Harga CPO Berfluktuasi, Meskipun Petani Sawit Masih Untung

Pohon sawit yang menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS). (Foto: PARBOABOA/Andi Tandang)

PARBOABOA, Medan – Harga CPO (Crude Palm Oil) dunia dalam satu bulan terakhir bergerak sangat volatile. Di awal bulan harga CPO nyaris menyentuh 4.100 ringgit per ton.

Sempat anjlok ke kisaran 3.900 ringgit per ton, dan saat ini ditransaksikan di kisaran harga 3.970 ringgit per tonnya.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan jika membandingkan kinerja harga CPO dengan harga kacang kedelai yang menjadi substitusi CPO.

Pola pergerakan harga kacang kedelai juga tidak jauh berbeda. Sempat nyaris menyentuh 11.7 US Dollar per bushel, dan pernah anjlok hingga ke level 10.7 US Dollar per bushel dan saat ini ditransaksikan di kisaran angka 11.6 US Dollar per bushel nya.

Selanjutnya, jika melihat harga minyak mentah dunia sebagai rujukan lainnya, harga minyak mentah dunia terpantau mengalami penurunan.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan jika di awal bulan harga minyak mentah dunia ditransaksikan 82 US Dollar per barrel.

Saat ini harga minyak mentah berada di kisaran 78 US Dollar per barrel nya. “Nah, kabar lain yang mempengaruhi harga CPO adalah meningkatnya sisi persediaan atau supply pada bulan Juli yang mengakibatkan terjadinya tekanan pada harga CPO,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (30/07/2024).

Gunawan Benjamin menuturkan dorongan kenaikan harga CPO lebih banyak dipicu oleh membaiknya sisi demand atau permintaan untuk kacang kedelai.

Jadi, fluktuasi pada harga CPO tidak terlepas dari fluktuasi pada komoditas lain di pasar internasional.

Menurut Gunawan Benjamin, sejauh ini sisi persediaan dan permintaan menunjukkan adanya kemungkinan di mana pasar akan bergerak sangat volatile dalam jangka pendek.

“Untuk harga CPO di tanah air sendiri, saya menilai nantinya pembentukan harga CPO di tanah air akan sangat bergantung pada demand yang mengalami peningkatan,” ujar Gunawan Benjamin, kepada PARBOABOA, Selasa (30/07/2024).

Sejauh ini, rencana pemerintah untuk mendorong penggunaan sawit sebagai biodiesel (B40), berpeluang mendorong kenaikan harga nantinya.

Di sisi lain, penyerapan minyak CPO dari tanah air oleh negara importir juga masih dipertanyakan keberlangsungannya. Dikarenakan terjadi perlambatan pada kinerja ekonomi di negara tujuan ekspor.

Sehingga harga CPO dalam jangka pendek juga masih berpeluang untuk berfluktuasi seiring dengan dinamika ekonomi di tanah air dan di negara lain.

“Yang penting harga TBS (Tandan Buah Segar) di level petani ini yang harus bisa diatasi harga keekonomiannya,” tutur Gunawan Benjamin.

Dengan realisasi harga CPO yang masih di atas 3.200 ringgit per ton, ditambah dengan nilai tukar petani perkebunan yang jauh di atas 100, memberikan gambaran bahwa petani sawit sejauh ini masih diuntungkan dengan fluktuasi harga CPO.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS