Apa Ciri-Ciri Panic Attack? Ini Penyebab, Cara Mengatasi, dan Kapan Harus ke Dokter

Ilustrasi seseorang yang mengalami panic attack (Foto: Parboaboa/Lidya)

PARBOABOA – Pernah mendengar panic attack? Istilah ini mengacu pada pada kondisi ketika seseorang mengalami kecemasan atau gelisah yang berlebihan tanpa sebab yang jelas. 

Pada beberapa kasus, orang yang menderitanya akan mengalami kondisi fisik yang melemah juga seperti pusing, gemetar, napas pendek dan sebagainya.

Perasaan cemas adalah hal yang lumrah terjadi pada tiap orang, tetapi bukanlah hal yang wajar jika kecemasan yang dirasakan sesorang sampai mengganggu aktivitas sosial. 

Artis tanah air, Gita Sinaga dalam sebuah wawancara di salah satu talkshow, juga mengaku pernah mengalami gangguan kecemasan ini dan tidak tahu mengapa dirinya bisa mengidap penyakit mental ini.

Lantas, apa itu panic attack? Bagaimana gejalanya dan penanganannya? Simak ulasannya secara lengkap dalam artikel ini.

Apa itu Panic Attack?

Ilustrasi panic attack (Foto: Freepik)

Dilansir dari NHS Inform, Panic attack adalah gangguan kecemasan dimana seseorang secara tiba-tiba mengalami serangan panik dan ketakutan dengan intensitas yang dalam.

Gejalanya bisa sangat menakutkan, dan seringkali orang yang mengalaminya merasa kehilangan kendali atau merasa seolah-olah sedang mengalami masalah kesehatan yang serius. Kondisi ini juga dapat berlangsung selama beberapa menit hingga setengah jam.

Apakah panic attack termasuk penyakit mental? 

Dilansir dari kemkes.go.id, serangan kecemasan termasuk dalam gangguan mental sehingga dalam menjalankan terapi juga dibutuhkan psikoterapi dan obat-obatan.

Kemunculan serangan ini juga bisa sangat beragam. Sebagai contoh panic attack yang dapat terjadi, ketika seseorang memikirkan beban pekerjaan nya untuk esok hari meski ia sudah menyelesaikannya dengan baik.

Saat dia berbaring di tempat tidur, tiba-tiba dia merasa sesak napas dan jantungnya berdebar kencang. Dia merasa tubuhnya gemetar, dan tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Pikirannya menjadi kabur, disertai keringat dingin.

Pikiran negatif tentang beban kerjanya, bersama dengan gejala fisik yang dia alami, membuatnya semakin panik. Dia merasa takut bahwa dia mungkin pingsan atau bahkan meninggal.

Serangan panic yang berlangsung selama beberapa menit yang terasa sangat lama. Setelah itu, gejala-gejala tersebut perlahan-lahan mulai mereda. Penderita pun merasa lelah dan terkuras energi setelah mengalami serangan panik tersebut. 

Penyebab Panic Attack

Ilustrasi panic attack (Foto: Freepik)

Berbeda dengan Anxiety Disorder, yang pemicunya dapat diketahui dengan jelas, penderita serangan panik tidak dapat mengetahui dengan pasti pemicu kecemasannya, tetapi ada beberapa faktor yang dapat berperan dalam memicu terjadinya serangan panik. 

Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya serangan panik:

  1. Keturunan dan Genetika: Memiliki keluarga yang memiliki riwayat gangguan kecemasan atau serangan panik. Faktor genetika dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan kecemasan. 
  2. Kecemasan Umum: Tingkat kecemasan yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan risiko serangan panik. Stres berkepanjangan, beban pekerjaan yang berat, atau masalah pribadi yang dapat memicu serangan panik.
  3. Perubahan Hidup yang Signifikan: Peristiwa-peristiwa besar dalam hidup, seperti kehilangan anggota keluarga, pernikahan, atau berpindah lingkungan baru dapat memicu stress yang menyebabkan kecemasan.
  4. Kondisi Kesehatan Mental Lainnya: Gangguan kecemasan lainnya, seperti gangguan stres pasca trauma (PTSD) dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan panik.
  5. Gaya Hidup dan Faktor Lingkungan: Pola tidur yang buruk, mengonsumsi alkohol, kafein yang berlebihan, atau penggunaan obat-obatan terlarang dapat memicu serangan panik pada beberapa orang.
  6. Perubahan Fisiologis: Beberapa perubahan dalam tubuh dapat memicu serangan panik, seperti peningkatan kadar hormon stres, perubahan hormon selama kehamilan atau menopause, atau perubahan kimia otak.
  7. Fobia : Fobia terhadap tempat atau situasi tertentu, seperti tempat umum atau tempat yang tinggi, dapat memicu serangan panik saat seseorang berada dalam situasi yang memicu ketakutan.
  8. Predisposisi Neurobiologis: Adanya perubahan dalam fungsi otak dan kimiawi otak, seperti ketidakseimbangan neurotransmiter, juga dapat berperan dalam timbulnya panic attack.

Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki faktor pemicu yang berbeda-beda. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami serangan panik secara berulang atau merasa sangat terganggu karena kecemasan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, disarankan untuk mencari bantuan kepada tenaga medis untuk penanganan yang lebih lanjut.           

Gejala atau Ciri-Ciri Panic Attack

Ilustrasi panic attack (Foto: Freepik)

Gejala serangan panic dapat dirasakan berbeda oleh setiap orang dengan intensitas yang bisa sangat mengganggu. Namun, ada beberapa gejala umum ketika seseorang mengalami serangan panik, seperti yang dilansir dari NHS Inform:

1. Gejala fisik yang dirasakan seperti :

  • gemetar
  • merasa disorientasi
  • mual
  • detak jantung yang cepat dan tidak teratur
  • mulut kering
  • sesak nafas
  • berkeringat
  • pusing

2. Emosional:

  • Rasa takut yang sangat intens atau ketakutan yang tidak rasional.
  • Perasaan kehilangan kendali atau ketakutan akan kematian.
  • Merasa seperti sedang kehilangan akal atau gila.
  • Kehilangan kontak dengan kenyataan atau perasaan seperti dalam mimpi.

3. Kognitif:

  • Sulit berkonsentrasi atau merasa bingung.
  • Perasaan terputus dari lingkungan sekitar.
  • Rasa kengerian atau antisipasi terhadap bahaya yang tidak ada.
  • Perasaan tidak nyata atau merasa terasing dari diri sendiri (disebut depersonalisasi).

4. Perilaku:

  • Menghindari tempat atau situasi yang dikaitkan dengan serangan panik sebelumnya.
  • Menghindari situasi yang mungkin memicu serangan panik.
  • Berusaha keras untuk melarikan diri dari situasi yang memicu kecemasan.

5. Fisik Tambahan:

  • Rasa sakit atau tekanan pada dada (meskipun ini perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh medis untuk memastikan bukan masalah jantung).
  • Kedinginan atau panas berlebihan.
  • Sensasi mati rasa atau kebas pada anggota tubuh.

Gangguan ini biasanya berlangsung selama beberapa menit, meskipun pada beberapa gejala dapat berlangsung lebih lama.

Setelah serangan panik mereda, seseorang mungkin merasa lelah atau lemah karena intensitas gejala yang dialaminya.

Diagnosis Serangan Panik

Saat kondisi ini menyerang seseorang, biasanya orang tersebut akan merasakan sesak, jantung berdebar kencang bahkan mirip seperti serangan jantung.

Bagi orang yang mengalami serangan panik pertama kalinya akan cenderung menganggap diri mereka mengalami serangan jantung karena gejala yang sulit dibedakan tanpa bantuan pemeriksaan oleh tim medis.

Saat berada di fasilitas perawatan darurat, professional medis akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui apakah gejala disebabkan oleh serangan jantung, seperti:

  • Tes darah untuk mengeliminasi kemungkinan kondisi lain.
  • Elektrokardiogram (ECG atau EKG) untuk memeriksa fungsi jantung.

Jika hasil tes menunjukkan anda tidak memerlukan perawatan darurat, kemungkinan besar kamu akan dirujuk kembali ke dokter perawatan primer, jika ada.

Lalu, dokter perawatan primer kemungkinan akan melakukan peninjauan kembali hasil lab sebelumnya, menanyakan tentang gejala yang kemudian dilanjut dengan pemeriksaan kesehatan jiwa pasien.

Dokter perawatan primer atau spesialis kesehatan mental (seperti psikiater atau psikolog) inilah yang dapat mendiagnosis serangan panik dan gangguan panik.

Cara Mengatasi Panic Attack 

Paul Salkovskis, Profesor Psikologi Klinis dan Sains Terapan di University of Bath (2023) mengatakan penting untuk tidak membiarkan rasa takut akan serangan panik mengendalikan Anda.

"Serangan panik selalu berlalu dan gejalanya bukan pertanda akan terjadi sesuatu yang berbahaya," katanya. "Katakan pada diri sendiri bahwa gejala yang Anda alami disebabkan oleh kecemasan."

Saat panic attack kambuh, cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan mencoba menenangkan diri dan meyakinkan bahwa tidak akan ada situasi bahaya yang akan terjadi.

Saat kecemasan mulai berlalu, mulailah fokus pada lingkungan anda dan lanjutkan melakukan apa yang anda lakukan sebelumnya.

Selain itu ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meredakan serangan :

Mengambil waktu sejenak untuk mengetahui pemicunya

  • Coba amati pikiran dan rasa yang dialami, sadari apakah hal ini dapat diatasi atau sulit untuk diatasi.
  • Cobalah melakukan relaksasi otot dan atur pernapasan.
  • Pahami gejala. Dengan mengenali gejala serangan panik dapat membantu mengurangi ketakutan Anda terhadap gejala tersebut. Pemahaman tentang apa yang terjadi selama gangguan ini terjadi dapat membantu mengurangi rasa panik.

Pengobatan Serangan Panik

Ada beberapa cara untuk mengobati serangan panik. Hal itu tergantung dari kondisi pengidap dan riwayat penyakit.

Ahli medis akan melakukan Psikoterapi atau terapi bicara sebagai pengobatan utama karena terbilang efektif untuk mengatasi serangan panik.

Selain membantu mengatasinya, penangan ini juga akan membantu pasien memahami serangan panik dan bagaimana cara menenangkan diri. Bentuk psikoterapi yang dapat membantu yaitu terapi perilaku kognitif (CBT).

Kemudian, dokter akan meresepkan obat-obatan seperti Antidepresan dan Benzodiazeoin yang bertujuan untuk mengontrol sementara atau mengurangi beberapa gejala panik. Karena bersifat sementara, obat tidak dapat mengobati masalah dan hanya bermanfaat pada kasus yang parah.

Penggunaan obat bukanlah perawatan satu-satunya. Artinya, pengobatan juga perlu dibarengi dengan perawatan lainnya, seperti psikoterapi dan juga perubahan gaya hidup.

Tidak ada obat khusus untuk panic attack, namun terdapat beragam pilihan penanganan yang dapat dipraktikkan untuk membantu mengelola gejalanya. 

Pencegahan Serangan Panik

Meskipun kamu merasa lemah atau tidak dapat mengendalikan perasaan tentang serangan panik, penting untuk mengetahui cara pencegahan. Sebab bagaimanapun, kamu juga memiliki andil untuk membantu diri sendiri. 

Berikut ini beberapa pencegahan serangan panik yang dapat dipelajari:

  • Pelajari tentang serangan panik dan kecemasan.
  • Hindari merokok, alkohol, dan kafein. 
  •  Pelajari cara mengontrol pernapasan. 
  • Latih teknik relaksasi.  
  • Tetap terhubung dengan keluarga dan teman. 
  •  Berolahraga secara teratur.  
  • Dapatkan tidur yang nyenyak dan cukup. 

Apakah Panic Attack berbahaya? 

Pertanyaan ini mungkin terbesit di pikiran beberapa orang. Gangguan kecemasan tidak selalu membahayakan fisik dan pada umumnya tidak menyebabkan kematian langsung.
Namun, dalam beberapa kasus, orang dengan kondisi tertentu, seperti gangguan jantung yang sudah ada sebelumnya, mungkin mengalami peningkatan risiko dalam situasi tertentu. 

Misalnya, seseorang yang memiliki masalah jantung yang sudah ada sebelumnya dan mengalami panic attack mungkin mengalami peningkatan detak jantung dan tekanan darah selama serangan, yang pada akhirnya dapat memicu masalah kesehatan yang lebih serius.

Apakah panic attack bisa sembuh? Perlu diketahui, serangan panik sangat bisa diobati. Sayangnya, banyak orang yang menunda pengobatan karena malu. Apabila serangan panik tidak diobati, maka kualitas hidup dapat terganggu.

Kapan Harus ke Dokter?

Orang yang mengalami serangan panik sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan jika mereka mengalami gejala yang mengganggu, berulang, atau berat. 

Penting untuk diingat bahwa gangguan kecemasan, termasuk panic attack, adalah masalah medis yang dapat diobati. Terapi kognitif perilaku, terapi psikoterapi, obat-obatan, dan teknik relaksasi adalah beberapa pendekatan yang dapat membantu individu mengelola gejala mereka dan meningkatkan kualitas hidup. 

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala gangguan kecemasan, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang sesuai.

Editor: Sari
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS