PARBOABOA, Jakarta - Aktris terkenal Amanda Manopo baru-baru ini mengumumkan bahwa ia akan mundur dari media sosial karena mengalami perilaku toxic dari sebagian penggemarnya.
Langkah ini diambil menyusul serangkaian berita palsu yang beredar tentang dirinya, terutama yang berkaitan dengan Arya Saloka, koleganya di serial ‘Ikatan Cinta.’
Amanda Manopo merasa sangat kesal terhadap penggemar toxic, yang sering kali melampaui batas dan menyebabkan gangguan baginya.
Dalam unggahan eksklusif di Instagram Story-nya, @amandamanopo, Amanda Manopo mengungkapkan kekesalannya terhadap perilaku toxic penggemarnya.
Kekecewaannya ini tidak terbatas pada masalah percintaan, ia juga frustasi dengan penggemar yang menyebarkan berita palsu dan secara tidak berdasar mengaitkannya dengan Arya Saloka.
Amanda menuliskan dalam Instagram Story-nya bahwa itulah yang menjadi alasan mengapa dia tidak ingin lagi berkecimpung di Instagram atau media sosial lainnya.
Selain itu, ia juga meminta orang-orang di sekitarnya untuk tidak membagikan foto atau video yang melibatkan dirinya.
Pengertian dan Ciri-ciri Orang Toxic
Lingkungan toxic sejatinya tidak hanya dialami oleh para artis, melainkan banyak juga masyarakat saat ini yang mengalami hal serupa dari lingkungan mereka.
Dilansir dari laman WebMD, menurut Jennifer Casarella, MD, siapa pun yang perilakunya menambah hal negatif dan mengecewakan dalam hidup merupakan toxic person.
Jennifer juga menjelaskan bahwa orang-orang toxic sering menghadapi stres dan trauma mereka sendiri, bahkan bertindak dengan cara yang merugikan diri dan sering membuat orang lain kesal.
Toxic pada manusia tidak dianggap sebagai gangguan mental. Perilaku ini mungkin dipicu oleh masalah kesehatan mental yang mendasar, termasuk gangguan kepribadian.
Dilansir dari Bright Side, ada beberapa tipe orang toxic serta strategi untuk menghadapi mereka yang berpotensi menyulitkan hidup, yaitu:
Ratu Drama
Individu dengan julukan ‘ratu drama’ sering menarik seseorang untuk terlibat dalam masalah mereka.
Semakin sering dibantu, semakin jelas bahwa masalah tersebut tidak kunjung selesai dan telah menjadi bagian dari kehidupan mereka
Untuk menghindari terperangkap dalam drama tersebut, penting untuk menetapkan batasan.
Kondisi seperti ini bisa dimulai dengan mengurangi frekuensi pertemuan atau bahkan menyatakan ketidakinginan untuk terlibat.
Orang yang tidak pernah menghargai usahamu
Terkadang, tidak peduli seberapa keras berusaha, individu tak bisa menyenangkan semua orang, baik itu pasangan, teman, atau atasan.
Jika situasi ini terjadi berulang kali, penting untuk mempertimbangkan beberapa pertanyaan kritis dan mempertimbangkan perubahan sikap.
Mulailah dengan mengevaluasi alasan di balik keinginan untuk menyenangkan orang lain.
Jika motivasinya adalah takut ditolak bukan karena kebahagiaan, inilah saatnya untuk mulai mengatakan ‘tidak’.
Penentang
Ini adalah tipe orang yang cenderung membawa aura negatif dan sering mengkritik impian seseorang.
Terkadang, seseorang mungkin merasa bahwa mereka tidak dianggap serius karena terus-menerus mempertanyakan pilihan dan kemampuan.
Untuk menghadapi ini, cobalah untuk menghindari menerima nasihat mereka yang tidak diinginkan.
Beritahukan bahwa tidak membutuhkan pendapat mereka, dan jika mereka tetap bersikeras, tanggapi keberatan dan sikap negatif mereka dengan menunjukkan sudah melakukan riset yang cukup.
Sang manipulator
Orang seperti ini cenderung egois dan menggunakan berbagai cara, termasuk menyalahkan atau mengancam untuk mendapatkan keinginan mereka.
Mereka dapat berbahaya dan merugikan. Ingatlah, masalahnya bukan pada Anda, tetapi pada sikap mereka yang tidak wajar.
Hadapi mereka dengan mempertanyakan logika mereka, contohnya dengan bertanya, "Apakah ini masuk akal?"
Jika mereka menekan, ambil waktu untuk berpikir dan katakan, "Saya akan memikirkannya," agar Anda dapat menilai situasi tanpa tekanan.
Orang yang menganggap harus menjadi orang lain
Baik orang tua atau teman, lebih baik mengabaikan pendapat mereka jika membuatmu merasa tidak mampu dan bersalah.
Berpura-pura menjadi orang lain hanya akan menyebabkan kekesalan dan kelelahan. Biarkan mereka memutuskan apakah bisa menerima seseorang apa adanya.
Tidak perlu menyenangkan mereka dengan menyembunyikan identitas sejati, dan ini mungkin berarti harus membiarkan mereka pergi jika itu pilihan mereka.
Teman yang tak kenal ampun
Ini adalah tipe orang yang selalu mengingatkan pada kesalahan dan kegagalan di masa lalu.
Kodisi tersebut biasanya disebabkan karena sulit untuk memaafkan peristiwa lama dan terjebak dalam rasa bersalah atas hal-hal yang tak dapat diubah.
Langkah pertama untuk menghadapi orang seperti ini adalah memulai proses memaafkan dan mencintai diri sendiri.
Hal ini penting untuk pemulihan dari kesalahan masa lalu dan memberikan ruang untuk menerima dan melanjutkan hidup.
Mulailah memperbaiki diri dengan belajar dari kesalahan tersebut, bukan dengan terus hidup di dalamnya.
Penggosip
Sebagian orang umumnya memiliki teman yang gemar bergosip dan tak bisa menjaga rahasia.
Meski terkadang tampak tidak berbahaya, perilaku ini justru bisa menjadi indikasi teman yang toxic.
Jika mereka sering membicarakan orang lain dan membongkar rahasianya, besar kemungkinan mereka juga melakukan hal yang sama di belakang.
Untuk mengatasi situasi ini, sebaiknya hentikan berbagi detail dan rahasia pribadi dengan mereka.
Individu dengan tipe penggosip mungkin mencoba menarik seseorang untuk ikut bergosip agar mendapatkan bahan cerita. Maka dari itu, tetaplah teguh dan jangan terlalu terbuka.
Pembohong yang beracun
Semakin mengenal seseorang, mungkin menyadari kecenderungan mereka untuk sering berbohong, mulai dari komentar sepele hingga cerita besar tentang kehidupan mereka.
Ketika menyadari ada yang tidak beres, seseorang akan mulai mengenali kebohongan mereka.
Cara mengatasi kondisi ini adalah dengan mengekspos kebohongan mereka, membiarkan mereka terjebak dalam kesalahan mereka sendiri.
Mengingat banyaknya kebohongan yang diucapkan, mereka akan kesulitan menjaga konsistensi cerita, yang pada akhirnya akan bertentangan satu sama lain.
Mengasihani diri sendiri
Toxic person seringkali memanfaatkan rasa kasihan untuk mengontrol dan menyalahkan orang lain atas masalah mereka.
Orang seperti ini akan terus-menerus membicarakan kesulitan mereka tanpa mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.
Untuk mengatasi ini, penting untuk menetapkan batasan pribadi yang menghentikan dampak negatif mereka dan mengurangi kelelahan.
Ini mungkin berarti berhenti mendengarkan keluhan mereka, tidak menanggapi rasa kasihan mereka, atau membatasi interaksi dengan mereka.