pada puisi ini adalah 14 baris.  

Contoh Puisi Pendek

Ilustrasi seseorang membaca puisi (Foto: Instagram/@sujarnosw)

Berikut ini adalah contoh puisi pendek, yaitu:

1. Distikon

Di Sudut Ruang (Karya : Ratni Dewi Sawitri)

Di sudut ruang itu

Harummu masih berbau

Di sudut ruang itu

Bayangmu masih membekas

 

Saat teringat dirimu

Mataku berkaca-kaca

Hatiku pecah berkeping-keping

Dalam ribuan kata dan nada

 

2. Terzina

Hati yang Patah (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Aku benci hati ini

Sudah sekian kali tersakiti

Namun tak bosan jatuh cinta kembali

 

Aku benci hati ini

Sudah berulang kali dibohongi

Namun tak sungkan untuk kembali mempercayai

 

3. Kuatrin

Jejak Sang Lentera (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Saat mentari mulai terbit

Engkau bergegas melangkah demi tugas

Dengan tulus kau mengajarkan

Walau kami kadang malas

 

Jejakmu selalu membekas

Pengabdianmu sungguh tak terbalas

Walau disulitkan banyak berkas

Engkau tetap melangkah dengan ikhlas

 

Engkau bagai lentera dikehidupan

Engkau selalu memberikan cahaya digelapnya dunia

Banyak orang bertahta sebab jasamu yang membekas

Walau dirimu sendiri jarang terlintas

 

Terima kasih atas kebodohan yang engkau berantas

Maafkan kami yang belajar tak pernah tuntas

Semoga pengabdianmu menjadi jalan pintas

Menuju surga teratas

 

4. Kuint

Selamat Jalan Guruku (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Usai sudah perjuanganmu

Kini engkau telah kembali kepada sang Illahi

Membawa senyuman yang penuh arti

Dirimu tak’ kan pernah terganti

Dan pengabdianmu sungguh sangat berarti

 

Nasihatmu selalu mengiringi setiap langkah kaki

Engkau bagai lentera di gelapnya malam

Engkau berikan ilmu yang berguna sebagai bekal di masa depan

Dengan sabar, engkau ajarkan aku membaca

Menulis huruf satu demi satu hingga menjadi kata yang sempurna

 

Kini engkau telah pergi

Kini engkau telah bersama-Nya

Kepergianmu meninggalkan duka dan air mata

Ijinkan aku meneteskan embun di mata ini

Ijinkan aku mengucapkan terima kasih atas segala jasa yang engkau berikan

 

Tanpamu aku bukanlah siapa-siapa

Dan tanpamu aku bukanlah apa-apa

Terima kasih atas segala keikhlasanmu

Terima kasih atas segala kasih sayangmu

Terimalah salam hormatku, biarlah doa ku yang memelukmu dari jauh

 

5. Sektet

Sumpah Pemuda (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia

Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Hai Pemuda

Hai Pemudi

Sudahkah kau penuhi sumpahmu?

 

Hai Pemuda dan Pemudi

Sudahkah kau tepati janjimu?

Kau hanya diam membisu

Kau acuh tak acuh

Kau hanya sibuk dengan gawaimu

Engkau tak perduli dengan sekelilingmu

 

Wahai pemuda dan pemudi

Bangunlah, bukalah matamu

Pandanglah sekelilingmu

Bukalah telingamu, dengarkan jeritan itu

Lihatlah negerimu, ini rumahmu

Tunjukkanlah empatimu, buktikan kepada semesta bahwa kau benar darah Indonesia

 

6. Septima

Mungkin Aku Sedang Diuji (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Mungkin aku sedang diuji

Atas kata yang pernah kau sematkan

Ketika mentari tak secerah sinar di pagi sebelumnya

Ketika malam tak membawa kehangatan

Ketika perubahan tak terasa manis

Dalam keheningan ku bertanya

Dan jawabannya mungkin aku sedang diuji

 

Mencoba jelaskan pada hati

Namun hati meronta seakan tak terima dengan perkara yang terjadi

Ku coba memahami sandiwara dunia

Di dalam dendam dan kecewa

Yang menjadikan noda di dada

Karena iblis senantiasa ada

Dalam hati suci manusia

 

Ku melangkah secara perlahan

Merelakan hati untuk ikhlas, melatih diri untuk memaafkan

Tiada yang akan disesalkan

Biarkan waktu terus berlalu

Biarkan mereka menjadi cerita semu

Biarkan keangkuhannya bergetar menganggu

Yang penuh fitnah dan segala tipu rayu

 

7. Oktaf

Suara Rindu Mama (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Saat kau ucapkan kata mama

Aku rapuh, tak kuasa menahan haru

Air mataku jatuh membasahi pipi

Senyum dan tawamu

Hanya dapat kulihat dari layar gawaiku

Saat engkau merasa sakit

Ingin rasanya ku memelukmu

Namun aku tak bisa menggapaimu

 

Di kesunyian malam

Hanya dapat berdiam dalam rindu

Di saat rembulan tak bersinar terang

Hanya diam duduk terpaku

Kutadahkan tangan memohon pada Sang Ilahi Robbi

Kuselipkan untaian dzikir sebagai penenang hati

Di sana pula aku menemukan suara

Dari resahnya angin yang hilang tiba-tiba

 

8. Soneta

Siantar, Kota Kecilku (Karya: Ratni Dewi Sawitri)

Sejuk merasuk, tirakat jiwa

Kemilau nan memukau memadamkan resah

Indah nan elok kotaku, lestari nan sejuk udaramu

Putih nan bersih daerahmu

 

Tak bosan inderaku memandang

Adipura hadir berjaya, hiasi kota biasa jadi berharga

Setiap sudut yang kutapaki

Berbaris pepohonan indah nan asri

 

Ramahnya insanmu membuatmu semakin indah

Lembutnya srikaya ganda memanjakan lidah

Deru suara becak membuncahkan hati

 

Siantarku, saksi bisu masa kecilku

Engkau bagaikan surga budaya

Membuat insan yang singgah semakin terpesona

 

Demikianlah penjelasan tentang puisi pendek yang lengkap dengan pengertian, ciri, jenis, beserta contohnya. Semoga bermanfaat.

Editor : Lamsari Gulo

Tag : #puisi pendek    #contoh puisi    #sains    #puisi ibu    #puisi guru   

BACA JUGA

BERITA TERBARU