parboaboa

Lahirnya Cikal Bakal Dokter Indonesia di Sekolah Kedokteran STOVIA

Adinda Dewi | Metropolitan | 04-02-2023

Salah satu bagian dari School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA), yang menjadi cikal bakal sekolah kedokteran di Indonesia. (PARBOABOA/Adinda)

PARBOABOA, Jakarta- School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA), dikenal sebagai Sekolah Dokter Djawa. Sekolah ini didirikan atas pertimbangan Gubernur Jenderal Duymaer van Twist.

Merupakan sekolah khusus petugas vaksin untuk menangani wabah cacar di kawasan pantai utara Pulau Jawa dan Karesidenan Banyumas pada abad ke-19.

Gagasan pendidikan dipimpin Dokter Petrus Bleeker. STOVIA mendapatkan dukungan dari Raja Willem II sebesar 5.400 gulden atau setara dengan Rp44,8 juta.

Sejumlah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang pernah bersekolah di sekolah kedokteran STOVIA diantaranya dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Radjiman Wedyodiningrat, Ki Hajar Dewantara, dr. Sutomo, dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.

Pemandu Museum Kebangkitan Nasional, Dodi mengatakan sebelum mengenal dunia kedokteran, para masyarakat nusantara hanya mengenal pengobatan secara tradisional.

Pengetahuan tersebut mereka dapatkan secara turun-temurun, dari generasi ke generasi.

“Masyarakat pada zaman dulu lebih mempercayai hal yang bersifat mistis atau supranatural sebagai orang yang dianggap dapat menyembuhkan berbagai penyakit,” kata Dodi kepada tim Parboaboa di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat, Sabtu (04/02/2023).

Beragam penyakit pada masyarakat tradisional melahirkan beragam profesi dukun di nusantara dengan kemampuannya dalam menyembuhkan penyakit.

“Misalnya dulu itu ada dukun bayi, dukun urut, dukun sunat, dan lain sebagainya,” ujarnya.

Adapun pengobatan tradisional dengan menggunakan berbagai tumbuhan herbal yang dipercayai masyarakat nusantara dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Tradisi ini juga dibuktikan dengan adanya relief tanaman obat pada dinding Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Penataran serta ada juga naskah-naskah pada lontar dari Jawa, Bali, hingga Sulawesi Selatan yang menuliskan tentang racikan obat-obatan dari tanaman.

“Pengetahuan tentang khasiat tanaman herbal ini juga didapat secara turun-temurun oleh masyarakat nusantara. Dan racikan obat herbal tersebut dikenal di Indonesia dengan sebutan jamu,” terangnya.

Pengetahuan pengobatan herbal awalnya dicetuskan dalam penemuan obat penyakit malaria yaitu Kina.

"Franz Wilhelm Junghuhn adalah seorang botanikus asal Jerman yang berperan besar dalam produksi kina sebagai obat malaria, salah satu penyakit tropis yang menjadi momok Belanda di Indonesia," ucap Dodi.

Peran penting Junghuhn adalah merintis budidaya kina. Hingga pada akhir abad ke- 19 Hindia-Belanda menghasilkan dua pertiga kina yang beredar di dunia.

Langkahnya yang terpenting adalah memindahkan perkebunan ke daerah yang lebih tinggi, yaitu di Cibodas, dan menginstruksikan agar bibit kina disemai di dalam keteduhan hutan.

Editor : Betty Herlina

Tag : #stovia    #dokter indonesia    #metropolitan    #willem ii   

BACA JUGA

BERITA TERBARU