Warga Temukan Ratusan Ikan Mati, Sungai di Muaragembong Diduga Tercemar!

Warga Muaragembong temukan ratusan ikan mati di sepanjang aliran Sungai Citarum. (Foto: Dok. Warga Muaragembong)

PARBOABOA - Masyarakat di Desa Pantai Bakti dan Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dikejutkan oleh penemuan ratusan ikan mati di sepanjang aliran Sungai Citarum pada Sabtu (3/8/2024). Kejadian ini memicu kekhawatiran akan potensi pencemaran air di wilayah tersebut.

Rino Efendi, seorang anggota polisi perairan yang bertugas di Muaragembong, mengatakan bahwa warga setempat pertama kali melihat ikan-ikan mati pada Sabtu pagi dan segera melaporkannya.

“Masyarakat melapor kepada saya, pak ini banyak ikan yang mati di sungai kena limbah. Akhirnya saya cek sendiri, wah iya benar,” ujar Rino kepada Parboaboa saat dihubungi via telepon, Minggu (4/8/2024).

Rino mengimbau agar warga tidak mengonsumsi ikan-ikan yang mati tersebut dan untuk sementara waktu tidak menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.

“Bau, hitam (airnya). Dari jarak 10 meter kita di atas tanggul aja menyengat baunya. Kalo mendekat kita mabok juga karena baunya,” ujarnya.

Belum diketahui secara pasti sumber pencemaran ini, namun Rino menduga bahwa penyebabnya adalah limbah industri.

Bersama warga, Rino telah mengambil sampel air sungai dan ikan mati untuk dianalisis. Ia juga bekerja sama dengan Labtek Apung untuk memeriksa kandungan pencemaran tersebut serta melaporkan insiden ini kepada lurah dan camat setempat.

Adapun aliran sungai di Muaragembong kerap dimanfaatkan warga untuk berbagai keperluan seperti mencuci beras, memancing, dan mencuci pakaian, sehingga insiden ini menjadi perhatian serius.

Parboaboa telah berusaha menghubungi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bekasi, Syafri Donny Sirait, untuk mendapatkan tanggapan terkait insiden ini, namun hingga berita ini diterbitkan, Donny belum memberikan respons.

Humas DLH, Jhon, merespons dengan mengatakan bahwa ia akan berkoordinasi dengan pihak terkait pada hari kerja. "Senin ya hari kerja. Saya koordinasi dulu dengan bidang," ujarnya.

Jhon juga menanyakan apakah sudah ada laporan resmi dari warga terkait pencemaran ini ke Dinas Lingkungan Hidup. “Oh ya, laporannya terkait pencemarannya sudahkah?” kata Jhon.

Sementara itu, peneliti dari Labtek Apung, Novita Anggraini, mendesak Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi agar lebih proaktif dalam menangani kasus pencemaran ini.

Menurutnya, hingga Minggu ini, Dinas Lingkungan Hidup belum turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan.

“Harusnya pemerintah udah ada tindakan. Camat nih harusnya koordinasi sama Dinas Lingkungan Hidup, itu bagian dari penegakan hukum. Kan ada Satuan Tugas yang memang khusus di lapangan,” ujar Novita.

Novita menegaskan bahwa kasus pencemaran sungai ini tidak boleh dianggap remeh. “Ini jatuhnya jadi kasus. Butuh ada penyidikan dari kepolisian turun. Dinas harus turun mengambil sampel. Ini masuk dalam laboratorium forensik untuk toksikologi lingkungan,” tegas Novita.

Novita berencana akan memeriksa sampel air sungai dan ikan mati di laboratorium dan berjanji untuk mempublikasikan hasilnya kepada publik.

"Sampel air dibawa ke Ekalab Laboratorium dan sampel ikan dibawa ke laboratorium IPB untuk kandungan logam berat," ujar perempuan yang aktif mendirikan Labtek Apung, lembaga yang fokus pada konservasi sungai itu.

Kasus ini menjadi pengingat pentingnya menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta perlunya tindakan cepat dan tepat dari pemerintah dalam menangani insiden pencemaran lingkungan.

Editor: Wanovy
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS