PARBOABOA, Jakarta – Persoalan sampah di DKI Jakarta tak pernah ada habisnya. Besarnya populasi penduduk hingga budaya konsumtif masyarakat perkotaan menjadi salah satu pemicu menumpuknya sampah di DKI Jakarta.
Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Endarwati yang berani mengubah sampah menjadi sebuah keuntungan. Ia bahkan memilih berhenti menjadi perias pengantin demi memaksimalkan pendapatan dari memanfaatkan sampah.
Awalnya memanfaatkan sampah menjadi pekerjaan sampingan yang digeluti Endarwati. Namun seiring waktu berjalan, ia mengaku lebih fokus mengelola sampah, hingga membangun bank sampah di 2014.
"Saya seorang nenek yang mudanya mempunyai cita-cita bekerja di bank agar uangnya banyak karena gajinya besar. Tetapi tidak kesampaian. Akhirnya saya bekerja di tempat rias pengantin khususnya Jawa. Di sana saya jadi customer service, bagian ngepak perlengkapan manten dan pengiring. Saya senang karena bekerja dengan hati walau ada suka dan duka selama hampir 25 tahun," katanya kepada PARBOABOA, Rabu (4/10/2023).
Meski cita-citanya bekerja di perbankan tidak kesampaian, namun hidup Endarwati berubah karena sampah. Saat ia menjadi Direktur Bank Sampah Rosella di Rawa Barat, Jakarta Selatan.
“Saya menjadi direktur bank sampah sejak 2009 sampai 2017 di Bank Sampah Unit Rosella Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sudah ada pergantian pengurus tapi saya masih tetap diminta menjadi penasihatnya. Tahun 2014 Jakarta Selatan membentuk Bank Sampah Induk yang diberi nama GESIT dan saya menjadi sekretarisnya. Baru di 2023 saya dipercaya untuk menjadi ketua Bank Sampah Induk GESIT Jakarta Selatan," jelasnya.
Pekerjaan yang dilakukan Endarwati di bank sampah yaitu menimbang, memilih, mencatat hingga mengurusi pembukuan terhadap sampah yang sudah dibersihkan dan akan dikirim ke vendor industri daur ulang.
"Saya juga selalu memberikan pelatihan bagi siapapun yang mau menjalani bisnis memilah sampah ini," ungkap dia.
Endarwati mengaku, menjadi direktur bank sampah tidak melulu berorientasi keuntungan, karena muara utama dari pekerjaannya itu untuk menjaga dan peduli terhadap lingkungan.
"Ternyata dari pilah dan olah sampah bisa menghasilkan tambahan pendapatan. Ini tidak mudah, mengajak masyarakat untuk mau pilah olah sampahnya dan akhirnya banyak juga yang terinspirasi untuk membuat bank sampah,” katanya.
Dampak positif lainnya, kata Endarwati, membuatnya dikenal, karena pegiat lingkungan membawanya untuk berbagi ilmu di berbagai kegiatan masyarakat, seperti arisan, pertemuan PKK, juru pemantau jentik dan lain sebagainya.
"Alhamdulillah akhirnya banyak yang mengundang saya untuk sharing tentang kegiatan bank sampah. Bahkan pernah ada warga dan perusahaan asing yang datang ke bank sampah saya untuk mengetahui informasi tentang pemilahan sampah," ucapnya.
Endarwati berharap bank sampah yang ia kelola bisa berlanjut dan membesar, karena bisa memberi tambahan penghasilan bagi warga, ada nilai ekonomisnya.
"Apalagi jika dibarengi dengan kelengkapan sarana dan prasarana bantuan pemerintah dan swasta, maka bank sampah bisa menjadi mitra mengajak masyarakat mengolah sampah, menuju Indonesia bebas sampah," imbuhnya.
Revolusi Gaya Hidup Warga Jakarta
Sementara itu, Direktur Pengelolaan Sampah di Direktorat Jenderal PSLB3, Kementerian LHK, Dr. Novrizal Tahar menilai, masyarakat, terutama warga Jakarta perlu membangun gaya hidup minim sampah.
"Budaya masyarakat Jakarta harus dibangun dan direvolusi. Ini menjadi kesadaran kolektif yakni gaya hidup minim sampah menjadi jalan hidup kita,” katanya.
Kementerian LHK, kata Novrizal, akan memberi sanksi tegas bagi perusahaan yang tidak memikirkan hasil akhir dari kemasan yang diciptakan untuk produknya.
"Itu menjadi bukti perusahaan yang tidak punya komitmen yang serius terhadap Extended Producer Responsibility atau penerapan tanggung jawab produsen yang lebih luas terhadap produk yang dihasilkan, khususnya menyangkut sampah dari packaging produknya. Ini harus terus diingatkan, diteriaki oleh publik agar mereka patuh, demi pengurangan sampah, termasuk sampah plastik yang dihasilkan mereka,” jelasnya.
Novrizal juga mengingatkan masyarakat untuk mengambil langkah tegas dengan tidak membeli produk dari produsen yang tidak memiliki komitmen pengelolaan sampah dari produk yang mereka hasilkan.
Editor: Kurniati