Parboaboa.com - Perusahaan asal Belgia Target Eleven mengajukan gugatan ke PSSI melalui pengadilan arbitrase untuk olahraga (CAS) agar segera membayar utang yang mencapai 47 juta dollar, atau sekitar Rp672 miliar.
Tagihan utang tersebut muncul sebagai buntut dari kerja sama antara Target Eleven dan PSSI pada 2013 terkait pengelolaan dua kasta liga selama sepuluh tahun. Kala itu, PSSI dipimpin Djohar Arifin Husein. Target Eleven merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agensi olahraga.
Kontrak pertama antara kedua pihak dimulai pada tahun 2011. Bahkan sebelum kesepakatan sekecil apapun dibuat, perwakilan Target Eleven pergi ke Indonesia pada tahun 2013 didampingi mantan presiden Liga Inggris, Sir David Richards. Mereka tidak hanya berdiskusi dengan PSSI, tetapi juga perwakilan pemerintah dengan tujuan untuk mencipatakan kompetisi lebih profesional.
“PSSI memberikan mandat kepada saya pada Juni 2013 untuk mengatur kembali dua liga sepakbola profesional, dan mengelolanya selama sepuluh tahun,” jelas Patrick Mbaya, manajer umum Targer Eleven yang dikutip dari laman RTBF.
“Atas permintaan ini, saya melakukan beberapa kali perjalanan ke Jakarta bersama Sir David Richards dan Phil Gartside (mantan Ketua Bolton Wanderers, anggota komite eksekutif Liga Inggris)," Mbaya menambahkan.
Target Eleven dan PSSI akhirnya merealisasikan keinginan itu dengan menandatangani kerja sama pada Juni 2013. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan kompetisi sudah dibicarakan kedua belah pihak.
Bukan itu saja, Target Eleven juga sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan televisi selama sepuluh tahun dengan nilai total mencapai 1,5 miliar dollar. Menurut Mbaya, PSSI tidak bisa memenuhi komitmen keuangannya akibat perpecahan di tubuh organisasi. Ketika Edy Rahmayadi terpilih menjadi ketua umum PSSI 2016, tidak ada perkembangan yang signifikan.
Di lain sisi, Target Eleven tetap melanjutkan proyek mereka berdasarkan kerja sama yang dilakukan pada Juni 2013. Namun mereka tidak pernah menerima pembayaran dari PSSI. Target Eleven selanjutnya mengajukan gugatan ke CAS di Lausanne pada 9 Juni 2021. Gugatan itu diajukan karena tercantum dalam kesepakatan kerja sama.
Dalam beberapa kesempatan, PSSI telah memperlihatkan keinginan untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan damai, sehingga Target Eleven menghentikan sementara proses gugatan mereka. Namun selama berbulan-bulan tidak ada kelanjutannya. Target Eleven pun menganggap PSSI cenderung mengulur waktu dibandingkan menyelesaikan permasalahan.
Hingga 14 Maret 2022, utang PSSI kepada Target Eleven telah mencapai 47 juta dollar. Jumlah itu merupakan peningkatan bunga dari hari ke hari akibat tidak adanya penyelesaian.
“Jumlah yang harus dibayar sangat besar dan, itu mewakili pekerjaan yang dilakukan selama beberapa tahun, serta kompensasi atas hilangnya pendapatan berdasarkan kontrak utama yang seharusnya kita tandatangani untuk liga, seperti hak siar televisi sebesar 1,5 milliar dollar, atau 150 juta dollar setahun. Itu jelas sangat berarti bagi bisnis saya,” papar Mbaya.
Sambil menunggu keputusan sementara dari pengadilan arbitrase, dan prosedur normal untuk melanjutkan secara pararel, Target Eleven baru saja menunjuk arbiter, dan PSSI memilikii waktu sepuluh hari untuk melakukan hal yang sama. Jika mereka tidak melakukannya pada 21 Maret, ketua pengadilan akan mengurusnya. Para arbiter ini kemudian harus memilih seorang presiden untuk menyusun ruang arbitrase dan prosedurnya bisa sampai ke inti masalah.