PARBOABOA, Jakarta - Dalam hitungan bulan, masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai nahkoda kapal bernama NKRI, akan berakhir.
Kapal dengan penumpang berbagi rupa ini tengah menantikan nakoda baru yang akan menentukan arah perjalanannya untuk lima tahun ke depan.
Beragam spekulasi yang mucul di publik terkait langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Jokowi setelah masa tugasnya selesai.
Adanya ketegangan hubungan antara Jokowi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menambah bahan spekulasi tersebut.
Informasi yang semakin kuat beredar adalah kemungkinan Jokowi akan bergabung dengan Partai Golkar.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng, menyampaikan sikap positif terhadap rumor tersebut dengan menegaskan bahwa Golkar adalah partai yang terbuka dan siap menerima siapapun yang ingin bergabung.
"Jokowi adalah sosok yang penting, dan kami dengan senang hati menyambutnya," ujar Mekeng, Selasa (27/2/ 2024).
Hal senada sebelumnya juga telah diutarakan oleh Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Ia menyatakan sikap positif mengenai peluang bergabungnya Presiden Joko Widodo ke dalam partainya.
"Jokowi adalah milik semua partai karena ia merupakan sosok penting," ungkap Airlangga, Senin (26/02/2024).
Ia menambahkan bahwa secara resmi, Jokowi masih tercatat sebagai anggota PDIP, partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri dan telah mendukungnya selama dua periode kepemimpinan.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo sendiri belum memberikan konfirmasi atau bantahan terkait isu tersebut. Jawaban Jokowi tidak memberi kepastian.
"Saya setiap hari masuk istana," kata Jokowi kepada awak media di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2/ 2024).
Untung Rugi Jokowi Login Golkar
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, berpendapat bahwa politik di Indonesia sering kali menghalalkan segala cara.
Akrobat politik yang dilakukan oleh elite politik juga telah menjadi tontonan biasa bagi masyarakat.
Etika dan moral kerap dilanggar, dan korupsi menjadi hal yang sering terjadi. Hal ini terlihat jelas dalam diskusi terkini mengenai potensi kepindahan Jokowi ke Golkar.
“Jokowi masih merupakan kader sah dari PDIP, namun secara emosional dan perbuatan, ia sudah tidak lagi bersama mereka. Oleh karena itu, jika memang ingin berpindah, sebaiknya ia melakukan itu,"kata Ujang ke PARBOABOA, Rabu (28/2/2024)
Menurut Ujang, alasan Jokowi memilih Golkar adalah karena partai tersebut relatif mudah untuk dipengaruhi dan memberikan kesempatan baginya untuk menjadi Ketua Umum.
Sejak awal, Airlangga Hartarto sudah menunjukkan sikap yang tunduk dan patuh terhadap Jokowi. Bergabung dengan Golkar akan membuat Jokowi aman dari segi politik dan bisnis.
"Tidak ada yang akan mengganggu Jokowi, dan ia akan didukung penuh oleh Golkar, terutama karena suara Golkar meningkat pada pemilu 2024. Namun, ini berarti Golkar harus mengubur mimpi kadernya untuk posisi yang lebih tinggi," tegasnya.
Dalam konteks yang sama, Pengamat Politik dari Universitas Nasional, Selamet Ginting, menyatakan bahwa kepindahan Jokowi ke Golkar merupakan langkah untuk mencari perlindungan dan kekuatan guna menjaga eksistensi politiknya pasca kepemimpinan.
Awalnya, Jokowi diisukan akan bergabung dengan PSI, namun partai tersebut belum memiliki nilai tawar yang cukup kuat.
Suara sementara PSI menurut real count KPU berada di angka 2,6 persen,belum mencapai ambang batas 4 persen.
“Jokowi mencari partai besar, terutama karena suara Golkar meningkat pada pemilu ini. Ia membutuhkan dukungan untuk mengamankan posisinya, baik dalam politik maupun bisnis," kata Ginting kepada PARBOABOA, (Rabu,28/2/2024).
Ginting mengingatkan bahwa masuknya Jokowi ke Golkar tidak akan mudah, mengingat banyak tokoh berpengaruh di partai tersebut.
Meski begitu, PDIP menyambut baik wacana kepindahan Jokowi ini.
"Kepergian Jokowi akan menjadi kelegaan bagi PDIP. Ketegangan yang selama ini ada akan terurai, dan PDIP bisa melangkah ke masa depan tanpa adanya halangan dari Jokowi," tutup Ginting.
Editor: Norben