PARBOABOA, Jakarta - Letusan gunung berapi merupakan bencana alam yang berbahaya, tidak hanya merusak lingkungan tetapi juga mengancam kesehatan manusia, terutama melalui abu vulkanik yang tersebar luas di udara.
Salah satu contoh, gunung Lewotobi, yang terletak di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikenal sebagai salah satu gunung berapi aktif di Indonesia.
Memiliki dua puncak yang berbeda, warga setempat menyebutnya sebagai suami istri. Sehingga namanya gunung Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki.
Berdasarkan catatan sejarah, gunung Lewotobi Laki-laki beberapa kali mengalami letusan, dan baru-baru ini, hal yang sama terjadi.
Senin, 4/11/24 gunung Lewotobi Laki-lagi kembali meletus, akibatnya 10 orang meninggal dunia dan beberapa mengalami luka.
Letusan ini menjadi perhatian semua orang karena potensi bahayanya, baik dari segi bencana alam maupun dampak terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Akibat letusan ini, Per 5 November, lewotobi Laki-laki mengalami peningkatan status ke level IV (Awas), dari yang sebelumnya level III (Siaga) pada 3 November.
Saat gunung ini meletus, material vulkanik berupa lava, awan panas, dan abu tebal menyebar ke wilayah sekitar.
Menurut data yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada 13 November, abu vulkanik keluar mengarah ke Barat dengan kecepatan 20 knot, dengan kode warna merah.
Selain itu, abu vulkanik juga mencapai ketinggian FL400, akibatnya beberapa penerbangan ditutup sementara hingga keadaan kembali normal.
Meskipun abu vulkanik tidak langsung mematikan seperti aliran lava atau awan panas, dampak abu terhadap kesehatan bisa sangat serius.
Pengaruh Abu Vulkanik Terhadap Kesehatan
Mengutip data dari website resmi Dinas Kesehatan Jogja, Abu vulkanik mengandung banyak unsur logam, seperti Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Krom (Cr), Kadmium ( Cd), Seng (Zn), Boron (B), Barium (Ba), Selenium (Se), Perak (Ag), Besi (Fe), pH H2O, SiO2 dan Silika (Si).
Selain itu abu vulkanik juga memiliki kandungan lapisan asam yang berbahaya bagi kesehatan, dengan partikel yang sangat halus dapat dengan mudah terhirup oleh manusia.
Hal ini membuat orang yang terpapar abu vulkanik berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, terutama pada sistem pernapasan.
Berikut beberapa dampak dari abu vulkanik terhadap kesehatan menurut dinas kesehatan.
Salah satu efek yang paling umum adalah iritasi pada saluran pernapasan. Abu ini dapat mengiritasi hidung, tenggorokan, dan paru-paru, sehingga menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, dan bahkan nyeri dada.
Risiko ini semakin tinggi bagi mereka yang sudah memiliki masalah paru-paru, seperti asma atau bronkitis, di mana paparan abu bisa memperburuk kondisi mereka secara signifikan.
Tak hanya pernapasan, mata juga rentan terhadap partikel abu vulkanik. Partikel halus yang terbawa angin bisa masuk ke dalam mata, menyebabkan iritasi yang membuat mata menjadi merah, perih, hingga terasa sangat tidak nyaman.
Jika paparan ini berlangsung lama, abu dapat memicu infeksi atau bahkan menyebabkan kerusakan kornea akibat partikel-partikel tajam yang ada di dalamnya.
Kulit pun tidak luput dari ancaman. Iritasi kulit adalah efek yang sering dirasakan oleh mereka yang berada di area paparan abu.
Bagi orang-orang dengan kulit sensitif atau mereka yang memiliki luka terbuka, abu vulkanik bisa memperparah iritasi atau memperlambat penyembuhan luka.
Paparan langsung pada kulit dapat menyebabkan rasa gatal, kemerahan, atau bahkan reaksi alergi.
Selain itu, abu vulkanik juga berdampak pada sistem kardiovaskular. Orang-orang yang memiliki penyakit jantung atau gangguan peredaran darah bisa merasakan efek yang lebih parah, karena partikel abu yang halus dapat masuk ke dalam aliran darah melalui pernapasan.
Hal ini berpotensi memicu gejala seperti nyeri dada atau detak jantung yang tidak teratur, hingga memperburuk kondisi yang sudah ada.
Selain keempat dampak diatas, abu vulkanik juga memiliki dampak tidak langsung seperti ketersediaan air bersih.
Upaya Penanggulangan dan Pemulihan
Untuk melindungi kesehatan dari dampak abu vulkanik, pemerintah dan lembaga kesehatan memberikan beberapa rekomendasi, seperti:
- Mengenakan masker N95 atau masker yang bisa menyaring partikel halus untuk melindungi saluran pernapasan.
- Menghindari aktivitas di luar rumah selama hujan abu, terutama bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki masalah pernapasan.
- Konsumsi air putih yang banyak
- Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan dengan segera membersihkan abu yang menempel di pakaian, rambut, atau kulit.
- Jika mengalami gejala sakit tenggorokan, mata perih, dan batuk segera minum obat atau periksa ke puskesmas terdekat.
Editor: Rista