PARBOABOA, Jakarta - Ketergantungan pada teknologi dan internet saat ini, menjadi salah satu pertanda bahwa manusia sudah hidup dan tengah menikmati segala bentuk kemajuan dunia modern.
Teknologi telah mengubah kehidupan sehari-hari dengan memungkinkan hampir semua aktivitas dapat dilakukan secara online. Mulai dari berbelanja, memesan makanan, hingga penggunaan transportasi dan kegiatan pendidikan.
Namun, kemudahan yang ditawarkan teknologi ini juga membawa risiko kecanduan, di mana individu menjadi sangat bergantung pada layanan dan fasilitas yang ditawarkan oleh dunia digital.
Kecanduaan ini tumbuh di tengah kuatnya FOMO (Fear of Missing Out). Bahkan rasa ini telah menghambat banyak orang dalam mengembangkan aspek kehidupan sosialnya.
Pengertian FOMO
Merilis Merriam Webster, FOMO adalah perasaan cemas berlebihan yang muncul ketika seseorang menyadari bahwa orang lain mungkin memiliki pengalaman yang lebih berharga atau memuaskan.
Kondisi ini umumnya ditandai oleh keinginan intens untuk senantiasa terkoneksi dengan orang lain melalui media sosial.
FOMO acapkali timbul dari kegagalan memenuhi tiga kebutuhan dasar psikologis, yaitu: autonomi, yang berarti perasaan dipaksa melakukan sesuatu.
Kompetensi yang mengacu pada keinginan untuk melebihi orang lain. Keterhubungan yang merupakan kebutuhan untuk terus terhubung dengan orang lain.
Dampaknya bisa sangat besar jika telah mencapai tingkat tinggi dalam diri seseorang.
Sebuah Jurnal Hubungan Antara Regulasi Diri dengan Fear of Missing Out menjelaskan efek negatif yang timbul akibat FOMO ini, termasuk terputusnya hubungan non-virtual akibat kurangnya perhatian saat berkomunikasi,
Pada Jurnal yang sama yang merupakan hasil penelitian Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (2019), Nicho dan Dian tersebut, kelemahan lain akibat FOMO ini adalah ketergantungan pada smartphone.
Termasuk rendahnya tingkat kepuasan hidup dan munculnya perasaan negatif seperti bosan dan kesepian yang dikaitkan dengan penggunaan media sosial.
Selain itu, FOMO juga dapat meningkatkan perasaan terisolasi dari orang lain dan menimbulkan kecemasan sosial.
Faktor Pendorong FOMO
Berdasarkan sebuah studi yang lakukan oleh JWT Intelligence pada tahun 2012, beragam faktor telah dikenali sebagai pemicu FOMO.
Faktor-faktor tersebut meliputi keterbukaan informasi di media sosial, faktor usia, kompetisi sosial, tren yang berkembang melalui hashtag, kondisi kekurangan relatif, serta dorongan untuk mendapatkan informasi terkini.
Sementara dari penelitian Siti Nuriyah dan Thalita yang diterbitkan dalam jurnal Gejala Fear of Missing Out dan Adiksi Media Sosial Remaja Putri di Era Pandemi Covid-19 (2022), terungkap bahwa penyebab dominan FOMO adalah kesulitan dalam mengatur waktu luang dan kebutuhan konstan untuk terkoneksi dengan media sosial.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah tingginya frekuensi penggunaan media sosial dan perasaan kewajiban untuk mengakses media sosial meski tanpa alasan yang jelas.
Oleh karena itu, memahami fenomena FOMO tentu akan membantu untuk mengetahui cara sehat dalam memanfaatkan teknologi dan internet.
Selain itu, bisa mengantisipasi untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari.
Langkah Menghindari FOMO
1. Kepuasan Diri yang Mendalam
Alasan utama seseorang terbebas dari FOMO adalah rasa puas yang mendalam terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalani.
Mereka yakin dan percaya diri tanpa membutuhkan pengakuan dari luar untuk merasa senang.
Fondasi nilai dan tujuan pribadi yang telah mereka bangun menjadi panduan dalam mengambil keputusan dan menjalani kehidupan dengan penuh integritas. Kepuasan ini membuat mereka tidak terdorong mencari pengakuan dari luar.
2. Mengatur Paparan Media Sosial
Individu yang bebas dari FOMO cenderung mampu mengatur interaksi mereka dengan media sosial dan menghindari informasi yang berlebihan.
Mereka memahami bahwa apa yang sering tampil di media sosial adalah representasi yang dipilih dengan cermat dari kehidupan orang lain dan bukan gambaran nyata.
Dengan mengurangi interaksi di media sosial dan selektif dalam menerima informasi, mereka bisa menghindari perbandingan yang membuat perasaan tidak cukup dan menciptakan kepuasan diri.
3. Menghargai Waktu Sendiri
Orang-orang yang tidak merasa FOMO biasanya menghargai dan menikmati waktu mereka sendiri.
Mereka mengerti pentingnya beristirahat, merenung, dan mengejar hobi pribadi demi kesehatan mental dan emosional.
Penghargaan ini membebaskan mereka dari kebutuhan untuk terus-menerus berpartisipasi dalam kegiatan sosial, memungkinkan mereka untuk menemukan kebahagiaan dalam kesendirian dan kenyamanan dalam isolasi.
4. Memahami Prioritas dan Nilai Pribadi
Kunci untuk menghindari FOMO adalah pemahaman yang jelas tentang prioritas dan nilai-nilai pribadi.
Mereka yang terhindar dari FOMO telah menetapkan apa yang benar-benar berarti bagi mereka dan fokus pada pencapaian ini.
Mereka tidak mudah teralihkan oleh gangguan atau tekanan untuk ikut serta dalam segala hal, karena mereka tahu apa yang mereka inginkan dan perlukan.
Hidup sesuai dengan nilai pribadi dan prioritas yang jelas memungkinkan mereka menjalani kehidupan yang lebih otentik dan berarti.
Dengan mengembangkan kepuasan diri, mengelola paparan media sosial, menghargai waktu sendiri, dan memahami prioritas serta nilai-nilai pribadi, seseorang dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang dan bahagia, terbebas dari perangkap FOMO.
Editor: Norben Syukur