PARBOABOA, Jakarta – Terjadi ledakan di area pertambangan batubara di Turki pada, Jumat (14/10) lalu. Akibatnya, 28 orang dilaporkan meninggal dunia per Sabtu (15/10). Regu penyelamat mengaku putus asa mencari para korban yang masih terjebak ratusan meter di bawah tanah.
"Kami menghadapi situasi yang benar-benar menyedihkan," kata Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu dilansir dari AFP, Sabtu (15/10).
Soylu mengonfirmasi bahwa hampir 50 penambang masih terperangkap di dua area terpisah antara 300 atau 350 meter di bawah tanah.
"Secara keseluruhan, 110 saudara kita yang bekerja (di bawah tanah). Beberapa dari mereka keluar sendiri, dan beberapa diselamatkan," imbuhnya.
Di samping itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pihaknya akan membatalkan seluruh agenda pertemuannya dan memutuskan untuk terbang langsung ke lokasi kejadian pada hari ini.
"Harapan kami bahwa korban jiwa tidak akan bertambah lagi, penambang kami akan ditemukan hidup-hidup," kata Erdogan dalam sebuah tweet.
Berdasarkan informasi yang beredar, disebutkan bahwa mereka yang terperangkap di dalam dan berhasil keluar, relatif tidak terluka. Namun begitu, Walikota Amasra Recai Cakir menyebut, banyak dari mereka yang selamat menderita luka serius.
Untuk diketahui, ledakan di pertambangan batu bara di Turki terjadi beberapa saat sebelum matahari terbenam pada Jumat (14/10). Serikat pekerja pertambangan, MAden Is di Turki kemudian mengaitkan ledakan tersebut dengan penumpukan gas metana yang terjadi di area pertambangan.