Sistem Dua kali Panen Padi Tiap Setahun Petani Sumatra Utara

TIM Parboaboa | Nasional | 27-03-2023

Kelompok Tani Bengawan saat panen padi di sawah Desa Medan Krio, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. (Foto: PARBOABOA/Dinez Lubis)

PARBOABOA - Panen raya padi berlangsung Januari sampai Maret 2023 di semua wilayah Indonesia. Istilah panen raya itu bagi petani menanam antara bulan 1 atau bulan 2 sampai bulan 3. Kemudian tiba panen raya pada bulan 4. Masa hidup tanaman padi mulai tanam hingga panen berkisar antara 3-4 bulan. Sedangkan sistem pertanaman padi 4 kali setahun.

Tetapi, bagi Legino, 65 tahun, serta Kelompok Petani Bengawan tidak mau memakai cara tersebut. Kelompok Petani Bengawan justru lebih memilih sistem 2 kali panen tiap 1 tahun. Alasannya menolak memakai sistem 3-4 kali panen tiap 1 tahun. Rupanya, menyoal hasil produksi padi di sawah menurun.

“Panen 3 kali saja bapak enggak mau,” ungkap Ketua Kelompok Tani Bengawan kepada Parboaboa, Sabtu 18 Maret 2023, di Desa Medan Krio, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.

“Pernah diarahkan pemerintah kalo 3 kali panen. Cuma hasilnya menurun sekitar 4 ton. Ya sama saja 3 kali panen 12 ton. Jadi kalo setahun dua kali bisa dapat 6 ton. Ya kalo 2 kali panen dapat 12 ton,” tambahnya lagi.

Bahkan saat tiba panen kedua, menurut Legino, memakai sistem 2 kali panen tiap 1 tahun. Hasil produksi padi akan meningkat.

“Yaitu, sekitar 6 ton per hektar. Seluas 1 hektar itu bisa dapat 6 ton atau 6 ton lebih. Tapi kalo nanti panen bulan 7 dan 8. Nih kan kita mau tanam padi, habis raya (Hari Raya Lebaran) antara bulan 5 dan 6. Nanti kan panen itu hasil meningkat,” ungkap yang pernah diundang ke istana negara dan diberikan sertifikat oleh Presiden Megawati Soekarno Putri, pada 2001 silam.

“Nah jadi kalo tanam padi itu panen musim hujan itu hasil tinggi. Tapi kalo tanam padinya musim hujan. Panen musim kemarau itu hasilnya menurun,” tambahnya lagi

Proses penanaman bibi padi saat masuki masa tanam di Sumatra Utara (Foto: PARBOABOA/Bina Karos)

Realitas sosial petani Sumatra Utara tidak memakai pengelolaan sawah sistem 3-4 kali panen tiap 1 tahun. Sebab memakan modal besar.

“Kalo masa hidup tanaman padi hingga panen ya memang 4 bulankan. Gini, mulai turun sawah enggak langsung tanam padikan. Umumnya tanam padi dari awal hingga panen itu 4 bulan. Jadi kalo ada yang bisa panen 3 bulan umur gabahnya kurang lebih 100 harikan. Ya tergantung pengelolaannya itu, irigrasinya juga, belum lagi iklim atau cuacakan?” ujar Legino.

Selain itu, penyebab Legino menggunakan sistem 2 kali panen tiap 1 tahun dibandingkan 3-4 kali panen tiap 1 tahun. Biar harga gabah, padi yang dipanen di sawah tinggi saat menjualnya ke kilang padi. Pasalnya, harga gabah tinggi jika usia gabah sudah tua.

“Begini kalo tanam padi hingga panen umumnya 4 bulan ya. Kenapa kami panen 2 kali tiap 1 tahun? Karena harga gabah yang bagus itu kalo gabahnya tua. Bilanglah umur padi yang kami panen itu sekitar 150 hari. Kilang padi bayar murah kalo masih hijau padinya. Kan digiling lagi itu nanti. Jadi kalo gabah tua atau cukup umur kalo digiling isinya besar. Kalo hijaukan susut dia jadi kecil berasnya,” ungkapnya

“Makanya kita panen 2 kali setahun, 150 hari gabahnya berarti 5 bulan ya. Dua kali panen berarti 10 bulan. Bilanglah 2 bulan itu proses persiapan tanam sama panen. Kadang kalo cuaca gak bagus. Kita sesuaikan juga jadinya,” tambahnya lagi.

Salah satu petani di Jalan Bahkora II Kiri, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat, Kota Pematang Siantar. (Foto: PARBOABOA/Krisna)

Rosti Nainggolan, petani di areal Persawahaan Bahkora II, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Siantar Marihat, mengaminkan ucapan Legino. Petani di Sumatra Utara banyak menggunakan sistem 2 kali panen tiap 1 tahun.

Sistem menaman sampai memanen padi, petani di Siantar ini juga menggunakan sistem 2 kali panen tiap 1 tahun. Biar lebih hemat dibandingkan memakai sistem 3-4 kali panen tiap 1 tahun.

Total pengeluaran biaya sedari proses penanaman, pupuk, dan obat-obatan seluas 5 rantai sawah milik Rosti saja mencapai Rp3 jutaan.

Belum lagi kendala masuk musim panen padi tiba. Hama tikus dan burung di sawah mengintai petani.

“Kalau memasuki musim panen banyak kali padi di ladang kami ini habis dimakan hama tikus dan burung. Di situ yang banyak kali rintangan,” ungkap perempuan berusia 58 tahun itu sebal, kepada Parboaboa, Sabtu 18 Maret 2023.

Sistem menaman sampai memanen padi, petani di Siantar ini menggunakan sistem 2 kali panen tiap 1 tahun.

“Kalau panen dalam setahun 2 kalilah dalam setahun. Paling kita tunggu dulu 3 bulan selesai panen baru kita tanam lagi,” ungkapnya.

Lalu berapa biaya pengelolaan masa hidup tanaman padi dari tanam hingga panen berkisar antara 3-4 bulan?

Ya dari mulai pembibitan, kalo kita upahkan ya. Pembibitan itu kita buat betengan itu Rp200 ribu. Sudah ditraktor itu pake rotary roda empat itu Rp1 juta. Sudah begitu namping 1 hektar Rp800 ribu. Traktor besar satu sudah dua kali dipakai Rp2 juta. Nanti bibit umur 15 hari baru masukan traktor kecil untuk meratakan tempatnya itu Rp100 ribu juga,” ucap Legino memerinci.

“Jadi sudah kena Rp3 juta lalu nanam Rp1,5 juta. Sudah Rp4,5 juta itu baru siap tanam. Belum racun keongnya, belum pupuknya, seminggu setelah tanam kita pupuk. Kalo satu hektar paling sikit 300 kilo pupuk dasar. Nanti yang kedua bisa 250 kilo,” tambahnya lagi.

***

Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun 2008-2021 menunjukkan, bahwa produktivitas padi di lapangan minimal 8 ton/hektar. Eh, petani di Sumatra Utara seperti Legino malah menyanggah hasil penelitian itu.

“Pernah bisa dapat 8 ton. Cuma bisa dibilang 100 satu orang yang bisa. Karena gini, kalo kita panen bulan 7 atau 8 itu hasil meningkat. Karena apa? Karena waktu kita turun ke sawah, kita tanam padi itu musim kemarau. Jadi kalau musim kemarau. Itu air bisa diatur,” jelasnya.

“Misalnya besok mau dipupuk, air diatur jangan banyak-banyakkan gitu. Cuma kalo kita tanam padi bulan 9-10. Itukan ember-ember musim hujan. Jadi enggak seratus persen pupuk itu bisa murni ketinggalan, pagi mupuk, malam hujan deras. Siapa yang mau dimarahi,” tambahnya lagi.

Gabah hasil panen petani (Foto: PARBOABOA/Karos)

Sedangkan untuk produksi padi sawahnya menghasilkan padi sekitar 6 ton per hektar. Jika di atas itu, menurutnya tinggi. Ia menghitung hasil produksinya 6,5 sampai 7,5 ton per hektar saban waktu panen padi tiba.

Rupanya masalah petani bukan saja berkutat hasil produksi padi. Pemerintah memberikan bantuan pupuk bersubsidi tidak kalah penting. Sebab sekarang ini petani cuma mendapat subsidi Pupuk NPK dan Urea.

“Itu pun susah dan sulit dijatah pula. Padahal yang buat masalah itu sebetulnya bukan kelompok tani, bukan petani. Orang yang banyak duitnya tamak dia,” ucap Legino sebal.

“Orang-orang konglomerat yang buat masalah, yang mau nekong–nekong pupuk subsidi yang mau masuk ke Poktan (Kelompok Tani). Kadang-kadang kita di sini ribut karena enggak mencukupi. Itu kadang-kadang bapak jadi bingung sendiri,” tambahnya lagi.

Bila membandingkan nasib petani era Presiden Soeharto. Maklum saja Legino memuji Presiden Soeharto atas memperhatikan nasib petani. Menurutnya, kelompok petani diutamakan. Sedangkan era sekarang ini, sekadar menyoal bantuan pupuk saja selalu dijatah. Bahkan kadang tersendat-sendat.

“Misalnya jatah untuk Poktan. Bapakkan enggak bisa langsung nebus. Yang nebuskan kios. Jadi satu kios itu yang tebus 5 atau 6 kelompok tani. Sudah gitukan enggak semua Poktan itu sanggup tebus. Kalo di Kelompok Bengawan ya hanya bapak yang bisa nebus. Karenakan bapak sudah Poktan dan pengepul gabah lagi. Jadi kita bisa bantu petani. Tolong disampaikan kepada pemerintah, janganlah anak tirikan petani!” ucapnya bersungut-sungut.

Memang realitas sosial kehidupan petani getir. Tetapi, mereka terus mencoba tetap bahagia. Wak Legino bakal tertawa geli, bila mendengar karangan lagu oleh seniman berdendang petani-petani di Indonesia itu makmur.

“Sebetulnya petani untungnya enggak banyak. Cuma yang bikin banyak itu berkahnya. Banyak seniman-seniman ngarang lagu kalau cerita petani itu makmur,” ujarnya seraya tertawa kecil.

Ayem tentrem. Karena enggak banyak yang dipikirin. Enggak kaya anggota dewan. Kalau anggota dewankan yang dipikirin banyak. Petani yang dipikirin kalo ada air aman, kalo ada pupuk aman, jadi sama jiran tetangga pun akur-akur. Pokoknya semua ini kita tergantung rejeki,” tambahnya.

Reporter: Dinez Lubis dan Wati Sihombing

Editor : Fery Sabsidi

Tag : #hpp gabah    #bapanas    #nasional    #petani    #pupuk    #het beras    #berita nasional   

BACA JUGA