PARBOABOA, Jakarta – Harga beras tidak kunjung normal sejak Agustus 2022 dan diprediksi kembali alami kenaikan menjelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Stok yang dimiliki Badan Urusan Logistik (Bulog) sebanyak 569 ribu ton, sedangkan kebutuhan beras nasional mencapai 1,2 juta ton untuk akhir tahun.
Salah satu pedagang di Pasar Kemayoran, Jakarta Pusat, Dharni (62) mengatakan, harga beras naik dan belum juga turun. Untuk jenis medium saat ini sudah memcapai Rp11.952 dari sebelumnya antara Rp8.300 dan Rp8.400 untuk per liter.
“Mau gimana lagi. Dari mereka (distributor) sudah naik, ya saya ngikut saja,” ucapnya kepada Parboaboa, Kamis (01/12/2022).
Pengelola Toko Beras Jakpus, Erik (21) yang merupakan salah satu distributor yang berada di Jalan Kemayoran Gempol mengatakan, beberapa jenis beras medium dan premium alami kenaikan harga. Untuk jenis bunga harganya Rp8.500, BMW jadi Rp9.500, BMW Thailand Rp10.500, Pandan Wangi Rp12.500, Perak Rp12.000, dan beras merah Rp12.000.
“Untuk saat ini (stok beras) aman sih. Kalau untuk harga beras yang naik itu BMW, Rojolele, sama beras Bunga,” katanya.
Bergesar ke tempat lain, stok beras justru menipis. Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta Timur salah satunya. Kepala Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid mengatakan, kenaikan sudah terjadi sejak Agustus 2022 hingga saat ini.
“Kondisi saat ini sangat mengejutkan dan tidak pernah terjadi sebelumnya karena harga beras medium sangat tinggi hingga mencapai Rp9.200 per kilogram (kg) dan mendekati harga eceran tertinggi (HET),” kata Zulkifli dalam diskusi, Selasa (29/11/2022) lalu.
Zulkifli menambahkan, harga beras medium yang tinggi disebabkan pasokan dari daerah-daerah menipis. Badan Urusan Logistik (Bulog) yang menjadi satu-satunya penyuplai kebutuhan ke Pasar Induk Beras Cipinang.
Deputi Bidang Statistik dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) BPS, Setianto pada paparan Inflasi November, Kamis (01/12/2022) mengatakan, kenaikan harga beras menjadi salah satu penyumbang inflasi dalam empat bulan terakhir.
Dia menjelaskan, kenaikan harga beras dalam empat bulan terakhir dipengaruhi efek musiman karena produksi beras yang menurun menjelang akhir tahun, ditambah penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).
“Sejak Juli 2022, komoditas beras terus mengalami inflasi, dengan tekanan inflasi yang semakin melemah,” jelas Setianto.
Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI pada Rabu (23/11/2022), Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebutkan, cadangan beras Bulog per 22 November 2022 sebanyak 569 ribu ton, sedangkan stok kebutuhan beras nasional untuk akhir tahun mencapai 1,2 juta ton.
Kementerian Pertanian (Kementan) sendiri berkomitmen memasok beras kepada Bulog sebanyak 600 ribu ton dari cadangan beras pertani dalam negeri. Perihal itu, Ketua Komisi IV DPR, Sudin memberikan ultimatum kepada Kementan untuk segera memenuhi kebutuhan cadangan beras dalam negeri yang berasal dari produksi dalam negeri untuk dibeli Perum Bulog dengan harga komersial.
“Jika dalam 6 hari sejak Rapat Dengar Pendapat hari ini tidak terpenuhi, maka data yang diyakini dari Kementerian Pertanian tidak valid," kata Ketua Komisi IV DPR membacakan kesimpulan butir 2 RDP.
Koordinator Data Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (Ditjen TP), Batara Siagian mengatakan, sudah merinci data lokasi ketersediaan beras beserta harganya kepada Bulog.
"Diharap Bulog segera menyerap beras tersebut, dan tidak perlu melakukan importasi," ujar Batara dalam keterangan resminya, sebagaimana dikutip pada Kamis (01/12/2022).
Tim Parboaboa mencoba melakukan konfirmasi kepada Perum Bulog terkait kondisi terbaru stok beras yang dimiliki saat ini, namun hingga berita dinaikkan, belum ada jawaban meski sudah dilayangkan surat permintaan data.
Editor: -