PARBOABOA, Jakarta - Pencegahan penyakit menular belakangan ini menjadi perhatian banyak pihak.
Adapun penyakit menular, yang paling banyak disoroti adalah Herpes Zoster atau cacar api.
Mengutip data 2011-2013 dari Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI), terdapat lebih dari 2.200 kasus Herpes Zoster yang tercatat di 13 rumah sakit.
Dari data ini, kelompok usia yang paling banyak terkena Herpes Zoster adalah rentang usia 45-64 tahun, yang mencakup hampir 38 persen dari total kasus.
Selain itu, data menunjukkan hampir 600 kasus Neuralgia Pasca-Herpes (NPH), sekitar 26 persen dari total kasus, paling banyak diderita oleh kelompok usia 45-64 tahun.
Merespon situasi ini, Kementerian Kesehatan berkolaborasi dengan pihak publik dan swasta untuk memastikan orang dewasa memiliki akses informasi dan vaksin guna mencegah penyakit menular tersebut.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, dalam konferensi pers di Jakarta pada hari Rabu, mengatakan, Herpes Zoster merupakan reaktivasi virus Varicella Zoster, yang juga menyebabkan cacar air.
Imran menyebutkan, dari data statistik yang ada menunjukkan adanya urgensi imunisasi dewasa di Indonesia.
Sebab, kata dia, dampak sosial serta ekonomi dari cacar api sangat signifikan.
Menurutnya, dengan memberikan imunisasi cacar api pada orang dewasa, kesejahteraan masyarakat dapat terlindungi dan produktivitas dapat meningkat.
Karena itu, pihaknya akan bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dan GSK Indonesia untuk mensosialisasikan tentang Herpes Zoster serta pembaruan Jadwal Imunisasi Dewasa 2024.
Apa itu Herpes Zoster (Cacar Api)?
Berdasarkan laman resmi Siloam, Herpes zoster, juga dikenal sebagai shingles atau cacar api, adalah kondisi medis yang ditandai dengan munculnya ruam dan bintil berisi air yang disertai dengan rasa nyeri pada satu sisi tubuh.
Penyakit ini dapat dialami oleh berbagai kalangan usia, namun lebih sering terjadi pada lansia berusia di atas 50 tahun atau orang dengan daya tahan tubuh yang lemah.
Herpes zoster dapat menyebar melalui kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi ruam berair.
Orang yang belum pernah mengalami cacar air juga dapat terinfeksi virus ini melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita, seperti air liur, sekresi hidung, atau luka terbuka.
Penyebab Herpes Zoster (Cacar Api)
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella Zoster (VZV), yang juga menyebabkan cacar air.
Bagi seseorang yang pernah mengidap cacar air, virus ini tetap berada dalam tubuh dan menetap di sistem saraf, dasar tulang tengkorak, atau tulang belakang.
Jika virus tersebut aktif kembali, ruam dan bintil pada kulit dapat muncul sebagai gejala herpes zoster.
Penyebab pasti yang memicu reaktivasi virus Varicella Zoster hingga menimbulkan penyakit herpes zoster belum diketahui.
Namun, penurunan imun tubuh merupakan faktor utama yang diduga turut meningkatkan resiko seseorang mengalami herpes zoster.
Beberapa kondisi yang menyebabkan daya tahan tubuh lemah antara lain:
- Kondisi medis tertentu, seperti HIV/AIDS, kanker, atau sedang mengonsumsi imunosupresan pasca transplantasi organ.
- Usia di atas 50 tahun. Daya tahan tubuh cenderung melemah seiring bertambahnya usia.
- Stres, yang dapat memicu tubuh memproduksi hormon kortisol berlebih sehingga menurunkan respon imun tubuh.
Gejala Herpes Zoster (Cacar Api)
Gejala awal herpes zoster adalah timbulnya nyeri ringan hingga parah pada satu area tubuh.
Selain itu, beberapa gejala yang sering menandakan seseorang mengalami herpes zoster antara lain:
- Munculnya bintil pada satu area kulit.
- Membengkaknya area kulit yang terdapat bintil.
- Sensasi terbakar, nyeri, dan gatal pada kulit yang terdapat bintil.
- Demam.
- Sensitif terhadap cahaya apabila bintik timbul di sekitar mata.
- Mudah lelah.
- Sakit kepala apabila bintil muncul di area kepala.
Diagnosis Herpes Zoster
Secara umum, herpes zoster dapat didiagnosis melalui wawancara medis dan pemeriksaan fisik.
Namun, jika hanya menyebabkan gejala nyeri tanpa munculnya ruam pada kulit, dokter akan memastikan diagnosis herpes zoster melalui beberapa pemeriksaan tambahan, yaitu:
1. Tes Serologi: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi peningkatan kadar antibodi IgM dan IgG dalam darah.
2. Tes PCR: Pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi DNA virus Varicella Zoster pada kulit.
Cara Mengobati Herpes Zoster
Hingga saat ini, tidak ada pengobatan yang dapat secara langsung menangani virus Varicella Zoster.
Pengobatan herpes zoster umumnya bertujuan untuk menangani gejala yang timbul, mempercepat proses pemulihan, serta mencegah risiko komplikasi.
Beberapa langkah pengobatan yang biasanya dilakukan antara lain:
- Meresepkan obat antivirus, seperti acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir.
- Meresepkan obat anti nyeri, seperti ibuprofen atau paracetamol.
- Suntik kortikosteroid atau anestesi lokal.
- Gunakan krim capsaicin untuk mengurangi nyeri pada kulit setelah herpes zoster sembuh.
Dokter juga akan menyarankan penderita herpes zoster untuk melakukan perawatan mandiri di rumah, seperti:
- Menggunakan lotion calamine untuk meredakan rasa gatal.
- Mandi menggunakan air dingin.
- Mengompres dingin pada bagian kulit yang terdampak.
- Menjaga kebersihan luka melepuh yang berair.
- Menggunakan pakaian longgar untuk menghindari gesekan pada kulit.
- Menghindari penggunaan perekat atau plester pada kulit yang terdampak.
- Istirahat yang cukup.
Komplikasi Herpes Zoster
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, herpes zoster berisiko menimbulkan berbagai macam komplikasi, di antaranya:
1. Ramsay Hunt Syndrome: Komplikasi yang terjadi apabila herpes zoster menyerang sistem saraf pada kepala, yang dapat menyebabkan vertigo, sakit telinga, gangguan pendengaran, hingga kelumpuhan pada satu sisi wajah.
2. Postherpetic Neuralgia: Kondisi medis berupa rasa nyeri pada kulit bekas ruam dalam jangka waktu panjang.
3. Kebutaan: Jika herpes zoster menyerang area mata, infeksi ini dapat menyebabkan peradangan pada saraf mata, yang berisiko menyebabkan kebutaan.
Editor: Norben Syukur