Sebagai Bentuk Protes Pertemuan Puncak 3 Negara Musuh, Korut Luncurkan Rudal Balistik Antarbenua

Korut bisa luncurkan rudal balistik antarbenua untuk protes pertemuan 3 negara AS, Jepang dan Korsel. (Foto: iStockphoto)

PARBOABOA, Pyongyang - Korea Utara (Korut) dapat meluncurkan rudal balistik antarbenua atau mengambil tindakan militer lainnya sebagai bentuk protes pertemuan puncak antara Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang. Korut selalu mengkritik semakin eratnya kerja sama militer di antara ketiga negara sebagai bagian dari awal pembentukan 'NATO versi Asia'. 

Rudal Balistik antarbenua merupakan peluru kendali balistik yang mempunyai jangkauan di atas 5.500 km hingga mencapai 15.000 km. Peluru kendali balistik antarbenua dirancang untuk dapat membawa senjata nuklir, senjata biologi, senjata kimia, maupun hulu ledak konvensional.

Bentuk protes lainnya, negara yang tertutup itu juga dapat mencoba peluncuran satelit mata-mata lain pada akhir Agustus atau awal September setelah sebelumnya gagal menempatkan platform pertama negara itu ke luar angkasa pada Mei lalu. 

Satelit mata-mata merupakan satelit pemantau bumi atau satelit komunikasi yang digelar untuk keperluan militer maupun intelijen. Biasanya merupakan teleskop bintang yang diarahkan ke bumi.

Hal itu disampaikan anggota parlemen Korea Selatan (Korsel), Yoo Sang-bum setelah bertemu dengan Kepala Badan Intelijen Negara itu, Kamis (17/8/2023). Yoo menambahkan, Pemimpin Korut Kim Jong Un telah memprioritaskan untuk melakukan peluncuran selama paruh kedua tahun ini.

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden berencana mengadakan pertemuan dengan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Camp David pada Jumat (18/8/2023). Biden berharap pertemuan itu mampu mempererat hubungan antara Seoul dan Tokyo di tengah ancaman nuklir dari Korut dan pengaruh China di area tersebut.

Terkait hal lain, Yoo menambahkan, Korut dan Rusia juga menyepakati kerja sama pertahanan saat Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu bertemu Kim bulan lalu. Dalam pertemuan itu, Shoigu juga menyaksikan parade militer bersama Kim di Pyongyang. 

Maka dari itu, Badan Intelijen Nasional Korsel khawatir ada kemungkinan Rusia akan transfer teknologi rudal nuklir ke Korut dalam rangka kerja sama pertahanan mereka. 

Sebelumnya, Amerika Serikat selalu menuduh Korut memasok senjata ke Rusia untuk menyerang di Ukraina seperti peluru artileri, roket dan rudal yang ditembakkan di bahu. Sebaliknya, Pyongyang dan Moskow membantah adanya transaksi senjata.

Editor: Umaya khusniah
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS