Bumi Yang Tak Dapat Dihuni: Menghadapi Ancaman di Tengah Perubahan Iklim Global

Buku Bumi Yang Tak Dapat Dihuni karya David Wallace Wells. (Foto: Instagram/@kiosojokeos)

PARBOABOA, Jakarta - Dampak perubahan iklim di masa depan mungkin terdengar sangat prediktif. Namun hal ini tidak boleh dianggap remeh.

Perubahan iklim adalah ancaman nyata yang sudah mulai dirasakan di berbagai belahan dunia, dari banjir besar, kekeringan berkepanjangan, hingga gelombang panas yang mematikan. 

David Wallace Wells dalam bukunya yang berjudul  The Uninhabitable Earth atau Bumi Yang Tak Dapat Dihuni mengingatkan bahwa masa depan yang suram di bumi  sebagai akibat perubahan iklim.

Wells menyampaikan krisis pangan yang menyebabkan kelaparan merupakan salah satu skenario mengerikan yang akan terjadi di masa depan sebagai akibat perubahan iklim. 

Makanan sebagai kebutuhan mendasar manusia tak bisa dikesampingkan. Jika diperkirakan, 2/3 makanan pokok manusia di bumi berasal dari hasil panen, seperti jagung, padi-padian dan lain sebagainya. 

Pada suhu yang tepat, iklim akan terus terjaga secara konsisten, namun apabila peningkatan suhu terus  terjadi, kenaikan suhu bumi diatas rata-rata akan menjadi nyata. 

Wells dalam menerangkan ancaman terhadap krisis pangan, mengutip studi dari organisasi seperti IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) dan FAO (Food and Agriculture Organization).

Studi ini mengatakan bahwa Setiap kenaikan suhu 1°C dapat menurunkan hasil panen global sebesar 10-25% untuk tanaman pokok seperti jagung, gandum, dan beras. 

Selain itu, dengan suhu global yang diproyeksikan meningkat hingga 3-4°C pada akhir abad ini, hasil panen dapat turun secara drastis, mengancam ketahanan pangan miliaran orang.

Krisis Pangan Dunia dan Perubahan Iklim 

Menurut World Food Programme (WFP), krisis pangan adalah situasi di mana kebutuhan pangan suatu populasi melebihi sumber daya lokal yang tersedia, menyebabkan kelaparan akut. 

Berdasarkan laporan tahun 2024 oleh Global Network Against Food Crises, hampir 282 juta orang di 59 negara dan wilayah mengalami kelaparan akut tingkat tinggi pada tahun 2023 naik 24 juta dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan ini, cuaca ekstrem menjadi pemicu utama di 18 negara, yang memengaruhi 77 juta orang. 

Tahun 2023 merupakan tahun terpanas yang pernah tercatat, dan terjadi banyak episode banjir besar, badai, kekeringan, kebakaran hutan, dan wabah hama dan penyakit, yang semuanya berkontribusi terhadap krisis pangan.

Menurut WFP, Krisis iklim yang merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka kelaparan global akan semakin tak terkendali jika dunia gagal mengambil tindakan segera untuk mengatasi perubahan iklim.

The Uninhabitable Earth bukan hanya buku yang memperingatkan peringatan masa depan yang suram tetapi juga panggilan untuk bertindak sebelum peringatan-peringatan itu terjadi.  

Buku ini mengajak pembaca untuk menghadapi realitas perubahan iklim dan bertindak demi keberlanjutan bumi. 

Penulis:Maria Manjur

Editor: Rista
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS