PARBOABOA, Jakarta - Aksi pembunuhan kerap menjadi cerita pahit di tengah usaha mencapai kehidupan yang aman, damai dan bebas dari ancaman.
Manusia tidak pernah sepenuhnya mampu mengendalikan pikiran, niat dan kondisi kejiwaan yang sesekali dapat menjelma jadi tindakan kejahatan.
Di sisi lain, misteri pembunuhan yang tak pernah terpecahkan, menunjukkan betapa aksi itu memang telah direncankan secara matang, dengan menghindari konsekuensi yang harus di terima.
Di Indonesia, aksi pembunuhan dengan menghindari jejak sebagai pelaku, merupakan tragedi panjang yang terus diratapi keluarga korban dan pejuang-pejuang kemanusiaan.
Berikut adalah 5 kasus pembunuhan di Indonesia yang masih menjadi misteri
Pembunuhan Seorang Waria di Cipayung, Jakarta Timur
Seorang waria bernama lengkap Muhammad Safrizal (27), tewas secara mengejutkan pada tahun 2015 silam, tepat di sebuah jembatan di wilayah Jakarta Timur.
Warga kelurahan Ceger, Cipayung, ini diduga meninggal karena dibunuh oleh dua orang tak dikenal (OTK). Dugaan itu berdasarkan kesaksian dua warga yang berada di sekitar lokasi.
Menurut mereka, Zainul (24) dan Yurmadi (49), sempat terdengar suara minta tolong dari korban. Keduanya, yang saat itu berada di bawa kolong jembatan langsung bergegas ke atas, menghampiri arah suara tersebut.
Di atas jembatan, saksi sempat melihat dua orang pria dengan gelagat yang mencurigakan di dekat korban. Namun, saat mereka menghampiri, kedua pria tersebut langsung kabur dengan sepeda motor.
Shella Aprilia, demikian Muhammad Safrizal biasa dipanggil, didapati Zainul dan Yumardi dalam kondisi tak bernyawa. Belakangan, polisi mengungkap, Shella meninggal karena luka tusukan di paha kiri dan bagian rusuk kiri.
Pembunuhan ini masih misteri, karena motif dan pelaku pembunuhan belum terungkap sampai sekarang.
Pembunuhan Aktivis HAM, Marsinah
Marsinah, aktivis buruh pada masa orde baru (orba) ditemukan tak bernyawa pada Mei 1993 setelah tiga hari menghilang. Keji, aktivis perempuan ini ditemukan meninggal di tengah hutan.
Ia meninggal dalam perjuangan membela hak-hak buruh. Mulanya, korban mendesak kenaikan upah buruh kepada sebuah perusahaan di Jawa Timur berdasarkan Surat Edaran Gubernur KDH tingkat I Nomor 50 tahun 1992.
Setelah tidak mencapai kesepakatan soal tuntutannya, Marsina mengajak kawan-kawannya untuk melakukan demonstrasi. Usai demostrasi itulah sang pahlawan kaum buru menghilang.
Tiga hari kemudian, nyawanya ditemukan penuh memar luka bekas pukulan benda keras di dalam sebuah hutan di wilayah Jawa Timur.
Kematian Marsinah juga menjadi misteri sampai hari ini. Untuk menghormatinya, nama Marsinah diabadikan oleh organisasi buruh internasional atau international labor Organization (ILO).
Pembunuhan Seorang Pria di Setiabudi Jakarta Selatan
Misteri pembunuhan paling keji berikut adalah pembunuhan seorang pria di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.
Kasus ini terjadi 42 tahun yang lalu, pada November 1981 tetapi belum terungkap sampai sekarang.
Korban tewas dengan cara dimutilasi, tubuhnya dipotong-potong menggunakan gergaji besi, lalu diletakan di jalan trotoar di dalam dua buah karton.
Dokter legendaris RSCM, almarhum dr Abdul Mun’im Idris yang memeriksa jasad korban, mengatakan, tak hanya dimutilasi tetapi pelaku memisahkan daging dari seluruh tulang korban.
Dokter Abdul Mun’im menduga, pelaku lebih dari satu orang karena menyayat daging manusia dari tulangnya bukan pekerjaan mudah. Puluhan tahun berlalu, kasus ini tak pernah menemukan titik terang.
Pembunuhan Mahasiswa UI Akseyna Ahad Dori
Misteri pembunuhan selanjutnya datang dari Universitas Indonesia (UI) yang menewaskan mahasiswa Fakultas Matematika dan IPA, Akseyna Ahad Dori.
Terjadi pada tahun 2015 silam, Akseyna mulanya diduga bunuh diri. Namun, setelah didalami pihak kepolisian, kuat dugaan ia dibunuh.
Salah satu bukti akurat terjadi pembunuhan, terlihat dari surat waisat yang bukan tulisan korban.
Sekalipun telah ditangani polisi, pelaku dan motif pembuhan juga belum terungkap.
Pembunuhan Munir Said Thalib
Misteri pembunuhan yang paling diingat publik adalah kasus kematian aktivis HAM Munir Said Thalib. Ia tewas setelah sebelumnya menangani kasus pembunuhan Marsinah.
Pendiri sekaligus ketua Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) ini meninggal dalam perjalanan dari Indonesia menuju Amsterdam 20 tahun lalu.
Munir awalnya diduga meninggal karena serangan jantung, namun setelah polisi Belanda melakukan penyelidikan, pada tubuhnya ditemukan senyawa arsenik.
Kematian Munir mengguncang Indonesia, sebab ia dikenal sebagai pengkritik ulung pemeritahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada waktu itu.
Banyak pihak yang menduga, kematian Munir tidak terlepas dari sikap kritisnya itu. Belakangan, polisi hanya bisa mengungkap tersangka tapi tidak tuntas.
Aksi keluarga dan aktivis HAM mengusut kematian Munir juga tidak pernah menemukan titik terang. Identitas pelaku dan dalang pembunuhan tak pernah diketahui.