Usaha Pengolahan Kemiri: Peluang Bisnis Menjanjikan di Tengah Tantangan Agen dan Cuaca

Pengolahan kemiri oleh salah satu pengepul, Tio (52), di Kecamatan Siantar Martoba, Pematangsiantar. (Foto: PARBOABOA/Sandy)

PARBOABOA, Pematangsiantar – Kemiri adalah tanaman tropis yang bijinya sering digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri. Biji kemiri biasanya diolah menjadi minyak, yang banyak dimanfaatkan untuk keperluan kecantikan, kesehatan, dan kuliner.

Dengan meningkatnya permintaan baik dari pasar domestik maupun internasional, usaha kemiri kini menjadi salah satu bisnis yang menjanjikan.

Pengolahan kemiri tidak hanya menjadi sumber pendapatan bagi pelaku usaha. Namun mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, karena proses pengolahannya memerlukan tenaga kerja.

Tio (52), salah seorang pengepul kemiri menceritakan bagaimana awal mula usaha kemirinya berjalan. Selain menjadi pengepul, ia juga mengolah kemiri tersebut hingga siap dipasarkan kembali.

Menurut Tio, usaha kemiri merupakan salah satu bisnis yang dapat berjalan dalam jangka yang panjang. 

“Karena, kemiri di mana-mana ada di tiap kampung maupun daerah, dan tidak musiman,” ucap Tio kepada PARBOABOA, Rabu (17/07/2024).

Pada proses produksi, mulanya Tio membeli biji kemiri dari agen atau petani. Umumnya harga per kilogram adalah Rp10.000, mengikuti harga pasaran.

“Biasanya, agennya dari Sidikalang, Toba, Samosir, ada juga Pematangsiantar,” imbuhnya.

Selanjutnya, kemiri yang sudah dibeli dari agen atau petani akan dijemur di bawah terik matahari selama 2 hari hingga kering. 

Tanda kemiri sudah kering adalah bunyi kletek-kletek yang terdengar. Setelah itu, kemiri kering akan dikeranjangkan dan dimasukkan ke dalam freezer selama 8-12 jam hingga membeku.

Kemudian, kemiri beku digiling menggunakan mesin untuk memisahkan kulit dan buahnya. Hasil penggilingan bervariasi, ada yang berbentuk bulat, keping, atau remahan kecil yang disebut menir.

Terakhir, tenaga kerja akan memilih dan memisahkan hasil kemiri tersebut. Saat ini, tenaga kerja yang dipekerjakan Tio berjumlah 12 orang 

Setiap usaha tentunya menghadapi tantangan tersendiri, termasuk usaha kemiri yang dijalankan oleh Tio. Salah satu masalah yang sering dia alami adalah kondisi cuaca yang tidak selalu mendukung, terutama saat penjemuran kemiri, dimana matahari yang kurang terik sering kali membuat biji kemiri tidak kering sempurna.

Selain itu, Tio juga menghadapi kendala dengan agen-agen yang terkadang “bermain” dengan harga kemiri, yang tentunya mempengaruhi kestabilan usahanya. 

Untuk mengatasi masalah cuaca, Tio mengaku telah beralih menggunakan metode alternatif untuk mengeringkan kemiri, yaitu menggunakan oven yang didukung oleh tabung gas.

“Jadi, nantinya kemiri akan dimasukkan ke dalam oven. Lalu kita pasang kompor yang sudah ada pada oven, kita hanya menyediakan tabung gas. Kemudian dihidupkan, nanti di oven ada kipas atau blower. Gunanya untuk menyamaratakan suhu panasnya,” jelasnya.

Dengan menerapkan solusi ini, Tio berhasil mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh cuaca dan fluktuasi pasar, memastikan bahwa produksi kemiri tetap berjalan dan kualitasnya terjaga. 

Untuk memasarkan produknya, ia mengadopsi strategi pemasaran digital yang efektif, memanfaatkan platform media sosial seperti Facebook dan TikTok. 

Melalui postingan di media sosial tersebut, Tio telah berhasil mendistribusikan kemiri ke berbagai daerah, termasuk ke luar Pematangsiantar seperti Tanjung Balai, Duri, dan Pekanbaru.

Tio juga berbagi tentang modal yang dikeluarkan untuk usahanya. Ia menjelaskan bahwa tidak hanya proses pengolahan yang membutuhkan investasi, tetapi juga biaya awal dan lainnya. 

Ia menghabiskan sekitar Rp70.000.000 untuk membeli 1 ton kemiri serta pengadaan mesin penggiling, freezer, dan keranjang. 

Saat ini, harga kemiri bulat, yang juga dikenal sebagai top, adalah Rp43.000 per kilogram. Sementara itu, kemiri yang berbentuk keping dijual dengan harga Rp38.000 per kilogram, dan menir, yang merupakan remahan kecil, dijual seharga Rp27.000 per kilogram.

“Dari 1ton biji kemiri, kami mampu menghasilkan 300kg buah kemiri. Tapi, dari 300kg itu, ga semuanya kemiri bulat. Biasanya total kemiri bulat di 170 kg, sisanya di kemiri keping dan menir. Menir biasanya 25-30kg,” ujar Tio. 

Tak hanya buah kemiri yang dapat dijual, cangkang kemiri juga mampu menghasilkan keuntungan bagi Tio. Harga cangkang kemiri ialah Rp1.000 per kilogram. Dari 1 ton kemiri, 700kg adalah cangkang kemiri. 

Ia mendapatkan Rp700.000 dalam penjualan cangkang kemiri. Biasanya, cangkang tersebut akan dikirim ke pabrik Bonar, yakni pabrik jagung. Cangkang kemiri digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan karbon aktif.

Jika dikalkulasikan tiap pengambilan 1ton kemiri, Tio akan mendapatkan sekitar Rp11.975.000. Biasanya, Tio mengambil kemiri dalam jumlah 2-3ton.

”Jadi, tiap 1 ton kemiri kira-kira untung bersihnya Rp11.000.000, kalau ngambil 2 atau 3ton dikalikan aja, kira-kira Rp30.000.000 tiap pengambilan kemiri,” ungkap Tio

Meskipun menghadapi berbagai tantangan seperti ketidakpastian cuaca dan fluktuasi harga, usaha pengolahan kemiri tetap menjadi sektor yang menjanjikan. 

Dukungan teknologi seperti penggunaan oven kemiri dan strategi pemasaran melalui media sosial membantu Tio untuk tetap kompetitif di pasar yang terus berkembang.

Editor: Wanovy
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS