parboaboa

Suara Resah Pengusaha Penggilingan Padi Sumatra Utara

TIM Parboaboa | Nasional | 27-03-2023

Kilang Padi Tjipanas Medan, berlokasi di Jalan Musyarawarah, Kelurahan Brohol, Kecamatan Bajenis, Kota Tebing Tinggi. (PARBOABOA/Muhammad Anshori)

PARBOABOA - Pengusaha kilang penggilingan padi di Sumatra Utara meliputi Deli Serdang, dan Tebing Tinggi, dan Siantar “bersuara” resah. Usai pemerintah mengumumkan penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) untuk beras dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu 15 Maret lalu.

Pemerintah menaikkan harga untuk HPP ditetapkan Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat penggilingan sekarang ini Rp5.100 per kg, sebelumnya Rp4.250 per kg. Kemudian untuk HPP ditetapkan Gabah Kering Giling (GKG) di penggilingan sekarang ini Rp6.200, sebelumnya Rp5.300 per kg.

Sedangkan perhitungan HET beras sekarang ini, pemerintah menetapkannya berdasarkan sistem zonasi. Zona 1 meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Zona 2 untuk Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, Kalimantan. Zona 3 untuk Maluku dan Papua.

HET beras medium, zona 1 Rp10.900, untuk zona 2 Rp11.500, untuk zona 3 Rp11.800. Kemudian untuk beras premium, zona 1 Rp12.900, zona 2 Rp14.400, dan zona 3 Rp14.800.

Lebih lanjut, berikut petikan wawancara suara-suara resah pengusaha kilang atau penggilingan padi tersebut:

Bulog Keluarkan Beras Waktu Kosong, Bukan Musim Petani Panen Padi

Beras-beras milik Kilang Padi Sinar Jaya berlokasi di Dusun 8, Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal, Deli Serdang. (PARBOABOA/Dinez Lubis)

Pengusaha kilang atau penggilingan padi wilayah Desa Medan Krio, Ayen, 53 tahun. Ia sudah menggeluti usaha kilang padi selama puluhan tahun.Kilang Padi Sinar Jaya berlokasi di Dusun 8, Desa Medan Krio Kecamatan Sunggal, Deli Serdang. Lebih lanjut, berikut petikan wawancaranya bersama parboaboa.com, Rabu 22 Maret 2023, pukul 15.00-16.00 WIB.

Bagaimana pendapatnya setelah pemerintah menaikkan harga untuk HPP  ditetapkan GKP di tingkat penggilingan sekarang ini Rp5.100 per kg, sebelumnya  Rp4.250 per kg?

Ya cocoklah kalo Rp5.100, petani kalo dikasih harga Rp4.250 ya rugi. Nombok modal pun enggak balik. Kenapa? Waktu pemerintah menetapkan harga Rp4.250 saya juga ngomel-ngomel. Ya kubilang enggak mungkin kalo pemerintah enggak keluarkan beras Bulognya dari gudang Bulog. Biarpun pemerintah menetapkan harga di Rp4.250.

Padi ini enggak bakalan diharga segini. Palingan enggak dia bisa Rp5.000, 5100, 5500. Kalo dari gudang Bulog ini enggak keluar beras Bulognya ya. Hari itukan ribuan ton dikeluarkan pemerintah, makanya anjlok. Jadi kitakan enggak tahu orang itu jujur apa enggak. Beras bulog cantik-cantik yang dikeluarkan, digonikan balek, dijual dengan harga Rp310 ribu sudah untung banyak. Itulah harganya anjlok petani yang menjerit.

Untuk HPP ditetapkan GKG di penggilingan sekarang ini Rp6.200, sebelumnya Rp5.300 per kg?

Itu kalo menurut aku itu pemerintah enggak usah ditetapkan pun enggak masalah. Yang penting pemerintah jangan tinggal keluarkan Bulognya ribuan ton beras bertebar dimana-mana. Itu namanya barang banyak, harga murah. Kek mana lagi beras padi petani kita beli.

Sementara yang dijual yang nakal” digonikan, dijual diharga Rp300, 310, 320 ribu. Otomatis harga beras yang digiling dari petani itu anjlok juga.

Apa bisa kita bilang, hey ini kualitasku bagus, ini bukan Bulog. Ya enggak bisa.

Biarpun pemerintah tetapkan segini kalo beras Bulognya enggak keluar. Enggak bakalan harga beras padi bisa segini. Tapi misalnya ditetapkan sekarang Rp5.000 ke Rp5.500. Kalo beras Bulognya dikeluarkan terus ya anjlok.

Kayak kami, gabah digilingkan modal mau kena Rp300 ribu lebih kita jual ke Rp330-340 ribu. Enggak ada yang mau bang.

Orang mau cari beras yang Rp300 ribu dari mana? Otomatis kami beli padi harga diturunkan mau tak mau. Walaupun pemerintah hey kau harus beli padi Rp5.500, boleh? Kalo kita berasnya enggak bisa jual. Enggak mungkinkan?

Makanya kubilang yang penting Bulog itu boleh dikeluarkan diwaktu tertentu. Waktu memang barang lagi kosong-kosongnya. Ini dikeluarkan di orang musim panen. Mati petani dibikin. Sekarang masih banyak orang cari beras Rp10.000 per kg. 

Bagaimana pendapat soal HET beras ditetapkan pemerintah?

HET di kilang apa toko? Kalo HET di kilang padi okelah itu. Kalo HET di grosir kecil ya enggak betul itu. Petani harga enggak bisa mahal itu. Aku denger kayaknya HET itu Rp11.500 ya? Tapi enggak tahu di tingkat apa itu? Ditingkat pengecer atau ditingkat kilang. Kalo ditingkat grosir besar masih oke.

HET itu harga kilang atau tingkat pengecer. Kalo di tingkat kilang ya oke, tapi kalo itu harga di tingkat pengecer bawah Rp11.500 dari kilang tinggal berapa? Paling-paling tinggal Rp10.000. Enggak kena ini harga padi. Jadi kalo dari kilang beras sekitar Rp340, 335, 345 ribu ke grosir kecil oke. Jadi di grosir kecil beras sekitar Rp12.500.

Kalo dia kasih harga Rp11.500 ditingkat kilang untuk keluarkan ke kedai itu bisa. Harga padi bisa berkisar di Rp5.000 ke atas baru masuk. Jadi sama-sama kedai pengecer ada untung, kilang bisa keluarkan, petani juga untung.

Kilang ini nampung dari mana saja? Petaninya?

Gabah hasil panen petani di Kilang Padi Sinar Jaya. (PARBOABOA/Dinez Lubis)

Kalo panen di sini utama ya Desa Medan Krio, Sunggal Kanan dan Bangun Mulia sini sajalah. Kalo enggak musim panen ya kadang beli beras Aceh, begitu saja. Padi-padi luar kalo dibeli ya rugi.

Kenapa rugi?

Kalo sudah enggak musim panen, misal daerah Lubuk Pakam panen. Posisi daerah lain enggak ada panen. Jadi kita perlu barang, sementara pembeli banyak, yang panen sedikit. Di situkan harga belaga. Agen kena dua kali, agen pertamakan enggak mungkin beli padi di sana. Jauh-jauh petani sana langsung, palingan dari agen. Harga padi terlalu tinggi karena permintaan tinggi, ditambah lagi ongkos angkut dan lain-lain.

Berapa harga beli gabah kering panen ke petani?

Sekarang ini sekitar Rp5.000 per kg, Rp5.100 per kg tergantung kualitas padinya. Jadi kalo padi lagi basah-basah, ya enggak mungkinlah kita beli mahal-mahal. Makanya sekarang ini, saya kasih tahu ke petani tolong padi dituakan.

Jangan padi hijau kelen arit kubilang. Susah kita kasih harga mahal. Padi tambah tua harga tambah mahal. Posisi diakan padet. Jadi kalo yang hijau-hijau itu dijemurkan kosong. Kalau kosong enggak jadi beraskan.

Pelaku usaha penggilingan hingga kini belum dapat memasok beras ke Bulog. Atau bagaimana?

Bulog belum pernah beli beras disini. Kita enggak pernah masok beras ke Bulog. Sekarangkan Bulog itukan dijual sama orang tertentu yang di atas-atas yang banyak duitnya. Kalo kayak kita ini mau nebus harga Bulog enggak dapat. Pasti sudah ada orang atas yang kenal orang Bulog yang bisa beli.

Berapa harga jual beras di sini?

Per kg Rp13.600. Beras isi 25 kg seharga Rp340 ribu.

Berapa produksi ton beras di sini?

Kalo ada barangya bisa 13 ton. Itu beras ya.

Gabahnya?

Paling-paling bisa masuk ke pengeringan sekitar 25 ton.

***

Seribu Kali Pemerintah Tetapkan HPP, Bukti di Lapangan Tidak Jalan

Pemilik Kilang Padi Tjipanas Medan, Ahua, 65 tahun, di Tebing Tinggi. (PARBOABOA/Muhammad Anshori)

Pemilik Kilang Padi Tjipanas Medan, Ahua, 65 tahun. Usaha kilang padinya berlokasi di Jalan Musyarawarah, Kelurahan Brohol, Kecamatan Bajenis, Kota Tebing Tinggi. Berikut petikan wawancaranya bersama parboaboa.com, Jumat 24 Maret 2023.

Bagaimana pendapatnya setelah pemerintah menaikkan harga untuk Harga Pembelian Pemerintah ditetapkan GKP di tingkat penggilingan sekarang ini Rp5.100 per kilogram, yang sebelumnya Rp4.250 per kilogram?

Cemana mau saya bilang ya, pemerintah memang menerapkan begitu. Tapi di lapangan buktinya pembelian gabah itu di atas harga pemerintah. Pemerintah Rp5.100, di lapangan orang sudah beli Rp5.500 per kg. Seperti kami gini kilang kecil, iya kami mau tidak mau mengikuti kilang-kilang yang besar itu.

Harga pemerintah ini tidak bisa diikuti, apa yang diterapkan sama pemerintah, di lapangan jauh berbeda. Masalahnya disitu sekarang ini. Kami terpaksa ikut harga di lapangan, orang kilang besar itu beli berapa iya kami ikuti juga.

Kalau tidak, tidak dapat beras. Jadi harga yang menentukan sekarang ini ya kilang-kilang besar itu. Kita kilang-kilang kecil ini cuma bisa manut sajalah. Makanya, apa yang dikondisikan sama pemerintah itu tidak bisa diikuti. Seribu kali pemerintah tetapkan HPP, bukti di lapangan tidak jalan.

Pemerintah harus tegas betullah, semua harus ambil segitu. Jadi kalu tidak ambil segitu, ada konsekuensinya atau ada hukumannya. Ini karena tidak ada konsekuensinya. Makanya di lapangan lain. Tapi di satu sisi, petani kalau mengikuti HPP pemerintah, orang itu menderita.

Orang itu lebih suka mengikuti harga kilang sekarang ini. Harga pemerintah Rp5.100, kilang-kilang berani beli Rp5.500. Susahlah kalau di negara kita ini. Kalau peraturan itu tidak jalan betul susahlah.  

Bagaimana pendapatnya setelah pemerintah menaikkan harga untuk Harga Pembelian Pemerintah ditetapkan GKG di penggilingan sekarang ini Rp6.200, sebelumnya Rp5.300 per kg?

Harga gabah kering giling ini saya tidak tahu. Dan kilang-kilang semua disini pun tidak ada. Karena ini musim panen siapa yang mau beli padi kering. Orang beli padi basahlah lebih menguntungkan.

Kalau padi kering dibeli dari lumbung petani punya itu kebanyakan ada yang jeleklah. Orang malas jadinya. Makanya sekarang ini orang mau ambil yang basah saja. Nampak di ladang padinya jenis apa dan persennya berapa.

Jadi berapa jual beras di sini?

Harga kalau masa sekarang ini, saya jual untuk ukuran 30 kg harganya Rp350 ribu, kalau yang 10 kg harganya Rp118 ribu, dan yang 5 kg harganya Rp60 ribu.

Harapan kebijakan baru dari pemerintah ini terkait harga gabah?

Pemerintah kalau buat kebijakan atau peraturan, konsekuensinya juga dibuat kalau tidak diterapkan atau dilaksanakan kebijakan itu. Untuk apa buat peraturan kalau hanya sekedar imbauan saja. Makanya tahun ini, paling serba salahlah pengusaha-pengusaha kilang padi ini.

Pemerintah terapkan begini, petani tidak mau jerit dia. Harga pupuk tingginya bukan main, kalau mengikuti harga petani orang itu tewas. Jadi terpaksa kilang beli sedikit lebih tinggi dan mereka juga tertolong.

Pemerintah pun sering salah kaprah, jangan pas panen besar beras Bulog itu dibeli banyak-banyak. Itu kan secara tidak langsung membunuh petani. Beras bulog itu boleh dibeli kalau pas lagi paceklik atau tidak panen dimana-mana.

Makanya harga bisa sampai begitu, pas lagi paceklik atau tidak ada panen, gudang Bulog pun kosong. Pemerintah tidak sanggup salurkan beras subsidi itu. Kesalahan pemerintah di situ.

Jadi sebenarnya ini kalau mau dijabarkan ke orang awam pun susah dan mereka tidak akan mengerti. Seluk beluknya banyak sekali. Makanya payahlah dibahas kalau masalah ini. Karena peraturan pun berubah, yang diterapkan di lapangan pun beda.

Yang paling sakit, ya kilang-kilang kecil seperti kami ini. Kami terpaksa cuma bisa mengikuti kilang-kilang besar tadi. Berasnya berapa mereka jual, padinya mereka beli berapa, kita cuma bisa ngikut sajalah.

***

Harga Diterapkan Pemerintah Masih Tergolong Murah

Pemilik Kilang Padi Siregar, Abdul Hamid Siregar, 46 tahun. Kilang padinya berlokasi di Karang Bangun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. (PARBOABOA/Halima Tusaddiah)

Pemilik Kilang Padi Siregar, Abdul Hamid Siregar, 46 tahun. Kilang padinya berlokasi  di Karang Bangun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara. Berikut petikan wawancaranya bersama parboaboa.com, Sabtu 25 Maret 2023, pukul 12.30 WIB.

Bagaimana pendapat bapak setelah pemerintah menaikkan harga untuk HPP GKP?

Saya setuju, walaupun saya enggak nanam padi. Belum lagi biaya merawatnya, pupuknya, nyemprotnya. Kalau tidak dapat harga kan jadi sedih gitu ya. Biaya sampai Rp130 ribu/rante menanam sama menjetor. Rp130 ribu masih itunya saja, belum temasuk pupuknya, menjaga burung-burung biar nggak dimakani.

Cuma kemenangannya petani padi ini, berasnya bisa dijual tapi enggak beli beras lagi untuk dimakan. Beda dengan nanam jagung yang bisa dijual tapi harus membeli beras lagi untuk dimakan.

Jadi saya sangat setuju jika harga padi dinaikkan. Karena memang biaya perawatannya pun cukup besar. Dari mulai nanam sampai panen semua perlu biaya.

Dari pemerintah menaikkan harga GKP di tingkat penggilingan sekarang ini Rp5.100 perkg, yang sebelumnya Rp4.250 perkg?

Kalau itu masih murah, di sini gabah basah sudah Rp5.000. Biasanya itu selisih seribu, kalau gabah basah Rp5.000 berarti gabah keringnya Rp6.000. Jadi harga yang diterapkan pemerintah itu masih tergolong murah. Tapi jaman sekarang, orang sudah enggak musim lagi jual gabah kering. Langsung jual gabah basah, karena orang sekarang males jemur-jemur dulu, kalo cuma beda Rp1.000.

Biasanya kalo dijemur itu, untuk yang disimpan sendiri dan dimakan sendiri. Kalo untuk dijual ke kilang gitu. Biasanya langsung gabah basahnya saja.

Kalo jual gabah kering, paling tidak harus jemur dulu selama 2 hari baru boleh jual gabah kering giling. Beda kalau petani jemur padi untuk disimpan sendiri biasanya di jemur selama 5-6 jam. Itu untuk disimpan ya.

Harapan terkait kenaikan harga gabah yang mengalami kenaikan?

Maunya harga padi tuh minimal, sepaling murah-murahnya Rp5.000 per kg bahan sesuai ya. Sudah sesuailah itu, dengan capeknya petani. Belum lagi capeknya menjaga padi dari burung-burung yang terbang sana-sini. Walaupun ada pagar burung itu, masih enggak mampu menjaga padi dari banyaknya burung. Belum lagi banyaknya tikus. Sudah begitu pupuk mahal.

Reporter: Dinez Lubis, Muhammad Anshori, dan Halima Tusaddiah

Editor : Fery Sabsidi

Tag : #hpp gabah    #bapanas    #nasional    #petani    #pupuk    #het beras    #pengusaha penggilingan padi    #berita nasional   

BACA JUGA

BERITA TERBARU