PARBOABOA, Jakarta – Menjadi seorang atlet seringkali dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang diidamkan, terutama karena peluang mendapatkan imbalan finansial yang besar dari tim dan negara yang mereka wakili.
Namun, dibalik kejayaan di lapangan, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi oleh para atlet, yaitu mengelola kekayaan mereka dengan bijak untuk memastikan masa pensiun yang stabil dan sejahtera.
Boris Becker adalah salah satu atlet dunia yang menikmati kesuksesan gemilang di masa muda, namun menghadapi tantangan besar saat memasuki usia tua.
Pada awalnya, Becker memulai karier tenisnya sebagai remaja dan mencapai puncaknya dengan kemenangan di Kejuaraan Wimbledon, salah satu turnamen tenis bergengsi.
Setelah memenangkan pertandingan Wimbledon pada 1985, 1986 dan 1989, atlet kelahiran Jerman itu juga menyabet gelar juara di berbagai pertandingan seperti Australian Open pada 1991 dan 1996, US Open tahun 1989.
Berkat kesuksesannya itu, ia sempat menjadi atlet muda terkaya di masa itu dengan catatan kekayaan mencapai Rp1,8 triliun menurut Fox Sport.
Namun, setelah pensiun dari dunia tenis pada usia 32 tahun pada tahun 1999, hidup Becker berubah drastis.
Kekayaan yang diperolehnya selama ia menjadi atlet, lenyap karena gaya hidupnya yang boros.
Pada tahun 2002, Becker bahkan terlibat dalam penggelapan pajak senilai 1,7 juta USD dan dikenakan denda sebesar 300.000 USD.
Penderitaannya semakin bertambah pada 2017, ketika pengadilan Inggris menyatakan bahwa dia bangkrut karena utang yang mencapai 36,5 juta USD atau setara dengan Rp603 miliar.
Upaya Becker untuk melunasi utangnya mengalami kegagalan, dan akhirnya, pada tahun 2022, dia dijatuhi hukuman penjara selama 8 bulan karena tidak mampu membayar hutangnya.
Namun, setelah keluar dari penjara pada Desember 2022, Boris Becker memulai kembali hidupnya sebagai penyiar olahraga di salah satu stasiun tv dan pelatih dari atlet tenis muda Denmark, Holger Rune.
Editor: Atikah Nurul Ummah