parboaboa

Resesi Ekonomi Jepang, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Gregorius Agung | Ekonomi | 23-02-2024

Ilustrasi efek resesi Jepang terhadap perekonomian Indonesia. (Foto: PARBOABOA/Rian)

PARBOABOA, Jakarta - Ekonomi Negeri Sakura (Jepang) memasuki jurang resesi setelah mengalami pertumbuhan minus dalam dua kuartal berturut-turut.

Secara tahunan atau year on year (yoy), pada kuartal III 2023, pertumbuhan ekonomi di negara itu minus 3,3 persen dan mengalami penurunan drastis pada kuartal berikutnya menjadi 0,4 persen yoy.

Situasi ini membuat Jepang tidak lagi menjadi negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia. Posisinya disalip Jerman, salah satu raksasa ekonomi di Eropa.

Tak hanya itu, di kuartal III, sempat terjadi revisi dengan angka yang sangat buruk, awalnya mengalami pertumbuhan hanya sebesar-0,2 persen lalu menjadi minus 3,3 persen.

Pengamat Ekonomi, Gunawan Benjamin menilai, resesi di Jepang punya implikasi atau dampak langsung terhadap lalu-lintas perekonomian Indonesia.

Salah satu yang paling rentan adalah Jepang bukan tidak mungkin akan menyetop atau mengurangi permintaan barang dari Indonesia. Apalagai, negara itu merupakan salah satu tujuan ekspor utama RI setelah India, Amerika dan China.  

"Jadi ekspor RI ke jepang tentunya menghadapi tantangan seiring dengan kontraksi ekonomi yang dialami negara tersebut," kata Bejamin dalam keterangan tertulisnya kepada PARBOABOA, Jumat (23/2/2024).

Benjamin menyebut beberapa komoditas unggulan yang kerap diekspor ke Jepang, seperti batu bara, nikel dan olahan kayu. Ke depan, jika resesi tak mampu diredam, kemitaraan dagang Indonesia dengan Jepang akan terganggu.

Namun demikian, resesi yang terjadi di Jepang sejauh ini tidak berdampak besar terhadap kinerja pasar keuangan dalam negeri, di mana pasar saham, rupiah dan obligasi masih bergerak seirama dengan fundamental ekonomi di tanah air.

Di sisi lain kata Benjamin, resesi akan membuat investor akan beralih dari Jepang ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Terlebih pertumbuhan ekonomi nasional saat ini masih terjaga.

"Ada keunggulan komparatif yang bisa saja menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia," katanya.

Tetapi, di tengah situasi ekonomi global yang melambat belakangan ini, akan tetap menjadi pertimbangan tersendiri bagi semua investor untuk memilih negara-negara tujuan investasi dengan sejumlah pertimbangan.

Benjamin menegaskan, outlook ekonomi global saat ini belum sepenuhnya memberikan kepastian pemulihan di masa yang akan datang. Karena itu, akan ada banyak faktor yang dijadikan pertimbangan bagi para investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi. 

"Bukan hanya melihat kinerja ekonomi yang direalisasikan saja, namun juga gambaran ekonomi kedepannya," tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani menjelasakan, apa yang terjadi di Jepang merupakan dampak buruk pandemi covid 19. 

Negara tersebut, kata perempuan yang akrab disapa Ani itu belum berhasil memacu pertumbuhan ekonominya setelah dihantam badai pandemi global.

Faktor lain, hal itu tidak terlepas dari kenaikan suku bunga tinggi bank sentral di tahun-tahun sebelumnya serta efek esklasi perang Rusia-Ukraina.

Bahkan, berdasarkan proyeksi sejumlah lembaga internasional, kata Ani, efek perang Rusia-Ukraina akan berpotensi menciptakan resesi negara-negara di dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam rangka itu, mantan Pelaksana Direktur Bank Dunia ini mengatakan, pihaknya tengah merumuskan strategi untuk mengantisipasi efek resesi ekonomi sejumlah negara-negara di dunia terhadap perekonomian Indonesia.

Editor : Gregorius Agung

Tag : #resesi    #jepang    #ekonomi    #dampak resesi    #ekspor indonesia    #inflasi   

BACA JUGA

BERITA TERBARU