Hujan oleh Tere Liye: Cinta, Kehilangan, dan Kebangkitan di Tengah Bencana

Novel bertajuk Hujan karya Tere Liye. (Foto: Instagram/@feb_books)

PARBOABOA - Hujan, sebuah karya fenomenal dari Tere Liye, merupakan novel yang mengajak pembaca untuk merenungi berbagai aspek kehidupan melalui sebuah kisah yang dibingkai dalam latar futuristik penuh bencana. 

Novel ini berhasil memikat hati para pembaca sejak diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada Januari 2016, menjadikannya salah satu karya best seller yang terus dikenang.

Melalui gaya penceritaan yang emosional dan penuh makna, Tere Liye mengajak kita merenungi sisi-sisi kehidupan yang sering terlupakan. Tentang kehilangan, kebangkitan, dan harapan.

Dalam novel ini, pembaca diajak masuk ke masa depan di mana alam dan teknologi hidup berdampingan.

Namun, di balik kemajuan tersebut, tersembunyi peringatan tentang rapuhnya kehidupan manusia ketika berhadapan dengan kekuatan alam. Di sinilah cerita tentang cinta dan persahabatan menjadi sentral, menyajikan refleksi mendalam tentang bagaimana manusia menghadapi tragedi.

Ikatan yang Tumbuh

Kisah dalam novel ini bermula dengan Lail, seorang gadis berusia 13 tahun yang kehilangan segalanya akibat letusan gunung api terbesar di dunia.

Saat itu, Lail tengah berada dalam perjalanan menggunakan kereta api ketika bencana dahsyat itu melanda. Gempa bumi dan tsunami yang dihasilkan oleh letusan gunung api mengubah hidupnya secara drastis. 

Bencana tersebut tidak hanya menghancurkan kota tempat tinggalnya, tetapi juga memisahkannya dari keluarganya.

Lail selamat, namun kedua orang tuanya tidak. Di tengah situasi genting tersebut, Lail bertemu dengan Esok, seorang pemuda cerdas dan optimis yang menjadi teman dekatnya. 

Setelah bencana, Lail dan Esok tinggal di pengungsian selama hampir setahun, membangun ikatan yang erat bagaikan saudara. Namun, mereka terpaksa terpisah ketika pemerintah menutup pengungsian.

Lail tinggal di panti sosial dan berteman dengan Maryam, seorang gadis ceria yang membantunya mengatasi rasa rindunya pada Esok.

Meskipun mereka berusaha untuk tetap berhubungan, pertemuan mereka semakin jarang seiring dengan kesibukan masing-masing.

Esok kemudian melanjutkan pendidikannya di ibu kota dan terlibat dalam proyek ambisius untuk menyelamatkan umat manusia dari bencana iklim yang semakin parah.

Dalam perjalanan ini, Lail berjuang untuk menemukan makna hidupnya kembali dan belajar menerima kenyataan pahit yang harus dihadapinya.

Kisah Lail dan Esok berkembang di tengah-tengah dunia yang berusaha bangkit dari bencana besar, di mana teknologi memainkan peran penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Namun, seperti halnya alam yang tidak bisa diprediksi, begitu pula dengan perjalanan hidup mereka. Cinta yang tumbuh di antara keduanya pun diuji oleh keadaan dan takdir yang tidak terduga.

Kehidupan Baru

Tema utama dari buku ini adalah tentang kehilangan dan cara manusia menghadapinya. Tere Liye secara mendalam mengeksplorasi bagaimana setiap individu merespons bencana, kehilangan orang-orang terdekat, dan bagaimana mereka bisa bangkit kembali.

Lail, sebagai karakter utama, menjadi representasi dari seseorang yang kehilangan segalanya; orang tuanya, rumahnya, serta kehidupan lamanya. Trauma yang ia alami begitu besar sehingga sering kali membuatnya merasa hampa.

Selain kehilangan, novel ini juga menggambarkan tentang pentingnya persahabatan dan cinta sebagai pilar penopang kehidupan.

Persahabatan antara Lail dan Esok tidak hanya membantu keduanya bertahan dalam situasi sulit, tetapi juga menjadi tempat mereka berbagi kesedihan dan harapan.

Cinta yang tumbuh di antara mereka bukanlah cinta yang instan, melainkan cinta yang berkembang perlahan-lahan melalui kebersamaan dan perjuangan yang mereka lalui bersama.

Salah satu daya tarik utama dari novel ini adalah latar belakang ceritanya yang futuristik. Tere Liye menempatkan ceritanya di masa depan di mana teknologi telah berkembang pesat.

Dunia dalam Hujan adalah dunia di mana transportasi super cepat, perangkat canggih, dan sistem sosial baru menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Misalnya, adanya teknologi chip yang mampu menyimpan memori manusia, menggambarkan betapa canggihnya dunia yang digambarkan oleh Tere Liye.

Simbolisme Hujan

Karakter Lail dan Esok merupakan dua pilar utama yang membawa emosi cerita ini. Lail, sebagai protagonis, digambarkan sebagai seorang gadis yang pada awalnya rapuh setelah kehilangan kedua orang tuanya.

Trauma yang ia alami sering kali membuatnya merasa tidak sanggup melanjutkan hidup. Namun, perjalanan emosionalnya bersama Esok membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat.

Lail belajar bahwa kehilangan bukan akhir dari segalanya, dan bahwa ada kekuatan dalam dirinya untuk bangkit kembali.

Penggunaan simbol "hujan" dalam novel ini juga memiliki makna yang dalam. Hujan sering kali dikaitkan dengan kesedihan, namun di sisi lain hujan juga melambangkan kesegaran dan harapan baru.

Ini sejalan dengan pesan novel, bahwa setelah kesedihan dan kehilangan, selalu ada harapan untuk bangkit dan memulai hidup yang baru.

Seperti tetesan hujan yang jatuh dari langit, setiap bagian dari kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian.

Melalui Hujan, Tere Liye mengingatkan kita bahwa dalam setiap bencana dan kehilangan, selalu ada ruang untuk kebangkitan, dan di setiap akhir, ada awal yang baru.

Penulis: Mila Rismaya Sriyatni

Editor: Wanovy
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS