sondang | Internasional | 04-09-2021
PARBOABOA,
Turki – Mengutip Koreaboo, kini kehidupan fandom Kpop Turki berada
di bawah ancaman. Pasalnya, pemerintah Turki kini menyelidiki Kpop karena
dianggap membahayakan kaum muda negara itu.
Turki ternyata merupakan salah satu komunitas penggemar
K-Pop terbesar dunia. Menurut data, dari total global, penggemar Turki
menempati peringkat ke-10. Ini dihitung dari jumlah waktu terbanyak dalam
mengonsumsi konten K-Pop. Dari segi dana, setidaknya warga Turki menghabiskan
US $108 (Rp 1,5 juta) per orang per tahun.
K-Pop dianggap berbahaya karena sudah banyak muncul kasus
yang menjadikan remaja-remaja Turki melakukan hal aneh. Pada Agustus lalu, tiga
remaja berusia 11, 13, dan 15 tahun menjadi berita utama karena melarikan diri
ke Korea Selatan (Korsel) tanpa izin dan dokumen orang tua.
Awalnya, mereka memberi tahu orang tua dan walinya kalau
hendak piknik ke Istanbul. Diketahui bahwa ketiganya telah mengemasi pakaian
mereka dan meninggalkan ponsel sebelum pergi dari rumah. Kemudian orang tua
gadis-gadis itu pun menghubungi polisi. Untungnya, tim polisi khusus dapat
menemukan gadis-gadis itu dalam kondisi aman dan sehat di pantai Istanbul.
Dalam pernyataan awal kepada outlet media Turki NTV,
gadis-gadis muda itu membuat pernyataan mengejutkan. Cinta mereka pada K-Pop
dan K-Drama membuat mereka memutuskan hendak melarikan diri ke Korsel.
Ini pun menyebabkan Kementerian Keluarga dan Layanan Sosial
Turki turun tangan. Badan itu menempatkan K-Pop secara keseluruhan dalam
penyelidikan.
Menurut surat kabar Turki Milliyet, penyelidikan juga
didasarkan pada tuduhan dari pejabat yang menyatakan bahwa K-Pop merupakan
ancaman bagi pemuda negeri itu. Namun, sebagian besar kekhawatiran ini
tampaknya berakar pada sudut pandang anti-LGBTQ+.
"Secara khusus, tuduhan tersebut menyatakan bahwa
K-pop membuat kaum muda menyimpang dari nilai-nilai tradisional dan menolak
keluarga mereka serta membawa mereka ke gaya hidup bebas gender," tulis
media itu dikutip Koreaboo, Rabu (1/9).
Grup penyanyi pria terkenal BTS juga diseret dalam kasus
itu. Insiden kaburnya remaja tersebut disebut "Special Operation
BTS".
Selain itu ada juga kasus lain pada 2019, seorang
komentator di Turki mengklaim bahwa grup penyanyi pria Korsel seperti BTS,
adalah bagian dari desain global untuk menciptakan masyarakat yang bebas
gender.
Setelah itu, seorang psikiater anak di negara itu
mengatakan bahwa apa yang disebut androgini BTS dapat menciptakan kebingungan
identitas gender pada remaja. Pakar komunikasi digital juga mengklaim bahwa
K-Pop mendorong kaum muda untuk memutuskan seksualitas mereka setelah masa
remaja berdasarkan kehendak individu.
Pada saat itu, sebuah kantor berita yang dikelola negara
mendesak pemerintah Turki untuk mengambil tindakan terhadap invasi budaya
K-Pop. Mereka mengklaim secara khusus Kpop menargetkan kaum muda dari latar
belakang konservatif.
"Band-band pop Korea membangkitkan kekaguman secara
global dengan gambar dan gaya musik mereka yang berbeda dengan menggunakan media
sosial secara efektif," kata para pejabat kepada surat kabar Hürriyet.
Sementara itu, penggemar K-Pop Turki menentang sentimen
ini. Penggemar mengatakan kepada Ahval News bahwa mereka melihat budaya Korsel
sebagai budaya yang mirip dengan budaya mereka sendiri di Turki.
Mereka juga mencatat manfaat tertarik pada K-Pop dan
K-Drama. Termasuk mengembangkan komunitas bersama dan dorongan untuk belajar
bahasa kedua.
Saat ini, banyak penggemar K-Pop Turki khawatir bahwa mereka akan segera dilarang mendengarkan lagu-lagu Kpop atau berbicara tentang grup dan K-Drama favorit mereka secara online. Namun, pemerintah belum membuat pernyataan yang mengonfirmasi bahwa Kpop berisiko dilarang langsung.
Tag : #internasional #artis #selebritis