Karyawan di PHK di Indonesia Terus Membludak

Ilustrasi karyawan di PHK. (Foto: PARBOABOA/Rian)

PARBOABOA, Jakarta - Jumlah karyawan atau pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia terus membludak.

Menurut data Kemnaker, terdapat 32.064 tenaga kerja yang terkena PHK pada periode Januari-Juni 2024. Angka ini meningkat 21,4% dari 26.400 orang di PHK pada periode yang sama tahun lalu.

Gelombang PHK ini berasal dari perusahaan rintisan berbasis teknologi atau startup dan perusahaan berbasis industri tekstil.

Sementara itu, Ristadi, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), mengungkapkan bahwa dari Januari hingga awal Juni tahun ini, terdapat 10 perusahaan yang melakukan PHK massal terhadap karyawannya.

Enam dari 10 perusahaan di atas, kata dia, melakukan PHK karena pabriknya ditutup, empat sisanya karena ingin melakukan efisiensi pegawai.

Total karyawan yang ter-PHK dari 10 perusahaan tersebut setidaknya ada 13.800an orang. Namun Ristadi menyatakan bahwa jumlah ini mungkin lebih rendah dari keadaan sebenarnya di lapangan, karena tidak semua perusahaan bersedia mengungkapkan informasi tentang PHK massal.

Adapun persebarannya di masing-masing provinsi, PHK terbanyak terjadi DKI Jakarta berjumlah 7.469 orang, disusul Banten 6.135 orang, Jawa Barat 5.155 orang dan Jawa Tengah 4.275 orang.

Sulawesi Tengah 1812 orang, Bangka Belitung 1.527 orang, Riau 833 orang, Jawa Timur 819 orang menyusul provinsi-provinsi lainnya.

Berikut adalah daftar startup dan pabrik tekstil yang melakukan PHK

Startup

  1. Tokopedia-Tiktok Shop
  2. Xendit Indonesia
  3. Lamudi
  4. JD.ID
  5. Ruang Guru
  6. Shopee Indonesia
  7. Zenius
  8. Paham ify
  9. LinkAja
  10. SiCepat

Pabrik tekstil

  1. PT Dupantex, Jawa Tengah, sekitar 700 karyawan di PHK
  2. PT Alenatex, Jawa Barat, sekitar 700 karyawan di PHK
  3. PT Kusumahadi Santosa, Jawa Tengah, sekitar 500 karyawan di PHK
  4. PT Pamor Spinning Mills, Jawa Tengah, sekitar 700 orang di PHK
  5. PT Kusumaputra Santosa, Jawa Tengah, sekitar 400 orang di PHK
  6. PT Sai Apparel, Jawa Tengah, sekitar 8.000 orang di PHK
  7. PT Sinar Pantja Djaja, Semarang, sekitar 2.000 karyawan
  8. PT Bitratex, Semarang, sekitar 400 karyawan
  9. PT Djohartex, Magelang, sekitar 300 karyawan
  10. PT Pulomas, Bandung sekitar 100 karyawan

Menanti janji presiden terpilih

Fenomena PHK di atas sebenarnya mencerminkan melemahnya ekonomi Indonesia karena sejumlah perusahan tidak punya kemampuan untuk mempertahankan karyawannya.

Efek lanjutnya adalah banyak masyarakat kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Kondisi ini mendapat perhatian penuh pasangan presiden terpilih, Prabowo-Gibran.

Dalam janji kampanye, mereka berjanji untuk menciptakan 19 juta lapangan kerja. Gibran menyebut, upaya itu nantinya dilakukan dengan melanjutkan hilirisasi di berbagai bidang, seperti pertambangan, pertanian, perikanan dan digital.

Selanjutnya, menciptakan pemerataan pembangunan yang tidak Jawa sentris, menggenjot ekonomi kreatif dan menggenjot UMKM.

Mantan Wali Kota Surakarta itu bahkan mengklaim, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berkelanjutan di Pulau Kalimantan merupakan simbol pemerataan dan transformasi pembangunan di Indonesia untuk membuka titik pertumbuhan ekonomi baru.

Sementara itu, Anggota Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo mengatakan, target 19 juta lapangan pekerjaan itu termasuk penciptaan 5 juta lapangan kerja dari ekonomi hijau (green jobs). 

Menurutnya, target ini ditetapkan berdasarkan analisis rasio penciptaan lapangan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi. kata dia, target ini telah dihitung dengan sangat hati-hati.

Dradjad menambahkan untuk menciptakan 19 juta lapangan kerja baru, Indonesia hanya butuh pertumbuhan ekonomi rata-rata 4,85 persen per tahun. Ini, sebutnya, sejalan dengan keinginan paslon Prabowo-Gibran yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 6-7 persen.

Kini, tinggal dua bulan lagi Prabowo-Gibran akan dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Publik sedang menunggu, apakah mereka menepati janji-janji tersebut atau justru mengangakinya?

Editor: Gregorius Agung
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS