Jesika | Sains | 25-08-2023
PARBOABOA – El Nino merupakan fenomena alam yang telah lama dikenal dan menjadi perhatian serius bagi para ilmuwan, pakar cuaca, serta pemerintah di seluruh dunia. Fenomena ini dapat membawa dampak signifikan pada iklim global, termasuk di Indonesia.
Selama periode El Nino, negara Indonesia dapat merasakan perubahan pola cuaca yang membawa konsekuensi serius bagi pertanian, pasokan air, serta ekonsistem alam.
Biasanya, Indonesia mengalami musim hujan yang relatif kaya curah hujan di sebagian besar wilayahnya, terutama pada musim monsun.
Namun, El Nino dapat mengganggu pola monsun normal ini, menyebabkan penurunan curah hujan yang signifikan.
Dampaknya bisa berupa kekeringan yang parah, kebakaran hutan dan lahan, serta penurunan produksi pertanian.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), seperti yang dilansir dari website resminya, telah memprediksi wilayah-wilayah yang akan mengalami curah hujan dengan kategori rendah (0-100 mm/bulan), yang berlangsung sekitar bulan Agustus, Septermber dan Oktober.
Wilayah-wilayah itu antara lain Sumatra bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.
Lantas, apa itu El Nino? Dilansir dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino dan Musim di Indonesia yang disusun BMKG, berikut penjelasannya:
El Nino-Southern Oscillation (ENSO) adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur, terutama di dekat pantai Ekuador dan Peru, menjadi lebih hangat daripada rata-rata normalnya.
Istilah El Nino sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti "anak laki-laki".
Awalnya, istilah ini digunakan oleh para nelayan di Peru dan Ekuador berabad-abad lalu untuk menggambarkan kondisi arus laut hangat yang muncul menjelang Natal. Mereka menyebutnya "El Nino de Navidad" yang artinya "Anak Laki-laki Natal", sebagaimana mengartikan kehadiran arus tersebut sebagai sesuatu yang istimewa seperti kelahiran Kristus.
Menghangatnya perairan di wilayah Amerika Selatan ini ternyata berkaitan dengan pemanasan lautan yang lebih luas di bagian timur Samudra Pasifik. Bahkan, efeknya bisa merambat hingga mencapai garis batas penanggalan internasional di tengah Samudra Pasifik.
Intensitas fenomena alam ini sendiri dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
Penyebab utama terjadinya fenomena ini adalah peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik tengah dan Timur. Fase Enso hangat ini terjadi secara alami dan berulang dalam jangka waktu tertentu. Berikut ini adalah faktor penyebab terjadinya fenomena alam ini:
Dampak fase Enso hangat dapat mencakup efek positif dan negatif, tergantung pada wilayah dan sektor yang terpengaruh. Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari fenomena tersebut
Peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan di wilayah Tropis dan sekitarnya. Berikut adalah beberapa dampak fase Enso hangat terhadap cuaca di berbagai bagian dunia:
Dilansir dari situs BMKG, dalam pemantauan 10 hari terakhir di bulan Juli 2023, fenomena El Nino (ENSO) menunjukkan nilai sebesar +1.14. Hal ini mengindikasikan bahwa ENSO terus menguat intensitasnya sejak awal Juli. BMKG memperkirakan bahwa puncak dampak ENSO akan terjadi pada bulan Agustus-September 2023 mendatang.
Berdasarkan hasil pemantauan hingga pertengahan bulan Juli 2023, sekitar 63% dari zona musim di Indonesia telah memasuki musim kemarau. BMKG memproyeksikan bahwa kemarau tahun ini akan lebih kering dari biasanya, bahkan lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya.
Beberapa daerah yang diperkirakan akan terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatra seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Bengkulu, dan Lampung.
Selain itu, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara juga diprediksi akan mengalami curah hujan yang rendah dan potensi mengalami musim kering yang ekstrem.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengantisipasinya
Melansir dari education national geographic, Ilmuwan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengumpulkan data tentang El Niño menggunakan beberapa teknologi. Salah satu contohnya adalah Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) yang mengoperasikan jaringan pelampung ilmiah. Pelampung-pelampung ini ditempatkan di sekitar 70 lokasi di Samudra Pasifik bagian selatan, mulai dari Kepulauan Galapagos hingga Australia.
Pelampung ilmiah ini mengukur berbagai parameter seperti suhu laut dan udara, arus, angin, dan kelembapan. Data yang dikumpulkan oleh pelampung ini dikirimkan setiap hari ke peneliti dan peramal di seluruh dunia. Dengan menggunakan data dari pelampung dan juga citra visual yang diperoleh dari citra satelit, para ilmuwan dapat memprediksi El Niño dengan lebih akurat dan memvisualisasikan perkembangan serta dampaknya di seluruh dunia.
Kesimpulan
El Nino merupakan fenomena cuaca yang kompleks dan memiliki dampak global. Pengertian, penyebab, dampak, dan cara mengantisipasinya sangat penting bagi kamu sebagai penduduk Bumi.
Dengan pemahaman yang lebih baik dan langkah-langkah antisipasi yang tepat, kamu dapat menghadapi fenomena alam ini dengan lebih siap dan melindungi diri dari perubahan cuaca yang ekstrem.
Editor : Sari
Tag : #el nino #fenomena el nino #sains #dampak el nino #penyebab el nino #kapan terjadinya el nino