parboaboa

Odong-Odong, Hiburan Rakyat Murah Meriah yang Masih Tinggi Peminat

Fika | Hiburan | 30-03-2024

Anak-anak dan orang tua ikut menikmati permainan merakyat yang ada di arena hiburan odong-odong Jalan Gagak Hitam, Medan. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – “Naik kereta api tut tut tut, siapa hendak turut?, ke bandung, surabaya, bolehlah naik dengan percuma, ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama.”

Sepenggal lirik lagu anak-anak yang mengiringi permainan odong-odong di salah satu jalan di Kota Medan. Penumpangnya tidak terlalu banyak, namun wajah-wajah berseri menghiasi setiap putaran dengan lagu anak-anak yang ceria.

Selain odong-odong, ada juga arena melukis untuk anak-anak usia 5 sampai 12 tahun. Melukis berbagai gambar seperti pelangi, kura-kura ninja, sampai boneka Teddy Bear memegang logo hati. 

Masih di arena yang sama, ada sepetak kolam ikan di mana anak-anak sibuk menangkap puluhan ikan mas kecil menggunakan saringan kain seukuran tangan.

Suara musik di atas putaran miniatur berbagai jenis mobil terus mengiringi lokasi berukuran 5 x 5 meter itu terus berkumandang. Suara tawa anak-anak yang gembira karena berhasil menangkap ikan yang sibuk berenang ke sana kemari. Sampai suasana hening namun sesekali mengeluarkan suara, dari anak-anak yang sibuk mengoles kuas di atas gabus yang sudah digambar pola.

Itulah suasana lokasi permainan rakyat sebagai hiburan anak-anak yang murah meriah yang selalu diminati. Permainan odong-odong dan varian lainnya ini hadir setiap malam. Membanderol harga 5000 rupiah untuk tiga lagu dalam permainan odong-odong, termasuk murah untuk sebuah hiburan anak.

Sedangkan untuk menangkap ikan, hanya 10 ribu rupiah per 30 menit. Kalaupun tidak ada yang bisa memancing ikan, pemilik arena tetap memberikan hadiah untuk setiap permainan yaitu seekor ikan mas kecil.

Sedangkan untuk sebuah lukisan di atas gabus, hanya diberi tarif 10 ribu rupiah dan hasil lukisannya bisa dibawa pulang untuk dipajang di dinding rumah.

Pemilik usaha odong-odong di kawasan Jalan Gagak Hitam atau dikenal dengan Ring Road Medan ini adalah sepasang suami istri bernama Yanti dan Beni. Walaupun banyak usaha odong-odong yang padam karena modal dan keuntungan yang menipis. Namun, usaha yang dirintis keduanya sejak tahun 2016 itu masih bertahan hingga saat ini.

Bahkan, Yanti menceritakan, sejak awal usaha ini dimulai hanya dengan permainan odong-odong. Namun seiring berjalannya waktu, ia dan suaminya mulai menambahkan permainan lain seperti melukis dan terakhir adalah arena menangkap ikan hidup.

Yanti menceritakan betapa usaha inilah yang membuat ia dan keluarganya bertahan hidup di tengah deraan Covid-19 pada 2020 lalu. Walaupun saat itu sepi pengunjung dan banyaknya pengusiran oleh aparat setempat dengan alasan lockdown, tetap ada setidaknya uang yang bisa dihasilkan untuk bertahan hidup.

Modal awal usaha ini, diceritakan Yanti sekitar delapan juta rupiah. Modal itu digunakan untuk membuat sendiri arena permainan odong-odong. “Kebetulan suami saya bengkel di rumah, jadi bisa bikin sendiri biar nggak terlalu besar modalnya,” tuturnya.

Setiap malam, sejak pukul 7 sampai 11 Yanti dan Beni akan melayani setiap pengunjung arena permainannya. Suka duka tak jarang dialami keduanya. Seperti kutipan liar yang sempat dialami. Sampai sepinya pengunjung yang datang, khususnya saat hari hujan.

Namun, baginya melihat tawa dan senyum anak-anak adalah kepuasan tersendiri. Walaupun berbagai tingkah laku anak-anak saat bermain membuat geleng kepala. Akan tetapi, Yanti merasakan kepuasan saat semua menerima hadiah kecil darinya usai bermain.

“Paling senang itu lihat anak kecil senang kak. Nanti habis main mereka boleh pilih satu hadiah per permainan, udah senang mereka itu,” katanya.

Ibu dua anak ini menjelaskan, penghasilannya per malam dari usaha ini memang tidak terlalu besar. Akan tetapi cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Apalagi, hiburan merakyat seperti yang dimilikinya itu tidak cukup banyak di kota-kota besar.

“Ada aja itu kak setiap malam datang. Lumayan lah pendapatannya, cukup makan. Yang penting berbagi hiburan untuk anak-anak lah,” tandas wanita berusia 38 tahun itu.

Seorang ibu yang datang membawa tiga anak, Amelia Tio mengaku menjadi pelanggan tetap usaha Yanti itu. Anak paling kecil berusia 4 tahun selalu minta naik odong-odong atau main apapun di arena yang dimiliki Yanti.

“Baru-baru ini ada mancing ikan, makin semangatlah si kocik kami ini,” ujarnya.

Menurutnya, arena permainan ini cukup terjangkau untuk hiburan anak-anaknya. Dia membayangkan apabila harus ke pusat perbelanjaan modern dan mengajak anak-anaknya main, ratusan ribu rupiah uang harus keluar.

Sedangkan di arena permainan milik Yanti, paling mahal harus merogoh koceknya sekitar 90 ribu rupiah. “Itu sudah untuk tiga anak ya, melukis, main odong-odong sama mancing,” ucapnya.

Dalam seminggu, ia bisa membawa anaknya setidaknya dua kali mengunjungi arena permainan ini. Karena, biasanya penikmat arena ini adalah anak ketiganya yang paling kecil. “Namanya Noura, dia yang paling suka ke sini. Abang sama kakaknya juga suka, tapi paling suka dia sih,” paparnya.

 Bahkan, setiap kali melewati jalan tempat permainan ini, Noura kecil selalu meminta untuk singgah. Menurutnya, walaupun arena permainan ini tidak mewah, namun anak-anak menyukainya.

Pantauan PARBOABOA, hampir semua kalangan mendatangi arena permainan ini. Mulai dari pengguna mobil mewah sampai pengemudi ojek online yang membawa anaknya bermain.

Dadang, pengemudi ojek online yang ditemui mengaku sudah beberapa kali mendatangi arena ini. Ia mengaku cukup tahu diri membawa anaknya bermain di tempat yang semampunya saja.

“Di sini kan murah, anak-anak pun senang. Apalagi udah ada tambah permainan mancing ikan. Manalah awak sanggup bawa ke mall sana kak. Di sini aja mudah-mudahan anak saya sudah senang, kantong pun nggak terkuras kali,” terangnya.

Malam itu, ada sekitar 12 anak yang menikmati hiburan di arena permainan ini. Bahkan, beberapa orang tua juga terlena memainkan permainan. Baik yang melukis maupun menangkap ikan menemani anaknya bermain.

Hiburan rakyat seperti ini mungkin dianggap murahan, akan tetapi bukan berarti harus dimusnahkan justru sebaiknya dilestarikan. Di tengah maraknya permainan gadget yang membuat banyak mental dan kesehatan terganggu, arena permainan rakyat ini bisa menjadi alternatif yang baik mendapatkan hiburan terjangkau bagi anak-anak.

“Naik kereta api tut tut tut, siapa hendak turut? ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma, ayo kawanku lekas naik, keretaku tak berhenti lama.”

 

Editor : Fika

Tag : #odong-odong    #hiburan rakyat    #murah meriah    #naik kereta api   

BACA JUGA

BERITA TERBARU