PARBOABOA – Joan Laporta menyatakan kondisi Barcelona semakin parah akibat krisis ekonomi. Blaugrana masih harus melunasi utang ratusan juta euro, hingga tidak mampu membayar gaji pemain.
Barcelona menjadi klub dengan utang tertinggi di Eropa saat ini. Lembaga audit keuangan terpercaya, Deloitte, menyebutkan Los Cules mempunyai utang sebesar 1,45 miliar euro (Rp21,8 triliun)
Tumpukan utang Barcelona didapat akibat manajemen buruk di era kepemimpinan Josep Maria Bartomeu. Situasi semakin mencekam ketika pandemi COVID-19 menghantam pada awal 2020, yang membuat Blaugrana kehilangan pemasukan dari pertandingan kandang.
Bartomeu mengundurkan diri dari Camp Nou pada Oktober 2020. Dia diduga melakukan korupsi pada Maret 201 dan tersandung skandal Barcagate (pencucian uang dan usah menaikkan citra klub Barcelona) yang membuatnya ditahan kepolisian.
Joan Laporta menggantikan posisi Bartomeu sebagai Presiden Barcelona pada 2021. Satu tahun awal kepemimpinannya difokuskan kepada usaha perbaikan ekonomi Blaugrana yang kacau balau.
Sejumlah langkah diambil untuk menyelamatkan Barcelona. Mulai dari merestrukturisasi utang, membatasi pengeluaran, hingga pemotongan gaji pemain.
Usaha-usaha tersebut rupanya tidak cukup ampuh membawa finansial Barcelona stabil. Dalam rapat dengan Senat Barcelona, Rabu (8/6/2022), Joan Laporta mengakui kondisi klub saat ini hampir mati alias sekarat.
"Kami mengadakan pertemuan pada 16 Juni untuk mendapatkan serangkaian tindakan yang disetujui guna membersihkan situasi ekonomi klub. Sangat penting untuk mencapai tingkat kompetitif tim. Ketika kami tiba, kami menemukan diri kami dalam situasi ekonomi yang sangat sulit," kata Laporta, dilansir dari Marca.
"Kami tidak dapat membayar gaji untuk bulan itu. Kami juga memiliki bencana yang akan datang pada kami karena kami tidak memenuhi kredit dan mereka dapat menuntut 200 juta yang tidak kami miliki. Kami praktis mati," sambungnya.
"Kami mencari solusi dengan merestrukturisasi utang, mengendalikan pengeluaran, mengurangi gaji-gaji yang besar, tetapi tidak cukup, mencari sponsor... Kami beralih dari sekarat ke ICU," jelasnya.
Tidak Mau Menjual Klub dan Tetap Menjunjung Idealisme
Di satu sisi, sejumlah pihak menawarkan solusi agara Barcelona bisa melunasi utang-utangnya. Salah satunya yakni dengan menjual klub kepada pemilik modal kaya raya, atau para sultan Timut Tengah.
Praktik akuisisi klub oleh miliyuner dari berbagai negara merupakan hal yang lazim dalam sepak bola Eropa. Misalnya seperti Roman Abramovich yang membeli Chelsea pada awal 2000-an, hingga akuisisi Manchester City oleh Sheikh Mansour.
Presiden Barcelona, Joan Laporta, menolak ide penjualan klub kepada para pemilik modal atau sultan Timur Tengah. Dia bersikeras mempertahankan sistem kepemilikan bersama melalui socios.
Perlu diketahui, Barcelona menjadi salah satu klub Spanyol yang menjalankan model kepemimpinan kolektif lewat socios atau dewan anggota. Socios berhak menentukan keputusan klub, termasuk pemilihan presiden yang dilakukan 4-6 tahun sekali.
"Kami menginginkan Barca yang kuat yang dapat bersaing dengan klub-klub kepemilikan negara atau klub milik jutawan yang menyuntikkan uang yang tidak berasal dari sepakbola," kata Laporta dalam rapat dengan Senat Barcelona, dilansir dari Marca.
"Barca kuat setelah satu tahun, saya dapat meyakinkan Anda bahwa entitas itu hidup. Barca memiliki kekuatan yang sangat besar untuk menarik uang dan dengan demikian mempertahankan model tata kelola kita," sambungnya.
"Di perusahaan mana pun solusinya adalah bubar atau berpindah tangan, sesuatu yang tidak akan terjadi pada masa kepemimpinan saya. Socios akan selalu menjadi pemilik. Kami ingin menghindari tumpahan atau penambahan modal. Kami tidak akan melakukannya karena socios tidak bertanggung jawab atas situasi ini," Joan Laporta mengungkapkan.
Menyiapkan Dua Solusi Untuk Mengatasi Masalah Finansial Barcelona
Di tengah situasi sulit tersebut, Barcelona menyiapkan solusi alternatif. Ada dua kebijakan yang rencananya dilaksanakan Blaugrana.
Dua solusi itu antara lain penjualan lisensi dan merchandise Barcelona (BLM), serta penyerahan hak siar televisi kepada investor hingga 25 persen. Dua kebijakan tersebut diproyeksikan membawa keuntungan mencapai 740 juta euro (Rp11,5 triliun).
Joan Laporta akan memaparkan solusi ini dalam Majelis Umum pada 16 Juni mendatang. Dia berharap para Dewan Anggota (socios) menyetujui usulan yang dibawakan.
"Ini adalah solusi yang kami miliki untuk menghidupkan kembali situasi klub. Kamis depan kami akan meminta mereka untuk mengizinkan kami mengaktifkan serangkaian mekanisme untuk meluruskan situasi ekonomi lebih awal dari yang diharapkan," kata Laporta yang dilansir dari Marca.
"Kami akan dapat melakukan investasi yang diperlukan dalam tim kami untuk membuat mereka lebih kompetitif. Apabila mereka menyetujuinya, kami seperti pasien yang pindah dari ICU ke ruang perawatan. Penyembuhan berikutnya akan dilakukan dan kami bisa meninggalkan rumah sakit," ujarnya.