PARBOABOA, Medan – Gejolak geopolitik yang semakin memanas, ditambah dengan peliknya hubungan antara China dan Amerika Serikat, membuat pasar keuangan bergerak liar.
Pelaku pasar dinilai masih melakukan aksi wait and see terkait sikap The FED pekan ini.
Menurut Gunawan Benjamin, seorang pengamat ekonomi di Sumatera Utara, data inflasi Amerika Serikat menunjukkan kinerja yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Inflasi inti dan inflasi keseluruhan Amerika Serikat keduanya melebihi ekspektasi sebelumnya.
Pada Maret 2024, inflasi inti mencapai 2,8% dan inflasi keseluruhan mencapai 2,7%, angka yang lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya sebesar 2,6%.
Realisasi data inflasi tersebut menjadi indikasi bahwa Bank Sentral AS semakin jauh dari kemungkinan pemangkasan bunga acuannya.
Pada pekan ini, The FED atau Bank Sentral AS akan menentukan besaran bunga acuannya.
Disusul dengan pidato dari Gubernur Bank Sentral AS, diikuti dengan rilis data ketenagakerjaan di akhir pekan.
The FED diperkirakan akan tetap mempertahankan besaran bunga acuannya. Walau demikian, pidato The FED dan rilis data ketenagakerjaan bisa menggiring pasar keuangan bergerak sangat volatile.
Potensi tekanan pada mata uang Rupiah diproyeksikan masih akan berlangsung jika nantinya The FED memberikan gambaran hawkish (kebijakan moneter yang cenderung kontraktif seperti menaikkan suku bunga atau mengurangi neraca Bank Sentral).
Gunawan Benjamin menuturkan, pada pagi ini, mata uang Rupiah kembali mengalami pelemahan di kisaran 16.230 per US Dollar. Sementara IHSG di pagi tadi ditransaksikan menguat di kisaran level 7.050 seiring dengan penguatan sejumlah pasar saham di Asia.
Meskipun diperdagangkan menguat di awal pekan, kinerja pasar keuangan secara keseluruhan masih rawan untuk kembali ke zona merah. Sinyal hawkish The FED di pekan ini bisa menekan kinerja pasar keuangan lebih lanjut.
“Saya menilai kebijakan Bank Indonesia yang telah menaikkan bunga acuan akan membentengi pasar keuangan khususnya Rupiah dari potensi tekanan besar dari kemungkinan sikap Hawkish The FED di pekan ini,” jelasnya kepada PARBOABOA, Senin (29/04/2024).
Sementara itu, harga emas pada perdagangan pagi ini ditransaksikan flat dengan kecenderungan melemah. Harga emas diperdagangkan di kisaran 2.329 US Dollar per ons troy nya.
Sedangkan di sore hari ini, mata uang Rupiah kembali mengalami pelemahan. Pada perdagangan hari ini, Rupiah ditutup melemah di level 16.250 per US Dollar.
“Selama sesi perdagangan berlangsung, mata uang Rupiah ditransaksikan di zona merah,” katanya.
Pelemahan Rupiah diakui Gunawan Benjamin memang beriringan dengan melemahnya sejumlah mata uang di Asia terhadap US Dollar.
Kekhawatiran banyak muncul menjelang rapat Gubernur Bank Sentral AS yang akan memutuskan kebijakan moneternya di pekan ini.
Sinyal hawkish kembali mencuat. Hal ini diperkirakan akan memberikan tekanan pada kinerja pasar keuangan global tanpa terkecuali pasar keuangan di tanah air.
“Saya perkirakan, potensi tekanan pada mata uang Rupiah di hari ini belum akan usai hingga akhir pekan nantinya,” tuturnya.
Akan tetapi, berbeda dengan kinerja mata uang Rupiah yang mengalami pelemahan. IHSG justru mampu bertahan di zona hijau hingga sesi penutupan perdagangan.
IHSG ditutup menguat 1.7% di level 7.155,78 dengan asing membukukan transaksi jual bersih sebesar 660 miliar rupiah. Penguatan IHSG ini didorong dengan menguatnya sejumlah bursa saham di Asia.
Di sisi lain, pada penutupan perdagangan hari ini harga emas ditransaksikan menguat tipis. Harga emas ditransaksikan di level 2.338 US Dollar per ons troy nya.
“Relatif tidak banyak perubahan seiring dengan sikap pelaku pasar yang memilih untuk wait and see untuk sementara waktu,” tandasnya.
Editor: Fika